Siang itu Jefri dan teman-temannya tengah menghabiskan makan siang mereka di kantin kampus. Sejak tadi tenaga dan pikiran mereka diforsir untuk mengerjakan soal praktikum akuntansi dari mengelola bukti transaksi hingga membuat laporan keuangan, membuat mereka makan seperti orang kesetanan.Diantara mereka berlima, Jefri-lah yang paling tenang. Ia memisahkan seledri yang ada dalam mangkuk sotonya dan membuangnya di atas tisu yang sudah ia siapkan di samping mangkuknya. Jefri tidak suka seledri dan Mak Tun, penjual soto ayam di kampusnya selalu saja salah jika membuatkan soto ayam pesanan miliknya.
"Bro, soto lo masih banyak sih? Punya gue udah habis nih." Celetuk Jonny yang sudah menandaskan semangkuk soto ayam ekstra hotnya dan kini mengambil gorengan yang tersedia di atas meja.
"Sttt..." Jefri meletakkan telunjuk tangannya di depan bibirnya, "Kalau masih makan jangan sambil bicara. Nanti keselek." Nasihatnya yang membuat keempat temannya saling berpandangan.
"Iya deh yang cucunya Kyai Maulana emang beda." Ledek Erwin yang duduk di samping Jefri. Pemuda itu memutar bola matanya seolah sudah jengah mendengar apapun yang dikatakan oleh Jefri.
"Tapi emang bener 'kan, Win? Udah terusin makannya nanti keburu dingin nggak enak." Kata Jefri yang kembali melanjutkan acara makannya dengan khidmat. Sedangkan keempat temannya tertawa.
"Jefri udah cocok jadi bapak-bapak ya, bro. Kita berasa jadi anaknya, iya nggak sih?" Tanya Damar yang diakhiri dengan tawa keras khas miliknya.
Namun sedetik kemudian..
"Uhuk uhuk uhuk.." Dan Damar tersedak ayam yang tengah dikunyahnya.
"Nah 'kan apa gue bilang." Kata Jefri yang membuat semua temannya menatap Damar prihatin.
Saat mereka kembali melanjutkan makannya dengan tenang, seorang perempuan mendekati meja mereka dan duduk di sisi kiri Jefri yang kosong. Seketika aroma parfum yang dipakai perempuan itu menyebar dan membuat konsentrasi makan mereka terganggu.
"Hai, Jefri. Lagi makan ya?" Tanya perempuan itu sambil mengibaskan rambut hitam panjangnya ke belakang layaknya model iklan sampo.
Jefri menoleh sekilas dan memasukkan sendok terakhir sotonya, "Iyalah masa masih tidur." Jawabnya cuek yang membuat keempat temannya tertawa cekikikan.
Si perempuan yang bernama Shintya tadi juga ikutan tertawa walaupun dipaksakan, "Ih Jefri lucu banget deh." Katanya gemas dan mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi Jefri namun dengan cepat tangan Jefri mencegahnya.
"Bukan muhrim, nggak boleh sentuh-sentuhan." Kata Jefri masih mempertahankan sifat cueknya.
"Nah itu lo juga pegang-pegang tangannya Shintya, bro." Celetuk Erwin yang membuat Jefri buru-buru melepaskan tangan Shintya dari genggamannya.
"Astaghfirullah."
.
.
.
.
Nah kalau Jefri itu alim alim tapi kadang suka khilaf. Kan gawat kalau ketemunya cowok kayak dia. Bisa-bisa nggak kuat iman, iya nggak sih? Hehehe
arianakim2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl Must Dating with Good Boy | Jaerose [END]
Novela JuvenilCeweknya play girl, genit dan boros. Cowoknya alim, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung. Kalau mereka pacaran, kira-kira akan seperti apa jadinya? . . . . Kalau kata orang, Jefri itu ibaratnya pangeran tampan yang keluar dari buku dongeng. O...