Waktu terasa berjalan cepat saat kita tidak menghitungnya. Itulah yang dirasakan oleh Kavin. Masih lekat di ingatan hari pertama dirinya menginjakkan kaki di kampus impiannya. Mengikuti orientasi mahasiswa baru bersama teman-teman seangkatannya. Berkenalan dengan orang-orang baru di lingkungan yang baru pula. Memulai rutinitas yang sangat berbeda dari masa SMA-nya.
Dan, tiga tahun kemudian, Kavin resmi menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan menyandang predikat sebagai salah satu lulusan terbaik di jurusan bahkan kampusnya.
Tidak perlu menunggu lama, hanya berselang satu bulan dari hari kelulusannya, Kavin diterima bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di industri penyuplai semen. Menjadi seorang staf di departemen Perencanaan Pengembangan Bisnis atau biasa disebut Business Development Plan.
Kenapa Kavin tidak berkerja di perusahaan kedua orang tuanya? Alasannya, kalau Kavin memilih bekerja di perusahaan ayahnya, maka ibunya pasti akan cemburu dan protes. Dan, apabila Kavin memilih ibunya, maka ayahnya pun akan merasakan hal yang sama. Jadi, jalan tengah yang terbaik untuk semuanya adalah dengan bekerja di perusahaan yang tidak terkait dengan kedua orang tuanya.
Lagi pula, Kavin ingin melepaskan diri dari bayang-bayang kedua orang tuanya. Kavin ingin hidup mandiri. Dia bahkan memutuskan untuk keluar dari rumah dan tinggal di sebuah apartemen sederhana bersama Tegar. Tegar memang belum lulus kuliah, tapi dia lebih memilih untuk tinggal bersama Kavin daripada berada di rumahnya yang selalu ramai akibat kelakuan adik-adiknya yang masih kecil.
Tiga bulan sudah Kavin menjalani hidup sebagai seorang karyawan. Dan, sejauh ini Kavin menikmati pekerjaannya. Dia memiliki rekan kerja yang siap membantu dan juga atasan yang selalu membimbingnya. Karena itu, meskipun baru bekerja, Kavin sudah dapat memberikan hasil kerja yang memuaskan. Membuatnya jadi bahan pembicaraan hangat di kantornya. Tampan, sopan, dan cerdas. Benar-benar lelaki hampir sempurna.
Hampir.
Karena pada kenyataannya, Kavin tetap merasa ada yang kurang dalam hidupnya.
***
Di semester tujuh ini, kegiatan Khiya bukan main sibuknya. Selain kuliah dan mengerjakan tugas, Khiya juga disibukkan dengan unit kegiatan mahasiswa yang dia ikuti sejak tingkat dua. UKM tersebut memiliki kegiatan yang fokus pada pengabdian masyarakat. Seperti bantuan untuk korban bencana alam, rumah belajar untuk anak-anak kurang mampu, bakti sosial untuk masyarakat di daerah, dan kegiatan serupa lainnya.
Acara kali ini adalah kali terakhir Khiya memegang kepanitiaan dikarenakan dirinya yang sudah berada di tingkat akhir. Karena itu, dia melakukan yang terbaik untuk memastikan semua berjalan dengan lancar. Meskipun dia terpaksa mengorbankan waktu tidurnya untuk mengerjakan semua tugas-tugasnya setelah rapat dengan teman-teman UKM. Namun, semua kesibukan itu dinikmati Khiya.
Karena Khiya tahu, semua itu akan menjadi kenangan indah untuknya di masa depan nanti.
Hubungannya dengan Sigra pun bisa dibilang berjalan dengan sangat baik. Lelaki itu masih menyempatkan diri pulang ke Jakarta untuk menemuinya di akhir pekan, meskipun Sigra sedang sibuk mengerjakan Tugas Akhirnya. Sigra termasuk yang agak terlambat lulus di angkatannya karena terlalu sibuk bermain, ini kata Khiya. Meskipun Sigra beralasan, masa muda itu hanya sekali jadi untuk apa dihabiskan dengan belajar saja. Kalau sudah begini, Khiya cuma bisa geleng-geleng kepala.
Meskipun status mereka saat ini berpacaran, tapi tidak ada perbedaan berarti dari hubungan keduanya. Mereka masih suka saling ledek atau adu mulut antara satu sama lainnya. Meskipun begitu, Sigra adalah orang pertama yang akan Khiya cari saat sesuatu menimpanya. Bagi Khiya, Sigra adalah pacar dan juga teman terbaiknya.
Semua orang yang melihat mereka selalu mengatakan bahwa mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Terlihat sangat manis dan juga lucu. Banyak teman Khiya yang iri dengannya karena memiliki kekasih yang tampan, baik hati, dan juga penyayang. Khiya pun merasa beruntung karena Sigra mencintainya dengan tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Been Through
RomanceThe couples that are meant to be, are the ones who go through everything that is meant to tear them apart, and come out even stronger -Anonim- Dibalik harmonis dan indahnya suatu hubungan, ada berbagai konflik yang harus dihadapi. Pertanyaannya adal...