14. Happy Birthday to Me

25.6K 3.8K 413
                                    

Kavin POV

Gue mengerang sebal saat bunyi getaran ponsel di nakas mengganggu tidur nyenyak gue. Gue bahkan baru memejamkan mata beberapa menit yang lalu setelah mengerjakan tugas akhir. Dan, baru saja akan terlelap, suara bising itu membuat gue harus kembali terjaga. Apa ini orang nggak tahu gimana sulitnya buat gue bisa tidur nyenyak belakangan ini?

Lagi pula, siapa sih yang malam-malam buta begini menelepon?

Dengan kesal, gue mengambil ponsel di atas nakas. Tanpa melihat siapa yang menelepon, gue pun langsung menjawabnya.

"Halo!" ucap gue dengan sedikit membentak.

"Galak banget sih, Mas!" Suara Karina di seberang terdengar merajuk.

"Siapa suruh nelepon tengah malam begini," omel gue kesal. "Ada apa?"

"Dih, Mas lupa ya?"

"Ha?"

"Makanya punya pacar, biar ada yang ngingetin!" ledeknya yang bikin gue makin jengkel.

"Mas tutup ya. Bye!"

"Massss!!!!" teriak dia yang membuat gue mengurungkan niat untuk mengakhiri pembicaraan. "Aku mau bilang, selamat ulang tahun kakak tersayangku yang bawel dan nyebelin. Semoga di umur Mas yang ke-21 ini, Mas bisa jadi cowok yang lebih baik lagi. Nggak suka selingkuh, nggak berengsek ...."

"Mas matiin beneran ya, Dek."

"He..he.. peace ah, Mas. Marah-marah mulu kayak lagi PMS." Karina terkekeh di seberang sana. "Pokoknya dedek doain semoga Mas cepat dapat pacar lagi. Pacar yang sayang Mas dan juga Mas sayang. Jangan nangisin Kak Khiya mulu. Oke?"

"Hmmmmm."

"Ih, gitu banget sih reaksinya. Aminin dong!"

"Terserah kamu, Dek," jawab gue malas. "Udah ya, Mas mau tidur lagi."

"Yah, gitu doang? Aku nggak diajak makan-makan?" protes Karina.

"Yang ulang tahun Mas, harusnya kamu yang traktir Mas."

"Yee, yang kakak di sini dedek atau Mas?"

Gue mengembuskan napas panjang. "Ya, udah minggu depan Mas pulang. Nanti kita makan-makan."

"Asiiikk. Gitu dong." Karina berseru senang. "Sekalian beliin aku dress ya. Kemarin ada yang lucu gitu, Mas. Tapi, uang jajanku nggak cukup."

"Udah Mas duga kamu pasti minta sesuatu." Gue mendecakkan lidah. Meskipun adik gue ini selalu minta ini itu, tetap aja gue nggak pernah bisa menolaknya. Selain karena gue sayang dia, juga karena cuma gue lah orang yang bisa memanjakannya seperti ini. "Doain aja Mas dapat rezeki."

"Pasti dong. Nama Mas Kavin selalu dedek sebut dalam doa." Karina lagi-lagi terkekeh. "Ya, udah. Balik tidur gih! Dedek juga mau bobo."

"Hmmm."

"Bye, Mas Kavin. Dedek sayang Mas. Muah muah."

Mendengar dia yang begitu lucu, gue pun akhirnya tertawa juga. "Iya. Mas juga sayang Dedek."

Setelah sambungan telepon mati. Gue pun meletakkan hape kembali di atas nakas. Gue mencoba untuk tidur lagi, tapi mata gue sama sekali nggak bisa diajak bekerja sama. Sedikit pun, rasa kantuk itu nggak ada. Akhirnya, gue pun memilih untuk duduk sambil bersandar di dinding. Gue menghidupkan lampu meja, lalu mengambil buku diktat kuliah gue yang masih terbuka karena tadi sedang gue baca sebelum merasa ngantuk, lalu mencoba melanjutkan bacaan gue lagi.

Meskipun mencoba untuk berkonsentrasi memahami tulisan yang ada di sana, tapi otak gue seakan enggan untuk melakukannya. Sebaliknya, otak gue terus menerus menyuruh gue untuk mengambil hape lalu memeriksa sesuatu di dalam sana. Setelah pergumulan batin selama beberapa menit, akhirnya gue pun menyerah.

Been ThroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang