Khiya mencoba mengencangkan suara musik yang keluar dari earphonenya saat perdebatan di dekatnya tidak kunjung selesai. Konsentrasinya jadi terpecah padahal dia sedang dikejar tenggat waktu. Kalau pekerjaannya ini belum selesai juga saat bos herdernya itu datang, alamat bisa didamprat lagi, batin Khiya. Memang sekarang sudah jam pulang kantor, dan banyak pekerja yang sudah pulang. Tapi, bukan berarti dua orang itu jadi bebas berteriak-teriak tidak jelas, kan? Mentang-mentang bos galak mereka sedang tidak ada di ruangannya.
Dengan kesal, Khiya membuka earphonenya dan menatap Chakra dan Winna dengan galak. "Bisa nggak sih lo berdua berantem di rumah aja? Berisik banget tahu, nggak? Gue nggak bisa konsen jadinya!" seru Khiya dengan galak.
"Woho...nyonya herder beraksi!" seru Bayu yang sejak tadi terlihat tidak terganggu dengan perdebatan tidak penting Chakra dan Winna. Dia malah senang melihat dua sejoli itu adu mulut.
"Diam lo, Bay!" ketus Khiya pada Bayu yang langsung membuat lelaki itu mingkem.
"Sorry, Ky. Tapi, sekarang gue tanya deh pendapat lo, wajar nggak suami setiap malam pergi sama teman-temannya sampai larut malam?" tanya Winna dengan wajah jengkel.
Dahi Khiya pun mengerut mendengar pertanyaan itu. Bukankah keduanya berdebat masalah games tadi? Kenapa sekarang jadi urusan rumah tangga? Kalau sudah begini, Khiya jadi tidak enak ikut campur.
"Aku baru dua hari pulang malam, Yang. Kamu lebay banget," ucap Chakra membela dirinya.
"Perginya juga sama gue kok, Win," sahut Bayu.
"Gue bukan mempermasalahkan sama siapanya, Bay. Tapi, wajar nggak udah nikah masih kelayapan sampai malam?"
"Wah, gue belum nikah, Win. Nggak bisa bilang bener nggaknya. Mending lo tanya Pak Bangun deh. Doi lebih berpengalaman." Bayu meringis konyol.
"Kalau nggak bisa bantu, ya udah diam aja! Nggak usah nyahut!" seru Winna galak.
"Salah mulu aing."
"Mampus lo, Bay," bisikku mengejek Bayu yang melotot jengkel.
"Gimana Ky? Menurut lo salah nggak kalau gue ngamuk?" tanya Winna kembali.
"Eng, ehm, kalau gue sih ya, Win. Gue tipe cewek yang nggak mempermasalahkan laki gue pergi ma teman-temannya. Asal pulang nggak bawa anak aja, gue santai." Khiya meringis salah tingkah.
Saat melihat pelototan Winna, Khiya sadar dia sudah salah bicara. Saat seperti ini, tidak seharusnya dia jujur. Temannya itu hanya ingin mendengar dukungan dari dirinya.
"Tapi, kalau udah nikah beda masalah sih, Chak. Lo harusnya nggak ninggalin istri lo sendirian," lanjut Khiya kemudian yang sepertinya sudah terlambat.
"Maneh galau pisan," bisik Bayu yang Khiya hadiahi lemparan pensil.
"Kita omongin lagi di rumah. Kita pulang aja, ya, Yang?" ajak Chakra yang terlihat tidak enak dengan Khiya, Bayu, dan beberapa orang yang masih ada di ruangan. Dia pasti malu masalah rumah tangganya jadi konsumsi publik.
"Kamu aja pulang sana. Gantian aku yang mau ngelayap sampai malam!" seru Winna sambil beranjak pergi.
"Yang!" Chakra pun segera mengejar istrinya itu.
"Berduaan berantem mulu. Heran Akang," ucap Bayu sambil menggelengkan kepalanya. "Untung Neng di rumah kalem. Nggak suka aneh-aneh."
"Neng siapa, Bay?" tanya Khiya heran. "Lo udah punya cewek?"
"Neng yang bersih-bersih rumah," jawab Bayu sambil tertawa bodoh.
"Geblek lo!" umpat Khiya keki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Been Through
RomanceThe couples that are meant to be, are the ones who go through everything that is meant to tear them apart, and come out even stronger -Anonim- Dibalik harmonis dan indahnya suatu hubungan, ada berbagai konflik yang harus dihadapi. Pertanyaannya adal...