Bagian 16

260 19 11
                                    

-Jika kepergian mu membawa kenangan aku tidak yakin akan baik-baik saja.-

(×××)

Jam sudah menujukan tujuh pagi. Vania sudah bersiap dengan pakaian serbah hitam dan tidak lupa dengan cadar yang senda dengan baju yang ia pakai.

Baru saja Vania ingin melangkah menjauh dari pintu apertemennya tubuh tinggi seorang laki-laki tiba-tiba menghalangi perjalan Vania. Vania cukup kaget dengan kehadiran Chanyeol yang datang secara tiba-tiba.

Vania menghela nafas berat dan membuangnya kasar. "Sekarang apa lagi?" Tanya Vania mencoba untuk tenang.

Chanyeol membalas tatapan Vania namun, tidak lama sebab Vania langsung memutuskan pandangannya dan menatap kearah lain. "Aku ingin menjelaskan semuanya Van" ujarnya membuat Vania berjalan melewati sela yang berada disamping Chanyeol

Wanita itu berjalan dengan santai dan Chanyeol yang tetap mengikutinya dari belakang dan berlari kecil untuk menyamai langkahnya dengan Vania. "Beri aku waktu untuk menjelaskannya Van, aku mohon" ucapnya lirih penuh pengharapan namun seakan-akan Vania menulikan semua pendengarannya dan tetap berjalan dengan langkah yang sekarang lumayan cepat.

"Aku mohon Van, kemarin waktu dipesta Suzzy menelpon ku dan mengabarkan kalo ayahnya kecelakanan dan cuma aku yang--"

"Cukup!" Perintah Vania dengan suara lumayan lantang. Membuat Chanyeol yang sedang menjelaskan seketika terdiam. Entah kenapa hati Vania semakin sakit ketika mendengar bahwa wanita yang pernah semobil dan sekamar dengan Chanyeol lah yang menjadi alasan laki-laki itu meninggalkannya.

Rasanya Vania ingin menangis ketika dia harus mengingat kejadian empat hari yang lalu, kenapa rasa itu masih begitu membekas, kenapa masih terlalu sakit. Padahal jika diteliti seharusnya Vania biasa saja dan seharusnya juga perasaan sakit itu tidak terlalu besar tapi, ada apa? Kenapa? Masih banyak hal yang perlu Vania tanyakan pada hatinya mengenai siapa status Chanyeol didalam sana.

Vania kembali melangkah memasuki kedalam lift secara cepat tapi langkahnya tetap kalah dengan Chanyeol yang tinggi besar.

Dan disinilah Vania dan Chanyeol dengan beberapa orang lain didalamnya. dan dengan keheningan Chanyeol terkadang mencuri-curi pandangan kearah Vania yang berada disebrangnya. Sedangkah Vania wanita itu sedang sibuk dengan hatinya. Perasaanya terkadang mendadak aneh ketika berada disamping lelaki berkuping lebar itu.

Lift terbuka dan semua orang pun keluar termasuk Vania dan Chanyeol. Mereka berjalan keluar apertemen dan melangkah ke luar jalan. Vania sedikit risih ketika Chanyeol masih berada dibelakangnya seakan-akan menjadi pengintainya.

Vania berbalik badan dan melihat Chanyeol dengan pakaian santai sambil memasukan tangannya kekantong celananya. Menambah kesan tampan tersendiri untuk dirinya. "Berhenti untuk mengikutiku" ucapnya dan membuat Chanyeol seketika berhenti dan menatap Wanita dengan tinggi sebahunya itu dengan kening berkerut.

"Setau ku ini jalanan umum dan siapapun boleh melewatinya. Aku tidak mengikuti mu." kata Chanyeol dengan nada santai.

"Ya sudah kau boleh berjalan duluan"

"Biar kan aku dibelakang agar kau aman" mendengar perkataan itu membuat Vania berdecak seakan-akan muak dengan ucapan Chanyeol

"Berjalan lah duluan. Tidak perlu mengkhawatirkan ku, bertingkahlah seperti waktu kau meninggalkan ku dipesta"

Chanyeol menghela nafas sebentar lalu menatap kearah Vania walaupun wanita itu tidak menatapnya. "Aku minta maaf Van, aku mengakui kesalahan ku. Aku minta maaf"

Vania segera pergi dari hadapan Chanyeol dan melangkah secepat mungkin agar lelaki itu tidak bisa mengejarnya. Namun, Vania lupa bahwa Chanyeol memiliki kaki yang jenjang sehingga langkahnya bisa satu setengah dari langkah Vania dan membuat Chanyeol dengan mudah mengejar wanita itu.

