Janggal

32 9 0
                                    

Libra melipat tangannya sambil bersandar di sofa hangat sementara kedua temannya yang lain asyik bermain kartu.

Ia yakin ada yang tidak beres malam ini. Wawancara mendadak Liza? Rahasia konyol si narsis Neal? Maksudnya, apa-apaan ini?

Bukannya ini semua mencurigakan?

Petanyaan-pertanyaan yang seharusnya tak ditanyakan, atau sikap tegas yang muncul tiba-tiba. Jadi hantu bisa dirasuki hantu lain? Atau jangan-jangan ....

Argh! Libra mengerang pelan sambil mengacak rambutnya emosi. Libra tahu ia tak seharusnya memikirkan hal ini terus menerus. Tapi rasa penasaran di benaknya tak mau disingkirkan.

"Kau kelihatan frustrasi sekali, Lib," komentar Virgo masih dengan kartu-kartu di tangannya.

Libra memutuskan bangkit dan mencoba membunuh kekesalannya. "Aku akan pergi ke toilet."

"Mau aku temani?" canda Leo, yang kemudian mendapat tatapan tajam dari Libra. "Baiklah, aku akan menjaga tempat dudukmu tetap hangat!"

***

Pukul tiga.

Koridor sekolah masih sepi. Tidak terlalu gelap karena lentera-lenteranya menyala. Libra sendiri tak tahu sedang apa dia di sana selepas dari toilet.

Tempat ini sempurna bagi Libra untuk mendinginkan sejenak kepalanya. Tempat yang tenang ditambah permen mint. Ini sempurna. Haha, lagipula, siapa orang konyol lain yang sengaja berdingin-dinginan di sekolah?

"Pieter?"

Libra menegakan duduknya. Dia dapat melihat gadis berambut pendek merah muda tak jauh darinya.

"Apa aku mengenalmu?"

"Tidak, sepertinya. Tapi kenalkan. Namaku Gemini Grivanova," ujarnya.

"Lalu?"

"Tidak boleh memangnya kalau kita saling mengenal? Aku juga anak zodiak sepertimu."

Libra mengerling. "Aku tidak peduli."

Gadis itu menghela napas kesal. "Kau sedang apa disini?"

"Bukan urusanmu."

"Di mana Rigel?"

"Tidak tahu."

"Kau juga baru saja ditanyai Berry?"

Berry?

"Tidak."

Grivanova mengalihkan pandangannya sebentar. Dia kelihatan murung. "Kalau begitu, aku akan pergi ke asrama. Sampai jumpa."

Grivanova pergi tanpa dihiraukan oleh lawan bicaranya. Libra memang agak egois. Dia tak pernah peduli dengan sekitarnya akhir-akhir ini. Padahal dulu ia tak separah itu.

"Kau kelihatan depresi sekali, Petter," ujar sesumber suara yang lain. Kabar baiknya, ternyata bukan hanya Libra yang jadi orang konyol malam ini.

***

"Ini sudah pukul lima. Benarkah Libra menghabiskan tiga jam berharganya di toilet?"

"Mungkin dia kena sembelit," Leo mengangkat bahu. "Ini dia! Kemenanganku yang ke 37!"

Virgo mengerang dan menyentakan sisa kartunya di atas meja. "Sudah, deh! Aku bosan bermain kartu! Kau punya permainan lain?" protesnya.

Leo merogoh saku celananya. "Aku malas kembali ke kamar. Tapi aku punya permen karet. Kau mau?"

"Ya ... boleh."

Dengan senang hati Virgo menerimanya. Oh ya, ia rasa, diam-diam ia mulai senang mengikuti Leo. Dia juga ingin menjadi maniak kesenangan seperti Leo. Semuanya bermula dari hal kecil begini dulu.

Magastical (Versi Lama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang