13. Forgiveness

28.4K 4.1K 722
                                    

Temans semua, maaf ya komen di part sebelumnya nggak aku baca karena mayoritas isinya malah bahas hal yang bikin males. Perasaan ini cerita Kavin dan Khiya, tapi kok yang disebut-sebut orang lain. Bingung saya tuh. Nextnya, fokus ke karakter di cerita ini aja ya. Nggak usah bahas yang lain-lain lagi. Komenin alur ceritanya. Bukan castnya.

Soal berita kemarin itu aku nggak mau komen. Yang follow ig aku udah tahu reaksi aku akan berita itu. Jadi, nggak perlu lagi diulang di sini. Bikin mood drop aja kan ya (untung bukan mic drop :P). Mending kita happy-happy aja baca ceritanya. Oke?

Buat kalian yang masih galau, boleh kok. Aku pun belum bisa baik-baik aja sampai detik ini. Masih kepikiran terus. Tapi, semoga kegalauan ini nggak berlarut-larut ya. Mereka aja bisa move on, kenapa kita nggak? Semangat ya teman-teman sesama Kaistal Shipper. Fokus cari kebahagiaan untuk diri kita sendiri aja. Dan hindari hal-hal toxic yang cuma bisa nyakitin kita aja. Sakit itu jangan dicari, kecuali kalau kamu masokis.

Aku tahu mungkin untuk beberapa orang agak sulit baca cerita ini dengan bayangin mereka berdua, di saat dalam kenyataan berbeda. Jadi, buat kalian-kalian yang masih sakit hati, jangan bayangin yang lain-lain untuk sementara waktu. Fokus ke kedua karakter aja. Anggap muka Kavin ya kayak begitu dan muka Khiya kayak begini. Jangan dulu bayangin aslinya mereka di dunia nyata. Anggap aja kita nggak kenal sama yang di dunia nyata. Semoga dengan gitu, kalian tetap bisa menikmati ceritanya. Oke?

Aku nggak akan lagi masukin foto-foto keduanya di cerita ini demi kenyamanan bersama. Tapi, castnya tetap mereka kok. Nggak aku ganti.

Awalnya kasih manis-manis dulu ya, belakangan baru kita kasih neraka buat Kavin wkwk.


===


"Semoga kita nggak berjumpa lagi," lirih Khiya kemudian. 

Namun, doa yang buruk tentu saja tidak akan pernah terkabul. Karena keesokan harinya saat Khiya keluar ke parkiran untuk mencari Ravi, Kavin lah yang kembali muncul di sana. Kali ini sendiri, tanpa teman-temannya yang menemani.

"Ravi dipanggil dosen pembimbingnya. Proposal TA nya ada yang harus direvisi. Timo ada kuliah pagi ini." Itu alasan yang diberikan Kavin sambil tersenyum simpul.

Khiya pun hanya dapat menghela napasnya. Kalau sudah begini, mau bagaimana lagi? Tidak mungkin, kan, Khiya kembali menolak setelah seharian kemarin dia sudah mulai bisa bersikap biasa saja kepada Kavin? Pasti akan jadi sangat aneh. Jadi, mau tidak mau, dia terima saja untuk ditemani lelaki itu. Lagi pula, Kavin tidak terlihat melakukan pergerakan yang aneh-aneh.

Mungkin lelaki itu memang hanya ingin berteman kembali dengannya.

"Terus kita mau kemana?" tanya Khiya saat sudah duduk di sebelah Kavin, di dalam mobilnya.

Senyum lelaki itu tersungging lebar. Terlihat sekali dia senang karena untuk hari ini Khiya tidak menolaknya.

"Pernah ke kebun teh?" Khiya menggeleng. "Kamu bisa foto-foto pemandangan gunung di sana. Mau?"

"Mau. Mau. Dari dulu gue pengin foto-foto di kebun teh. Jauh?" ucap Khiya tampak bersemangat.

Kavin pun tersenyum melihat reaksi Khiya. Tidak percuma semalaman dia googling untuk mencari tempat menarik yang bisa mereka kunjungi. Karena terus terang saja, keduanya sudah mendatangi semua tujuan wisata yang ramai dikunjungi di Bandung saat masih pacaran. Karena itu, Kavin harus mencari tujuan lain, yang lebih unik tapi tidak mainstream. Kebun Teh Sukawana, yang menjadi tujuan mereka, masih jarang dikunjungi wisatawan. Meskipun begitu, tempat itu sangatlah indah dan layak untuk dilihat.

"Di area Lembang kok. Palingan cuma setengah jam dari sini." Kavin kemudian melihat ke arah kaki Khiya. "Kamu pakai sepatu kets kan?"

"Iya dong. Kan mau jalan-jalan," jawab Khiya sambil tersenyum lebar. Khiya tidak bisa menutupi rasa antusiasnya. Karena itu, senyumnya terus terkembang.

Been ThroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang