Chapter 05 : Mysterious room

137 23 4
                                    

Bagian ini ditulis oleh Inoyomi

Judul bab sengaja dibuat berbeda dari punya bintang_yui

oke cuss kita lanjutkan kisah kemarin

“Dia dibunuh.”
Ketiganya  sontak saling berpandangan heran, terlebih Alan yang masih tak percaya dengan kalimat yang baru di dengarnya. Reihan dibunuh —itu tidak mungkin.

“Nggak mungkin.” Alan bersuara, berusaha meyakinkan dirinya kalau ucapan yang dilontarkan Reina adalah salah.

“Polisi bilang, Reihan bunuh diri, dan semua anak di sekolah ini juga tahu kejadian itu.”

“Ya, kejadian saat malam dia dibunuh,” potong Reina.
Reina dan Alan berpandangan serius.

“Apa kamu yang bernama Alan?” Reina mengamati nametag yang melekat di seragamnya. “Alano,” ejanya.

“Iya gue Alan.”

“Kalau gue Devano.” Vano datang menyela percakapan mereka.

“Aku sudah tahu siapa kamu.” Ungkap Reina.
“Kamu tahu namaku?” Vano  bersemangat.

“Ya, siapa yang tidak kenal murid badung yang sering menghiasi buku skorsing siswa,” jelas Reina.

Vano terkesiap bagai disambar petir. Dari sekian banyak reputasi gemilangnya di mata cewek, tapi yang diingat Reina hanya bagian saat dia diskorsing saja.

“Gadis ini,” pikir Vano frustasi.

“Gue—”

“Diamlah. Aku tidak ada urusan denganmu,” potong Reina ketus.

Dari belakang, Ana menahan tawa begitu pula Alan di depannya.

“Baru kali ini ada yang menolak lo,” bisik Alan.

“Diem lo, es batu.” Vano menyikut perut Alan, membuat cowok itu malah semakin tergelak.
Reina kini kembali menatap Alan.

"Aku hanya mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Kalau kalian tidak percaya, itu terserah kalian."
Reina cuek, ia menatap tiga pasang mata bergantian. Mulai dari Alan,  Vano dan yang terakhir Ana yang berdiri tak jauh dari tempat itu. 
Ia lantas menghampiri Ana yang sejak tadi diam. 

"Aku—" belum sempat Reina berucap, suara peluit panjang mengagetkan mereka berempat. 

"VANO... ALAN. MAU KABUR KEMANA KALIAN? " teriak guru BK memergoki mereka tak ada di gudang untuk bersih-bersih. 

"Mampus!" umpat Vano. "Kabur... kabur lo Lan."

"Kita berdua yang dimarahi, Bego!"
Tanpa sadar, Alan menarik tangan Ana untuk diajak berlari. Sementara Vano menarik Reina.

"JANGAN LARI.  BERHENTI KALIAN!"
Mereka berempat masuk ke dalam satu ruangan di belakang sekolah, yang lebih jauh dari gudang tempat hukuman Vano dan Alan. Bau apek menyambut penciuman mereka, ruangan yang kondisinya bagai tidak tersentuh tangan berabad-abad itu menjadi pilihan terakhir Alan. Vano dan Reina menyusul pula dari belakang. Selanjutnya Alan menutup pintu itu rapat-rapat.
Ana memegang dadanya yang kembang kempis karena harus berlari menyamai langkah Alan. Energinya terkuras dengan napas terengah-engah.

“Kenapa kamu menarikku juga.” Protes Ana bersuara.

Alan menoleh, baru menyadari sudah menggeret Ana lagi. Anehnya, dia tidak langsung melepas pegangannya. Tampaknya masih betah memandang Ana yang berkeringat dengan ekspresi was-was. Sebenarnya Alan tidak punya maksud lain untuk menarik Ana. Ia hanya menarik siapa saja yang didekatnya —dan kebentulan orang yang didekat Alan adalah Ana.

Secret Clover [Book 01]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang