Bulan keempat pada tahun ini, beberapa siswa dan siswi biasanya akan sibuk. Akhir bulan april akan menjadi hari yang sibuk, sama sibuknya dengan matahari yang akan berkerja keras di musim semi ini, para siswa mungkin ada beberapa yang akan pulang malam dan berkeluh kesah kepada orangtuanya atau menggosipkan beberapa guru yang sibuk memberikan mereka tugas yang banyak di awal semester. Tentu hanya satu orang yang tidak terpengaruh dengan keduannya.
"Kau tak rapat atau yang lainnya." Jaehyun hanya menoleh sebentar lalu kembali sibuk dengan bukunya.
"Tidak." Serunya setelah itu. Dia memanjangkan tangannya mengambil keripik kentang Taeyong yang sengaja diletakkan diatas meja.
"Bukankah kau salah satu panitia?" Tanyanya sambil mengambil sedotan membawa minuman itu kedalam mulutnya.
"Ini waktunya makan siang Lee Taeyong, tentu saja, aku sebagai manusia juga perlu makan." Dia menutup bukunya, lalu menyambar potongan sandwich didepannya.
"Kau memang manusia yang luar biasa." Taeyong memberikan jempol padanya, senyuman itu terkembang.
"Tentu saja."
"Kau makan dengan sangat lahap, Jaehyun. Terima kasih telah menghabiskan makanan ku juga." Jaehyun menoleh memandang Taeyong dengan bingung. Sadar apa yang telah dia perbuat, tangannya itu dengan meletakkan kembali sandwich ke atas piring yang berada didepan Taeyong.
"Makanlah." Katanya, mendorong piring kecil itu ke hadapan Jaehyun.
Pada awalnya dia canggung, menyerah setelahnya. "Kau memang sahabatku yang terbaik." Taeyong mengangguk, nepuk-nepuk pundak Jaehyun. Namun perkataan Taeyong setelahnya, membuat dia menyesal.
"Karena kau telah memakan makan siangku, nanti belikan aku cheesecake." Yang membuat dia hanya bisa menghela napas tanpa membalas.
"Lee Taeyong. LeeTaeyong." Mata itu menoleh, menatap Ten yang kini tengah memasuki kantin dengan belari, beberapa orang kini sibuk memandangi mereka akibat suara besar yang dikeluarkan Ten. Sungguh anak laki-laki keturunan Thailand itu sama sekali berniat mengendurkan suaranya walaupun telah ditatap seperti itu.
Dia berlari kearah Taeyong lalu duduk dihadapannya, tangannya yang memegang sebuah brosur terangkat keatas, meletakkan brosur itu ke meja.
"Kita harus ikut ini." Taeyong hanya memandang Ten dengan wajah bingung tak mengerti dengan tingkah Ten.
"Oh. Itu. Acara puncak festival musim semi. Semua orang bisa tampil disana tentu saja setelah diseleksi dengan panitia." Seru Jaehyun dengan mulut yang penuh makanan.
"Ayo kita mendaftar sebagai duo." Taeyong mengangguk dengan cepat, yang barengi dengan senyum manis yang terlihat di wajah Ten.
"Ngomong-ngomong, dimana Yuta? Bukankah tadi dia bersamamu?"
"Oh." Seru Ten dengan wajah malas yang terlihat. "Dia meninggalkanku dan makan bersama dengan teman Jaehyun." Tambahnya sambil membenarkan duduknya.
"Teman?" Jaehyun mengerutkan keningnya,berfikir dengan cepat. "Winwin? Mustahil. Mereka dekat?" Tanyanya dengan penasaran.
"Bukan hanya dekat, lebih daripada itu."
"MUSTAHIL." Jaehyun teriak tak percaya. Dia bahkan tak berniat melanjutkan makanannya.
"Mereka bahkan baru kenal beberapa minggu." Tambah Taeyong tak percaya.
Ten mengangkat tangannya, menopang dagu dengan tangannya. "Cinta bisa datang kapan saja. Ada yang menyadarinya saat pertama kali bertemu tetapi ada juga yangbertahun-tahun tak sadar, karena ada tembok besar yang menghalangi listrik cinta untuk mengalir mendekati kewarasan mereka."
"Kau bicara apa? Bisa kau jelaskan secara perlahan?"
Ten menghela napasnya, lalu menoleh, menatap Jaehyun. "Kau mengerti, bukan?"
Jaehyun bergerak gugup sebelum akhirnya bangkit dari tempat duduknya. "Aku baru ingat kalau siang ini ada rapat penting. Aku pergi dulu. Tunggu aku di gerbang, nanti kita pulang bersama." Setelahnya dia bangkit, berlari dengan cepat.
"Dia kenapa?" Tanya Taeyong dengan wajah polosnya.
"Ternyata kau lebih bodoh daripada Jaehyun." Ten bangkit, tangannya dengan cepat menarik brosur, menjauhi Taeyong yang kini terlihat kesal.
"Jangan mentang-mentang dia petinggi sekolah sehingga kau mengatai aku bodoh."
***
"Kau mungkin akan terkejut dengan video ini." Jaehyun baru saja memasuki ruang rapat, sambutan Mingyu membuatnya bingung. "Video performance yang masuk." Dia menjelaskan tetapi tetap saja Jaehyun tak mengerti.
"Your Dear Little Friend dan temannya mengirim video performancenya. Kau mau lihat. Kau pasti akan terkejut." Mingyu melambaikan lempengan disk ditangannya, siap memasukkan kedalam CD player.
Layar televisi yang yang semula gelap kini menampilkan beberapa tulisan 'Taeyong dan Ten – Baby Don't Stop'. Jaehyun mengangguk, mungkin ini yang dikatakan Ten beberapa hari yang lalu. Layar televisi kembali menghitam, sedetik kemudian menampilkan Taeyong yang berambut merah –dia pasti memakai wig. Layar bergulir menampilkan Ten yang kaos tanpa lengan berwarna hitam bernyanyi dengan suaranya yang lembut, Ten berjalan menuju tengah panggung diikuti oleh kamera.
What the hell. Jaehyun tak tahu jika Lee Taeyong, teman sejak kecilnya itu berpakaian kaos putih tanpa lengan dan menampilkan lengan putihnya. Jaehyun bangkit dengan cepat, menyambar tombol power dengan cepat, mengeluarkan CD dengan cepat.
"Lagipula kami sudah melihatnya." Jaehyun menepuk dahinya frustasi.
***
"Selamat pagi, Taeyongie." Jaehyun mendongak, menatap Mingyu yang berdiri didekat meja Taeyong,dia meletakkan kedua telapak tangannya diatas meja menopang tubuhnya.
"Kau temannya Jaehyun." Mingyu mengambil tangan Taeyong lalu menggenggamnya.
"Iya. Namaku Kim Mingyu. Senang mengenalmu." Taeyong mengangguk lalu dengan cepat menarik tangannya dari genggaman tangan Mingyu.
"Senang mengenalmu juga." Taeyong mengangguk, lalu memalingkan wajahnya, menatap Jaehyun. Jaehyun menghela napas, sebelum akhirnya berdiri, menarik tangan Mingyu menjauh.
"Apa maksudmu?" Tanya Jaehyun ketika mereka telah menjauh dari kantin.
"Apa?"
Jaehyun menghela napasnya. "Maksudmu mendekati Taeyong?"
"Tentu saja aku ingin mengenalnya lebih jauh." Dia berkata dengan sangat santai. Tangannya kini terangkat keatas menyentuh pundak Jaehyun. "Tak apa, bukan? Bukankah kau dan dia hanya sahabat?"
***
TBC
**
YOU ARE READING
Will We Stay Like This?
RomanceTaeyong dan Jaehyun telah lama bersama. banyak waktu yang telah mereka lalui bersama. sedih, senang, tawa dan canda, tak pernah mereka sadari, cinta itu tumbuh bukan sebagai sahabat tetapi juga cinta yang dalam, tak ada yang sadar dan tak ada yang m...