Tanpa terasa matahari senja dibatas kota perlahan-lahan berubah terbunuh oleh tidung gelapnya takbir malam.
Pekatnya di malam itu 'kian lama 'kian mencekam dan menambah kebisuan di malam itu.
Kebisuan itu sendiri telah membunuh seperdetik waktu yang berlalu, Semua hanya diam dan saling memandang memberi isyarat dari yang satu ke satu yang lainnya.
Tanpa suara, tanpa ada kata-kata tetapi sebuah isyarat kebisuan yang mampu membius setiap tindak tarik emosi seluruh para pekerja yang lain.
Sampai dengan satu lirikan tajam yang ditunjukan oleh asistant itu kepada 'kak Gilang, membuat para pekerja itu mulai menghampiri 'kak Gilang dan lalu memulai aksi mereka memukulinya tanpa henti.
'Kak Gilang yang terpukuli tidaklah mungkin akan diam begitu saja, tentunya dengan sekuat tenaga ia berusaha membalas setiap serangan yang ditujukan padanya.
Namun semua terasa sangat berat sebelah, lawan tanding yang sangat jauh dari kata seimbang ....
Bagaikan sebuah persentase sepersepuluh , atau satu banding sepuluh.
Seorang 'kak Gilang harus melawan sepuluh orang hanya seorang diri ....
Begituu tidak adil, tapi ini bukan sebuah pertandingan yang harus mementingkan sebuah kata adil atau tidak adil.Ini adalah sebuah pertahanan, pertahanan kehidupan.
Seperti sebuah penjelasan dari sebuah makna kehidupan, "siapa yang diatas, maka dialah yang berkuasa!" atau juga seperti, "siapa yang berkuasa, dialah yang akan memegang kendali!"
"Tetapi sekarang siapa yang memegang kendali atas siapa?"____???!
Melihat 'kak Gilang yang dipukuli tanpa henti, membuatku menjadi serasa lemas 'tak berdaya.
Namun sekuat tenaga aku pertahankan agar diri ini 'tak jatuh dalam ketidak berdayaan diriku sendiri.
Dengan langkah yang gontai dan tubuh yang gemetar, aku berjalan berlari maju memberanikan diriku menghampiri kerumunan mereka yang sedang mengeroyok 'kak Gilang.
"Hentikan, hentikan ... berhenti! jangan memukuli kakakku ...!" teriak ku histeris, sambil berusaha meleraikan mereka yang sedang memukuli 'kak Gilang.
Namun siapa mau yang mempedulikan suara orang kecil seperti kami ini ....
"Sudah hentikan ...! lepaskan kakakku ..., berhenti!!"
"Kumohon, sudah hentikan, jangan pukul kakakku lagi ... berhenti, cukup kumohon berhenti ...!" teriak ku kembali berulang-ulang namun tetap tidak di gubris sama sekali oleh mereka.
Bahkan setiap dorongan tangan kecil ini yang berusaha meleraikan mereka, selalu saja mereka tepis berulang-ulang kali.
• • • • • • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Practice Love
RomanceAda berapa bnyak mimpi yang sering kita kejar,... Jika suatu hari kita dihadapi dua pilihan .... yang manakah harus aku pilih ? Di antara cinta atau uang ? dapatkah aku memilih ke duanya... Atau hanya memilih salah satunya... Yang pastinya semua pil...