"Aku akan menunggu mu disini" teriak Chanyeol didepan gerbang universitas yang lumayan terkenal dikorea. Dengan suara cukup keras dan membuat orang yang berlalu lalang menatapnya.

"Tunggu saja, siapa yang perduli" ujar Vania pelan.

(×××)

"Van ingin pulang bersama ku?" Ujar Kai saat berjalan dikoridor kampus

"Tidak Kai terimakasih"

"Salju sudah mulai turun,"

"Tidak apa-apa aku akan baik-baik saja. Pulang dengan hati-hati"

"Siap" setelah mengucapkan itu Kai pun berjalan kearah parkiran dan meninggalkan Vania sendirian.

Jam sudah menunjukan pukul delapan malam suasana kampus sudah sepi Vania pun berjalan keluar dengan mantel yang sudah menyelimuti tubuhnya.

Tapi, betapa dibuat terkejutnya dia dengan seorang yang masih berdiri tegak dengan tangan yang dilipat untuk membuat tubuhnya hangat. Vania mengahampiri lelaki itu dan menariknya ke kafe terdekat.

"Apa yang kau lakukan Chanyeol? Jika kau orang benar tidak mungkin kau berdiri didepan pagar tanpa mantel dibawah hujan salju seperti ini" ucap Vania dengan nada kesal. Kenapa Chanyeol melakukan itu. "Kau taruh dimana otak mu Chanyeol? Apa kau sudah gila" Tanya Vania frustasi.

"Aku sudah bilang padamu akan menunggu sampai kau pulang"

Mendengar perkataan itu membuat Vania malah makin menahan emosi agar tidak keluar dan memaki Chanyeol lebih parah lagi.

"Aku tidak memintanya, kenapa kau melakukan hal bodoh seperti itu? Bagaimana jika kau kenapa-kenapa?  Bagaimana Chanyeol?"

"Aku hanya ingin meminta maaf"

"Dengan cara seperti itu? Kau malah membuat ku semakin marah pada mu Chanyeol. Sungguh aku tidak habis pikir padamu."

Chanyeol hanya diam membiarkan Vania meluapkan amarahnya yang dia pendam dari tadi agar itu sedikit membuat Vania lega.

Vania menatap dalam Chanyeol berusaha untuk tetap mengendalikan emosinya agar tidak meluap berlebihan.

"Menjauhlah dari pandangan ku Chanyeol, Aku tidak ingin melihatmu lagi."

Jedaarrr

seperti sebuah halilintar disiang bolong yang membuat siapapun yang mendengarnya akan terkejut. Begitu pula dengan Chanyeol lelaki itu membalas tatapan Vania dengan terkejut seperti ada senapan yang sengaja Vania tembakan untuk mengenai hati Chanyeol.

"Aku mengakui kesalahan ku, aku sudah meminta maaf padamu, aku menunggumu dibawah hujan salju hanya untuk sebagai pembuktian aku tulus meminta maaf padamu. Tapi apa yang aku dapat? Apa Van? Kau egois. Kau malah menyuruh ku pergi, tidak bisakah kau menghargai perjuangan ku walau hanya dengan melihat?"

Vania terdiam tidak ingin menjawab, hanya dapat menunduk meyakinkan dirinya bahwa menyuruh Chanyeol pergi adalah suatu keputusan terbaik.

"Baik, jika keputusan mu adalah menyuruhku pergi, aku akan pergi tapi, kau harus ingat perkataan ku. Jika ada sesuatu yang terjadi padaku, berusahalah untuk tidak perduli padaku" ujarnya lalu bangkit dari kursi kafe dan berjalan kearah pintu tanpa menoleh kearah Vania yang sudah menangis dalam diam.

Entah kenapa ucapan Chanyeol begitu menusuk hatinya. Kenapa perkataan beberapa menit yang lalu yang Vania anggap adalah sebuah keputusan yang tepat malah seakan-akan menghancurkan hatinya hanya dalam hitungan detik.

Dan sekarang Vania sadar membuat sebuah keputusan ketika marah hanya menimbulkan petaka.

Bersambung~

Alhamdulillah

Jakarta, 1 Desember 2018

Berteman yuk  sama aku disini:

IG: Kurnia_ngsh
Fb: Kurnia Ningsih.

Follback? Dm aja (:

Islam As My Dear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang