***
"Hai."
Popup notifikasi dan suara kecil pesan dari ponsel putihnya, membuat Taeyong mendongakkan kepalanya, bukan hanya Taeyong sebenarnya tetapi Jaehyun juga sangat penasaran, tugas sekolahnya tak lebih menarik dari suara notifikasi chat dari ponsel Taeyong.
Taeyong mengambil ponselnya tanpa menghilangkan pandangan tak luput dari bukunya. Dahinya berkerut, ketika menemukan nomor tak dikenal dalam chatnya. Tetapi entah mengapa jari Taeyong bergerak menjawab chat yang masuk.
"Maaf tetapi ini siapa?"
"Kau kenapa?" Tanya Jaehyun ketika Taeyong meletakkan ponselnya diatas meja.
"Ada seseorang yang mengirimkan chat padaku dan aku membalasnya." Serunya sambil membuka bukunya kembali.
"Kau tak kenal tetapi kau menjawabnya?" Seru Jaehyun bingung.
"Mungkin saja orang ini, teman kita, Jaehyun. Oh- dia membalasnya." Serunya dengan cepat menyambar ponsel miliknya. "Oh Kim Mingyu."
"Kim Siapa?" Jaehyun dengan cepat mendongak, berdoa didalam hati jika telinganya tak salah mendengar.
"Kim Mingyu. Lihat."Taeyong mengangkat ponselnya, menunjukkan chat dirinya dan Mingyu. Tertulis disana,Ini Kim Mingyu.
"Oh." Jaehyun menutup dengan cepat menutup bukunya. Dia lalu bangkit. "Aku lapar. Ada makanan apa?"
"Lihat saja sana." Serunya tanpa melihat Jaehyun, dia masih berkonsentrasi pada ponselnya. Tangannya lalu terangkat, terayun,seolah menyuruh Jaehyun cepat pergi.
Menghela napasnya ketika sampai didepan kulkas, entah kenapa dadanya terasa nyeri, apa karena tubuh kurang asupan minum atau buah. Tangannya terangkat membuka kulkas, mengambil sebuah choccolate milk, dia menyeringai, sebelum akhirnya menegak semuanya, tak peduli jika Taeyong akan memarahi.
Jaehyun menggeram, menyadari bahwa ini bukanlah sebuah kehausan, ada sesuatu yang memang mengganjal di hatinya. Tetapi apa itu dia tak mengerti?
"Kau mengerti maksudku, bukan?"
Kata-kata Ten terngiang kembali pada otaknya, cemburu, apa dia cemburu? Dia melangkahkan kakinya, berhenti didepan pintu dapur menemukan Taeyong masih sibuk dengan ponselnya.
Dia benci. Benci Taeyong lebih suka bermain dengan ponselnya. Bukan, ini bukan cemburu, dia hanya benci Taeyong tak memperhatikannya lebih mementingkan ponsel dan Kim Mingyu. Senyum itu terangkat, dia berlari mendekati Taeyong, menarik ponselnya menjauh, bahkan melemparnya ke sofa.
"Jaehyunie." Tangan Jaehyun terangkat menarik tangan kecil itu untuk berdiri. "Aku mau nonton The Trolls, ayo ke kamarmu."
Taeyong mengerutkan dahinya. "Tumben sekali, kau selalu bilang aku kekanak-kanakan."
"Untuk hari ini tidak."
***
Jaehyun menggeram marah, kakinya dengan cepat melangkah mendekati Taeyong yang kini tengah duduk di salah satu meja tetapi ada Yuta disana, wajahnya bahkan sangat dekat dengan wajah Taeyong bahkan sesekali saling berbisik bahagia. Dia mendorong tubuh Yuta, membuat dirinya kini duduk diantara Yuta dan Taeyong, bahkan tanpa bersalah memasang senyum lebarnya.
"Kalian sedang membicarakan apa?" Tanya Jaehyun dengan senyumnya yang makin lebar. Yuta memalingkan wajahnya dengan cepat.
"Bukan urusanmu."
"Yuta, beritahu saja dia. Mungkin saja bisa membantu, bukankah sahabat Winwin?" Taeyong perlu menarik tangan Yuta untuk menarik perhatiannya.
"Tunggu. Memang ada apa dengan Winwin?" Jaehyun dengan sigap menatap Taeyong.
"Dia, Nakamoto Yuta, ingin menyatakan cintanya pada Winwin." Jaehyun terlihat shock mendapat informasi itu, dia berpaling menatap Yuta.
"Kalian, baru, kenal, selama, dua, minggu."
"Memang kenapa? Apa salahnya? Memang dirimu dan Taeyong?"
Taeyong berdiri dari tempat duduknya, melirik tajam Yuta dari balik tubuh Jaehyun. "Memangnya kai berdua kenapa?"
"Sudahlah." Yuta bangkit, lalu menatap Taeyong."Yang penting, aku minta tolong kalian untuk membantuku."
"Dia benar-benar jatuh cinta pada Winwin pada pandangan pertama?" Tanya Jaehyun, dia menoleh menatap Taeyong yang masih memandang Yuta dengan senyum diwajahnya.
"Dia bilang begitu. Bagaimana denganmu, Jaehyun? Apakah kau pernah jatuh cinta?" Jaehyun memutar badannya menatap mata Taeyong. Kedua tubuh mereka tak berjarak membuat pandangan matanya tepat menatap mata bulat Taeyong yang indah itu.
Berkali-kali dia jatuh. Mata bulat besar berwarna hitam itu sungguh indah, ada bintang yang yang sangat bersinar disana, bintang terindah yang tak pernah dimiliki oleh galaxy manapun, hanya dirinya yang bisa melihat sedekat ini.
"Ak-."
"Hai Taeyong-ssi."
Mata itu sontak tak memandangnya lagi, Taeyong memalingkan wajahnya, memandang Kim Mingyu yang berdiri disampingnya dengan tangan yang berada di meja. Jaehyun merasa dejavu, bukan, itu bukan dejavu Jaehyun, memang terjadi beberapa hari yang lalu.
"Ini Choccolatte untukmu." Mingyu menyodorkan sebuah kotak minuman, senyuman juga dia berikan. Taeyong mengangguk, menerima kotak minuman Mingyu dengan sukarela.
"Terima kasih, Mingyu." Serunya dengan suara yang sangat merdu.
"Sama-sama. Sampai bertemu nanti." Seru Mingyu, dia lalu berbalik meninggalkan kantin.
"Apa maksudnya 'sampai bertemu nanti'?" Taeyong hanya mengangkat bahunya, tak mengerti juga. Tangannya lalu mengambil sedotan, berkeinginan membuka dan menghadiahkan pada tenggorokannya yang kering. "Dan apa-apaan itu? Kau mau meminum minuman dari orang asing."
"Orang asing? Dia temanmu, Jung Jaehyun." Seru Taeyong tak terima, Jaehyun mendengus sebelum akhirnya mengambil minuman dari tangan Taeyong dengan paksa.
"Jaehyun, itu minumanku. Aku haus." Taeyong mem-pout bibirnya kesal. Dia meletakkan tangannya di dada, memandang Jaehyun dengan kesal. Bintang itu mendadak redup dan Jaehyun tak suka.
"Aku belikan yang baru. Duduk disini dan tunggu." Jaehyun menghela napasnya, lalu bangkit dari tempat duduknya.
"Jaehyunie memang yang terbaik." Jempolnya terangkat, senyum bahkan terangkat, bintang-bintang itu bersinar lagi.
***
YOU ARE READING
Will We Stay Like This?
RomanceTaeyong dan Jaehyun telah lama bersama. banyak waktu yang telah mereka lalui bersama. sedih, senang, tawa dan canda, tak pernah mereka sadari, cinta itu tumbuh bukan sebagai sahabat tetapi juga cinta yang dalam, tak ada yang sadar dan tak ada yang m...