Bagian 10

259 20 0
                                    

Entah ini cinta atau hanya perasaan sementara, rasanya aneh seperti ingin memiliki dan takut untuk tidak saling memiliki.

[>>>]

Dengan hembusan nafas untuk merilex kan degup jantungnya Vania memencet bel apertemen Chanyeol. Namun tidak ada pergerakan pintu untuk terbuka dengan tingkat kesabaran Vania menekan bell itu kembali. Lagi-lagi tidak ada jawaban, dengan penuh kesabaran Vania bertekad jika pencetan ketiga ini tidak ada jawaban Vania berjanji tidak akan memencet kembali. Dengan hembusan nafas Vania memencet kembali tombol berwarna putih itu.

Dan, dari sekian menit Vania memencet tombol akhirnya pintu itu pun terbuka dan menampakan wanita paru baya namun masih terlihat cantik sebab polesan make up yang berada diwajahnya. "Anda siapa?" Vania tersadar dari lamunannya dan menatap wanita itu gugup.

"A--aku itu. Aku tetangga Chanyeol"

"Ohh, ada perlu dengan nya?"

"Iyaa, apa dia ada didalam?" Vania benar-benar gugup kali ini. Padahal perempuan dihadapannya ini tidak menampakan wajah dingin ataupun cuek. Wanita dihadapan nya ini ramah bahkan dia tidak hanya sekali menampakan senyumnya.

"Silakan masuk, Chanyeol ada didalam. Dia sedang tidak enak badan." Ucapnya merangkul Vania untuk masuk kedalam.

Haha, pantas saja pria itu tidak keluar tadi malam sakit rupanya.

"Siapa eomma?" Tanya Chanyeol dengan suara khas orang sakit.

"Tetangga mu"

"Tetangga?" Ujarnya heran.

"Hai" Chanyeol menatap seseorang dibelakang Eommanya dengan bingung. Untuk apa wanita Ninja itu kesini?

"Aku ingin membalikan jas mu. Maaf baru sekarang mengembalikannya"

"Ahh, sepertinya aku akan keluar"

"Tidak perlu Ahjumma, aku hanya sebentar" perintah itu membuat --Park Shin-- Mama Chanyeol berhenti. "Aku tidak tau kau sakit jadi tidak membawa apa-apa maaf ya, klo begitu aku pamit. Cepat sembuh"

Seperti deratan setrum yang mengenai hati Chanyeol rasanya ngilu. Padahal hanya ucapan doa semoga cepat sembuh namun sukses membuat Chanyeol terkena penyakit serangan hati. Chanyeol Tersemyum tipis sebelum pada akhirnya tubuh Vania menghilang dari pandanganya.

(×××)

"Hai kai, bagaimana? Kau sudah menjelaskan semuanya kan?" Kai mendongak kaget ketika lamunannya disadarkan dengan pukulan tangan seseorang dibahunya.

"Belum" ucapnya sambil menggeleng lemah.

"Belum? Bagaimana bisa kai?"

"Yeji tetap saja tidak percaya, aku rasa memang ini caranya untuk mengakhiri hubungan kita" Kai menghembuskan nafas berat dan menenggelam kan kepalanya kesalah satu lipatan tangannya.

"Hei Kai, kenapa kau bisa mengambil kesimpulan seperti itu? Jangan lemah Kai, kau harus berjuang untuk mempertahankan cinta sejati, kau butuh pengorbanan" Ujar Vania menyemangatkan. Rasanya sedih bila melihat teman dekat kita mudah menyerah seperti ini.

Kai mendongak dan menatap mimik wajah Vania yang tertutupi oleh balutan cadar, dengan wajah lesu Kai tersenyum kearah Vania. Membuat Vania harus menundukan kepalanya. "You right" katanya sambil menangguk setuju. Vania tersenyum senang akhirnya Kai bangkit kembali dan mempunyai semangat untuk berjuang.

"Kai" Kai melihat Vania yang tadi memanggil namanya. "Kenapa?"

"Aku boleh minta tolong?"

"Minta tolong apa?"

Islam As My Dear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang