Istirahat siang ini, Khiya, Chakra, Winna, dan Bayu memutuskan untuk makan di sebuah restoran yang baru buka di dekat kantor mereka. Restoran itu spesial menjual bakso dan mie ayam. Keempatnya penasaran ingin mencoba karena setiap siang tempat itu selalu padat dikunjungi pembeli. Meskipun biasanya mereka berempat lebih memilih untuk membawa bekal dan makan bersama di pantry, tapi minggu lalu mereka janjian untuk makan di luar.
Sekali-kali ganti suasana, kata Bayu. Lagi pula mereka juga baru terima gaji pagi ini. Jadi, bisa makan enak.
Khiya dan ketiga temannya, bukanlah tipe pekerja yang suka menghambur-hamburkan uang. Mereka sama-sama berasal dari keluarga serba pas-pasan. Karena itu, mereka terbiasa untuk hidup hemat. Apalagi Bayu yang menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya terkena stroke. Dia harus menafkahi kedua orang tua dan juga seorang adiknya yang masih kuliah. Karena itu, dia harus pintar-pintar mengelola keuangannya.
Sedangkan, Chakra dan Winna sedang menabung untuk membeli rumah. Mumpung mereka belum memiliki anak, jadi mereka bisa menyisihkan penghasilan mereka lebih banyak untuk menabung. Target Chakra, saat anak mereka lahir suatu hari nanti, mereka sudah tinggal di rumah mereka sendiri. Tidak lagi mengontrak seperti saat ini.
Untuk Khiya sendiri, setengah penghasilannya selalu dikirimkan ke ibunya. Sejak pensiun setahun yang lalu dari pekerjaannya sebagai guru SD, ibunya memilih untuk tinggal di kampung halamannya, di mana saudara-saudaranya berada. Meskipun awalnya tidak rela, tapi demi kebahagiaan ibunya, Khiya pun membiarkan ibunya tinggal jauh darinya. Karena itu juga, Khiya akhirnya memilih untuk indekos. Menjual rumah mereka di Jakarta yang uangnya digunakan ibunya untuk membuka warung sembako di kampung.
Lalu, apa kabar ketiga kakak Khiya?
Sejak Khiya tamat kuliah, dia tidak lagi pernah mendengar kabar dari ketiganya. Mereka seperti hilang ditelan bumi. Khiya dan ibunya pun sudah tidak lagi mau peduli. Meskipun Khiya tahu, bagaimanapun berengseknya ketiga kakaknya, ibunya tetap merindukan anak-anaknya itu. Namun, setidaknya, ibunya masih memiliki Khiya.
Anak gadis satu-satunya yang sangat disayanginya.
Kembali lagi keempat sekawan kita.
Setelah mengantri selama setengah jam, mereka akhirnya bisa duduk dan menyantap makanan yang mereka pesan. Di sela-sela makan, seperti biasanya mereka akan mengobrol. Obrolan yang kebanyakan dimulai oleh Bayu si biang gosip kantor mereka.
Lihat saja sekarang, dia sedang bergosip mengenai cinta segitiga yang terjadi di departemen Akunting. Gosip yang memang sedang hangat dibicarakan belakangan ini.
"Gue dengar sebentar lagi si Rika mau merit sama Yandi. Dan, kalian tahu si Nindy mau ngapain?" ucap Bayu sambil mengunyah bakso uratnya. Dia menatap ketiga temannya satu per satu dengan mimik muka serius. Seakan-akan ucapannya itu pentingnya selevel dengan urusan negara. "Tebak dong!" seru Bayu gemas saat ketiganya cuma menatap dia bingung.
"Mau mengacau di kawinan mereka?" ucap Chakra. "Kalau iya, pas kondangan gue rekam ah nanti."
"Yeu, maneh demen banget sama ketubiran," seru Bayu memutar bola matanya. "Nindy nggak senekat itu."
"Bunuh diri?" sahut Chakra lagi, asal.
"Maneh tahu nggak bunuh diri itu dosa? Nggak mungkin Nindy yang alim begitu bunuh diri."
"Lah, terus apaan?" tanya Chakra lama-lama gemas.
"Nindy mau resign katanya."
"Ahelah gitu doang. Gue kira apaan," seru Winna yang merasa gosip Bayu antiklimaks. "Sejak Yandi sama Rika pacaran, udah digosipin kali si Nindy mau resign. Ya lo pikir aja ada di posisi dia. Sahabatnya sendiri menikung pacarnya. Kalau gue jadi Nindy, udah abis si Rika gue amuk," seru Winna berapi-api.
KAMU SEDANG MEMBACA
Been Through
Roman d'amourThe couples that are meant to be, are the ones who go through everything that is meant to tear them apart, and come out even stronger -Anonim- Dibalik harmonis dan indahnya suatu hubungan, ada berbagai konflik yang harus dihadapi. Pertanyaannya adal...