Bagaian 15

264 20 5
                                    

Jika beban ini benar disebut Rindu. lalu, Kenapa harus diberikan pada orang yang slalu melukai.?

(>>>)

Fatimah memeluk Vania dan menenangkan wanita itu yang belum juga memberhentikan tangisnya. Beribu pertanyaan mengisi otak Fatimah mengenai ada apa sebenernya Vania kenapa dia berlaku seenaknya dengan seorang yang cukup terpandang dinegara ini.

Ya, Fatimah mengenal Chanyeol siapa yang tidak mengenal seorang Park Chanyeol pria karir yang sukses diusianya yang masih muda. tidak sedikit wanita yang mengaguminya.

"Kenapa kau mengajaknya kesini,,hiks, kenapa Fat kenapa?" Ujar Vania disela-sela tangisnya.

"Aku tidak akan membawanya kesini bila dia tidak melakukan hal gila seperti meneriaki namamu dibawa hujan salju yang suhunya lumayan mematikan, aku tidak akan membawanya kesini bila dia rela mati hanya untuk bertemu dengan mu, dan sungguh aku tidak akan membawanya kesini bila dia tidak menangis" Vania menatap Fatimah dengan tatapan aneh.

"Menangis?" Ulangnya seakan tidak percaya dengan ucapan Fatimah.

"Iyaa dia menangis dan itu karna mencarimu. Aku sempat terkejut kenapa kau bisa menamparnya dan mengatakan hal kasar seperti tadi? Setau ku tidak ada yang berani berlaku tidak sopan padanya sekalipun itu orang tuanya--" ada jeda sedikit Fatimah memandang Vania dengan intens "ada hubungan apa kau dengan Chanyeol? Sehingga kau berani berlaku sedemikian kasar padanya dan bahkan Chanyeol diam saat itu?" Lanjutnya curiga.

Benar, apa yang diucap Fatimah adalah benar seharusnya tadi Chanyeol marah bahkan dia bisa saja menampar balik Vania namun, saat itu terjadi Chanyeol hanya diam bahkan dia terlihat pasrah ada apa dengannya? Tidak mungkin Chanyeol ingin melindunginya, Tidak!! Itu tidak mungkin.

Buang pemikiran kotormu tentang kebaikaanya Van, sungguh itu hanya akan menyakitkan!

"Aku membencinya, aku tidak ingin melihatnyaa sungguh Fat, aku tidak ingin bertemu dengannya" Tangis Vania makin memuncak ketika mengingat kejadian saat dipesta kemarin. Entalah sungguh hati Vania sakit bahkan perih.

"Kau tau bahwa Allah Maha memaafkan? Lalu apa yang membuat mu tidak mau saling memberi maaf pada sesama, sebesar apapun atau bahkan sefatal apapun seseorang melakukan dosa Allah dengan mudah mengampunin dan memaafkannya. Lalu, kenapa? begitu susah kah kau memberi maaf pada orang yang membuat kesalahan yang tidak terlalu besar apa lagi fatal."

Vania terdiam entah kenapa dia bingung sekarang sungguh dia bingung antara ingin memberi maaf atau meminta maaf sebab saat ini perasaannya merasa bersalah namun, tidak tau gengsinya terlalu besar saat ini.

"Van, aku tidak mengusirmu, tapi kau disini adalah untuk mengejar pendidikan kau harus kuliah. Ini sudah tiga hari kau tidak berangkat kekampus. Jika kau mau aku bisa mengantarkan mu pulang. Aku tau dimana apartemenmu" benar, jika bukan karna alasan Vania harus menyelesaikan studynya disini dia berani sumpah tidak akan mau balik keapartemennya itu dan bertemu dengan pria jangkung dengan kuping lebarnya.

Walaupun sekarang rindu lebih mendominasi tapi Vania tidak mau bermain-main dengan harapan itu terlalu membahayakan untuk hatinya.

"Iyaa" ujar Vania mensetujui saran Fatimah untuk dia pulang.

"Kalo begitu ayo kita tidur besok aku akan mengantarmu"

Dan mereka berdua pun melangkah memasuki kamar yang didepan pintunya terdapat tulisan 'Allah, My first Love'

(×××)

"Fat, terima kasih banyak. Aku tidak tau apa yang bakal menjadi kehidupan ku sekarang bila tidak bertemu denganmu" lagi-lagi Vania harus menangis walaupun bukan dengan alasan yang sama.

"Sama-sama. Aku pasti akan merindukanmu, jangan sombong mampirlah kerumahku bila ada waktu"

"Kau juga kesinilah bila ada waktu. Pintu apartemenku terbuka luas untuk mu"

"Yasudah. Aku pulang, kau hati-hati jaga dirimu" Vania tersenyum hangat rasa nya benar-benar berat membiarkan Fatimah pergi.

"Kau juga hati-hati" Fatimah menangguki ucapan Vania lalu mengucap salam dan pergi dari pandangan.

Vania masih menatap punggung wanita itu sambil tersenyum sendu, dan ketika tubuh Fatimah sudah tidak terlihat ia pun berbalik dan berjalan memasuki apartemen yang sama sekali tidak ia rindukan dengan alasan karna lelaki itu.

"Vania?" Dan panggilan seseorang di pintu lift membuatnya seketika kaku sungguh kenapa suara itu membuat jantung Vania berdegup kenapa suara itu seakan-akan membayar semua rasa rindu yang sedang Vania panggul kenapa? Kenapa harus suara Chanyeol yang mengobati rindunya?

"Aku senang kau pulang"

"Tapi aku tidak!" Ucapnya ketus sambil berjalan ingin meninggalkan Chanyeol namun gagal karna tubuh pria itu menghalanginya

"Aku minta maaf, aku bisa jelaskan kenapa aku meninggalkanmu dipesta tiga hari yang lalu"

"Cukup aku tidak ingin mendengar apapun"

"Tapi, kau harus mendengar penjelasnya Van"

"Kenapa? Kenapa aku harus mendengarkannya?"

"Agar kau tidak salah paham"

"Untuk apa? Itu bukan urusan ku!"

"Tapi, itu adalah hal yang membuat mu marah padaku"

Tidak ingin memperpanjang perdebatan Vania memilih untuk pergi dari hadapan Chanyeol sumpah hatinya sakit saat ini.

"Jangan terlalu lama mendiami ku Van, karna aku adalah tipe orang yang tidak terlalu suka diabaikan" mendengar suara itu Vania memberhentikan langkahnya sebentar.

"Apa perduliku"Ucapnya tanpa menoleh

"Masih banyak perempuan yang membuat ku nyaman, dan tolong jangan biarkan aku nyaman kepada wanita selain kau" cukup terkejut mendengar hal itu namun, tidak mau ambil pusing Vania pun memencet tombol lift dan benar-benar pergi menjauh dari pria kuping panjang itu.

Apa maksudnya?

Hanya kata itu yang kini bersarang memenuhi pikiran Vania. Kenapa ucapan lelaki itu sungguh berat untuk Vania mengerti. 

Bersambung~

Alhamdulillah

Jakarta, 21 November 2018


Berteman yuk  sama aku disini:

IG: Kurnia_ngsh
Fb: Kurnia Ningsih.

Follback? Dm aja (:

Islam As My Dear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang