Ujian

198 16 69
                                    

Virgo mendekap erat-erat buku tebal di tangannya sambil setengah berlari kecil menyusuri koridor dan lorong menuju Library.

Hari ini akan diadakan test bela diri bersama Mr. Frost Wilton, sementara Virgo tidak dapat menghafal satupun jurus yang sudah diajarkan guru muda itu.

Buku besar dari Library sama sekali tidak membantu. Virgo bisa mati konyol karena membaca buku yang tebalnya tidak masuk akal seperti itu. Belum lagi kelas ramuan bersama Madam Herba, yang mana pertemuan terakhir kemarin dia dan teman-temannya diminta untuk membuat Reffle Potion, ramuan aneh yang akan membuatmu kehilangan bayangan baik di tanah maupun cermin selama 18 jam.

Virgo selalu merutuk sendiri, meratapi nasib kenapa dia tidak bisa melakukan apapun. Baik ilmu bela diri, potion, apalagi sport.

"Awas!" teriak anak-anak di koridor histeris.

Virgo tak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba saja ada kembang api oranye yang meletus di langit-langit tepat di atasnya. Membuat panik anak-anak yang ada disana juga membuat Virgo menjatuhkan buku-bukunya.

Berikutnya, seorang siswa laki-laki terbahak-bahak menatap petasan kecil itu meletus di koridor. Ia berambut merah ke-oranye-an dengan ujung rambut oranye terang, dan beriris mata juga berwarna oranye terang. Yang paling menarik perhatian adalah singa kekar berbulu lebat yang siswa itu sandari.

Se-Axiple tak ada yang tidak mengenal si biang onar itu. Tentu saja Leo Rigel, siswa tahun ketiga di tingkat middle, masih satu angkatan dengan Virgo.

Di Magacia Axiple hanya ada dua biang onar. Saturn, siswa tahun pertama di tingkat High dan Rigel tentunya.

Menara kecil di barat daya kastel pernah hampir roboh karena ulah mereka berdua yang meneteskan tiga jangkrik, satu kepik, dan satu katak muda dengan ramuan Penyatu dan pembesar. Mutan empat serangga + satu amfibi itu jadi sebesar meja dan hampir berhasil membongkar batu-batu penyusun menara.

Mereka maniak kesenangan tanpa memikirkan masa depan. Latar belakang Saturn kurang diketahui. Tapi Rigel, orang-orang tahu dia yatim piatu yang punya harta warisan banyak. Sekalipun Rigel tidak lulus dari Axiple, setidaknya hidupnya telah terjamin sampai hari tuanya nanti.

"Ah, kelas Professor Brower. Aku malas kalau sudah berhubungan dengan math," tutur Rigel seraya pergi dengan menunggangi singa gagahnya.

Rigel tak menghiraukan umpatan dan cemoohan anak-anak kelas lain di sepanjang koridor. Dengan santai ia melompat dari singanya yang tiba-tiba berubah jadi kucing berbulu oranye. Rigel menghilang masuk ke kelasnya.

"Apa sih yang anak itu inginkan?"

"Menguntungkan tidak, menambah masalah iya!"

"Berapa kali dia melanggar peraturan sekolah? Kenapa dia tidak dikeluarkan saja?"

Komentar-komentar buruk tentang Rigel terlontar dari mulut anak-anak yang ada disana. Virgo masih mengatupkan mulutnya sambil memunguti barang-barangnya yang jatuh dan lekas pergi.

Virgo hampir mencapai kelasnya ketika seorang anak laki-laki menyamai langkahnya tanpa sepatah katapun.

"Pagi, Libra," sapa Virgo setengah hati.

"Pagi," balas Libra singkat.

Mereka berdua memasuki ruang kelas tanpa banyak bicara. Kalau Libra wajar saja, karena dia memang orang yang irit bicara. Tapi tidak kalau Virgo.

"Virgo, apa Kau sakit? Bagaimana kalau kita ke Unit Kesehatan?" tawar Aquarius panik melihat Virgo jadi tak seperti biasanya. Ia lantas menatap Libra tajam sambil menginterogasi, "apa yang Kau lakukan pada Virgo?!"

Magastical (Versi Lama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang