16. It's Always Been You

37K 4.4K 849
                                    

Sejak kejadian di malam itu, hubungan Kavin dan Khiya pun menjadi canggung. Kecuali membahas mengenai pekerjaan, keduanya tidak lagi mengobrol seperti biasa. Khiya terlihat jelas menghindari Kavin dan Kavin terlihat pasrah dengan sikap Khiya tersebut. Kavin sadar dia sudah salah langkah malam itu.

Hanya Tuhan dan dirinya yang tahu bagaimana hebatnya pengendalian Kavin selama dua bulan terakhir ini. Kavin berusaha keras untuk bersikap biasa pada Khiya agar gadis itu tidak merasa sungkan apalagi sampai takut dengannya. Tujuan Kavin hanya ingin mendapatkan kepercayaan gadis itu lagi. Dan, hal itu bisa dilakukannya apabila dia bersikap layaknya seorang teman biasa.

Namun, semua berantakan saat dia mendengar Khiya menyuruhnya untuk menjalin kasih dengan wanita lain. Saat itu juga Kavin ingin Khiya tahu bahwa dirinya masih sangat mencintai gadis itu. Bahwa dirinya sedang berusaha untuk memperbaiki dirinya untuk gadis itu. Kavin ingin Khiya tahu, bahwa lelaki itu masih mengharapkan kesempatan kedua.

Dan, saat semua ucapan itu akhirnya keluar, yang kemudian Kavin rasakan hanyalah penyesalan. Seandainya dia tidak gegabah maka hubungan mereka pasti masih baik-baik saja saat ini. Khiya pasti masih menerimanya sebagai seorang teman baik. Sekarang, Kavin bahkan tidak yakin Khiya masih mau menjalin komunikasi dengannya setelah program magangnya selesai.

Gadis itu pasti akan kembali membuat benteng di antara keduanya.

Kalau sudah begitu, mau tidak mau Kavin harus berjuang lagi dari nol. Berat pasti, tapi Kavin selalu punya rasa optimis yang besar. Dia tidak akan menyerah akan Khiya. Dia akan berjuang untuk gadis itu hingga titik darah penghabisan. Sebelum janur kuning melengkung, apa pun masih bisa terjadi.

Karena Kavin percaya Khiya adalah takdirnya.

***

Malam itu, Khiya dan Sigra berbicara banyak hal, terutama mengenai kehadiran Kavin kembali dalam hidup Khiya. Khiya akhirnya jujur pada Sigra bahwa Kavin adalah mentor yang sering dia ceritakan selama ini. Dan, alasannya tidak mengatakannya pada Sigra adalah karena Khiya tidak ingin Sigra cemas pada dirinya.

Meskipun kecewa, Sigra pada akhirnya memaafkan Khiya. Sigra paham kekhawatiran Khiya. Lagi pula, sikap khiya terhadap Kavin membuatnya lega. Gadis itu memilihnya. Tidak ada yang lebih penting dari hal itu bagi Sigra.

Karena itu, meskipun masih ada rasa tidak rela membiarkan Khiya kerja bersama mantan kekasihnya, pada akhirnya Sigra mencoba untuk mempercayai gadisnya. Sigra yakin, Khiya tidak akan berpaling dari dirinya. Khiya pun meyakinkan Sigra bahwa dia akan menjaga jarak dengan Kavin. Agar hal seperti malam itu tidak akan lagi terjadi.

Dan, Khiya benar-benar menepati janjinya.

Khiya bersyukur masa magangnya hanya tinggal tiga minggu lagi. Setelah itu dia tidak akan lagi bertemu Kavin. Khiya akan kembali ke kampusnya dan menghabiskan harinya dengan tugas dan juga teman-temannya. Hanya Sigra lah yang akan menjadi satu-satunya lelaki yang berada di dalam pikirannya.

Seperti sebelumnya, Khiya pasti bisa melupakan Kavin.

***

Khiya sedang menyelesaikan desain baru untuk banner penjualan yang biasa dipasang di toko-toko bangunan, saat tiba-tiba saja tumpukan kertas dibantingkan di atas mejanya dengan kuat. Khiya bahkan sampai melompat dari bangku saking terkejutnya. Saat dia menoleh ke kanannya, di mana orang yang membantingkan kertas itu berdiri, jantungnya langsung berdebar cepat mendapati wajah Johan yang menatapnya tajam.

"Ini lo yang buat, kan?" bentak lelaki itu dengan suara kencang.

Rian dan Gita yang sedang mengetik pun langsung menghentikan kegiatan mereka untuk melihat apa yang sedang terjadi. Kavin sendiri sedang keluar ruangan, bertemu dengan Manajer Produksi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Been ThroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang