Maaf

59 9 1
                                    

"Aku minta maaf. Aku menyesal. Aku minta maaf. Aku menyesal. Aku minta maaf. Aku menyesal. Aku minta maaf. Aku menyesal." Virgo terus berbisik mengulang kalimat yang sama, seakan dua kalimat tersebut terlalu rumit di hapal.

Libra pingsan gara-gara Virgo. Semuanya terjadi begitu cepat. Laki-laki itu kelihatan pucat sekali saat di bawa ke unit kesehatan. Bagaimana Virgo tidak bisa merasa bersalah?

Tentu saja yang saat itu berada di rumah kaca langsung merasa panik. Termasuk Aries. Benar. Dia juga kepanikan, takut kalau dia dituduh jadi penyebab kondisi Libra yang tiba-tiba turun drastis. Tahu sendiri, dia merasa kalau tidak ada yang mau mempercayainya lagi. Dia hanya takut hukumannya bertambah panjang.

Debora sendiri juga begitu panik dan langsung melesat memanggil Professor McClain. Leo dibantu Silverspear untuk membawa tubuh Libra yang begitu lemas. Namun setelahnya, Silverspear dengan berat hati pamit untuk tugas.

Beberapa jam yang lalu Professor McClain sudah memberitahu kalau Libra sebenarnya sudah tidak pingsan. Tapi dia kelelahan dan tertidur. Tak ada yang boleh masuk kecuali kalau dikehendaki.

Dan begitulah ceritanya sampai akhirnya pada pukul tiga sore sekarang Virgo dan Leo masih duduk di depan ruang kesehatan.

"Kudengar Libra di bawa kesini?" Liza datang tergesa-gesa.

"Liza ...."

"Apa yang terjadi?" tanya Liza gelisah.

"Libra tadi kehilangan kesadarannya. Tapi sekarang sudah lebih baik. Dia sedang beristirahat," jelas Leo mewakili.

"Syukurlaah," ucap Liza lega. Ia duduk di samping Virgo dan kelihatan tegang sekali tadi. "Kalau sampai terjadi apa-apa, maka itu tanggung jawabku."

"Apa?" Virgo menoleh. "Memangnya apa yang baru saja terjadi? Kau bertanggung jawab atas apa?"

"Bukan apa-apa. Aku hanya menggumam sendiri memikirkan hal yang lain," Liza tersenyum ke arah Virgo.

Virgo mengulang-ngulang lagi dua kalimat yang entah sudah berapa kali ia ucapkan. Pikirannya kosong, benar-benar tak tahu hal apa lagi yang bisa ia perbuat.

Pintu ruangan terbuka, dan seorang wanita paruh baya yang cantik nan anggun berpakaian serba putih muncul dari balik daun pintu.

"Tuan Pieter sudah bangun," kata Professor McClain.

"Terima kasih, Professor," jawab Leo yang cepat-cepat beranjak masuk, sementara Liza dan Virgo masih diam di tempatnya.

"Virgo, kau tidak masuk?" tanya Liza.

Virgo murung, "aku tidak yakin. Aku takut bertemu dengannya."

Ini semua salahnya. Virgo takut kalau Libra marah padanya. Virgo tahu, Libra memang pantas untuk marah padanya. Sebenarnya juga Virgo tidak begitu peduli kalau misalkan si menyebalkan itu membencinya. Artinya tidak ada lagi Libra yang mengganggu. Tapi ayolah! Virgo jadi tidak enak hati sendiri kalau keadaannya begini.

Liza sebenarnya sudah mengetahui apa yang terjadi. Yah, jangan terlalu dipikirkan. Di awal tadi dia sekedar hanya basa-basi.

Kelihatannya Liza sedang berusaha berpikir. "Libra tidak akan marah padamu."

"Tapi dia pasti akan marah padaku."

"Tidak akan. Aku janji," Liza meyakinkan Virgo.

Kenapa Liza begitu yakin? Virgo sendiri malah yakin Liza seharusnya tahu sifat jelek Libra yang suka menggumamkan panggilan yang kurang sopan, ketus, menyebalkan, dan lainnya.

"Ayo kita temui Libra." Liza menggenggam tangan Virgo.

Liza masuk terlebih dahulu dan bergabung dengan Leo dan Libra. Sedangkan Virgo yang masih ragu mengintip dari balik pintu yang setengah terbuka. Leo sedang sibuk bercerita dan Libra hanya manggut-manggut mendengarkan, sesekali menimpali.

Magastical (Versi Lama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang