Pikirannya terasa penuh. Ingin menitipkan saja dirumah. Berbagai pertanyaan kini sungguh menguasai seluruh tempat diotaknya, sangat sepi, membuatnya sesak, ingin dikeluarkan tetapi tak ada satupun yang masuk dalam radarnya. Intinya tak ada satupun yang terpercaya yang bisa dia minta tolong.
Winwin, dia pasti sedang berkencan dan lebih memilih bersama dengan Yuta. Winwin selalu berakhir bersama Yuta yang tahu kemana, dia ditinggal sendiri dan satu-satunya yang bisa diajak mengobrol-
Johnny, soal kejadian hangover, Jaehyun telah melupakannya, Johnny telah meminta maaf padanya, Jaehyun tak mempermasalahkannya. Mereka tetap berteman seperti biasa. Mungkin sedikit bercerita tak akan menyakiti siapapun.
"Hey Johnny." Dia beranjak dari tempat duduknya, mendekati tempat duduk Johnny.
"Bro." Mengikuti setiap gerakan Jaehyun, Johnny dapat melihat Jaehyun sangat gugup.
"Begini. Aku ingin menanyakan sesuatu." Jaehyun tampak ragu.
"Lanjutkan. Boy, apa yang ingin kau tanyakan? Soal hubungan?"
Jaehyun terkejut, apa dia begitu sangat transparan?
"Jadi begini, apakah menurutmu masa lalu pasanganmu itu penting?"Ujung bibir kirinya terangkat, membentuk sebuah seringaian. "Maksudku, bagaimana ciuman pertama, bagaimana cinta pertamanya-"
"Dengan siapa dia tidur?" Memotong dengan cepat, Jaehyun menggebrak meja didepannya, menanggapi perkataan Johnny.
"Dia tak pernah tidur dengan siapapun, aku teman kecil, aku tahu bagaimana dia?"
"Then, what's your problem?"
Mengerti apa tujuan perkataan Johnny, Jaehyun menghela napasnya berusaha menenangkan pikirannya.
"Oh iya, 'teman kecil'. Selamat, akhirnya kalian jadian juga. Aku sudah bosen dengan kebodohan kalian. Jangan lupa traktirannya." Johnny mengeringai sebelum akhirnya bangkit dari tempat duduk, tak memperdulikan Jaehyun yang terlihat terkejut.
***
Tetapi dia sungguh tak bisa menyengahkan pertanyaan Siwon dari kepala. Pertanyaan itu berputar-putar terus di otaknya, setiap berhasil keluar, pertanyaan itu kembali masuk ke otaknya bahkan ketika Jaehyun mendorongnya dengan sangat kuat, pertanyaan gila dari hyung nya itu seolah terpaku kuat.
"Kau pernah berfikir tidak? Apakah bagi Taeyong, kau adalah ciuman pertama atau Jonghyun?"
Mungkin bukan perkataan yang menusuk jantungnya tetapi lebih kepada nama menyebalkan yang disebut Siwon.
"Jae."
"Jaehyun."
"Jung Jaehyunnnn."
Menarik telinga Jaehyun ketika anak laki-laki itu tak memperhatikannya, walaupun telinganya harus menerima suara high milik Jaehyun.
"Bisa tidak jangan berteriak seperti itu? Kau bisa merusak gendang telingaku. Lagipula kau kenapa sih?" Jaehyun menggeleng dengan cepat, tak mau Taeyong mengetahui semuanya. "Ini pasti karena perkataan Siwon hyung, bukan?" Kembali menggeleng.
"Jaehyun, dengarkan aku." Taeyong menghela napasnya, sungguh membuat Jaehyun gugup. "Tentang ciuman pertama, maaf tetapi kau bukan ciuman pertama untukku."
Taeyong sengaja menjeda omongannya.
"Si-siapa?" Memperhatikan dengan seksama.
"Mereka."
"MEREKA!!!!" Jaehyun berdiri dari tempat duduknya, Taeyong harus menarik tubuhnya untuk duduk. "Apa maksudmu dengan me-?"
"Ayah dan Ibuku."
Suara itu tak berani dia keluarkan. Wajahnya tampak kesal.
"ITU TIDAK DIHITUNG SEBAGAI CIUMAN."
"TETAPI CIUMANNYA DIBIBIR."
"TETAPI TETAP AJA.... Ah sudahlah, aku tidak mau berdebat denganmu." Jaehyun melipat kedua tangannya di dada, merasa kesal.
"Kau sebenarnya marah karena Siwon hyung menyebut nama Jonghyun, bukan?"
Jaehyun menggeleng dengan cepat, badannya lalu dia condongkan ke depan, menilik kembali tugas yang telah dia telantarkan.
"Sudah jelas sekali. Dia hanya teman Jung Jaehyun sama seperti Ten. Lagipula kau tahu secara pasti siapa pemilik hati ku, kan?"
Senyum senang terangkat. Walau Jaehyun masih menyibukkan diri dengan soal-soal didepannya.
"Lagipula, stop mempercayai semua yang dikatakan Siwon hyung. Dia itu sudah ketularan teman-temannya yang jail itu."
Menolehkan kepalanya, membiarkan wajahnya menatap Taeyong dengan senyum dimple yang terlihat. "Kau benar."
"Ayo kerjakan lagi. Tugas ini dikumpulkan besok." Taeyong menurunkan tubuhnya, memilih duduk dibawah sofa.
"Berikan ini dulu." Jarinyaterangkat menyentuh bibir miliknya. Taeyong bergerak mendekat, belum sempat bibir itu menempel, suara tepukan tepat di telinganya terdengar, Taeyong harus menutup telinganya. Telinganya berdenging sangat kuat.
"Peraturan pertama, tolong hargai pria single yang tinggal dirumah ini."Setelah mengatakan itu, Siwon pergi dengan kesal, bahkan Taeyong dan Jaehyun dapat mendengar gerutuan yang sempat hyung nya itu lemparkan.
"Apakah kita harus bermesraan setiap hari agar Siwon hyung berhenti menggangguku?" Senyum nya tak hilang dari wajah itu ketika memikirkannya.
"Boleh. Dan mungkin Siwon hyung juga akan berhenti memberimu uang."
Dan kini senyum mendadak luntur. "Benar. Hanya Siwon hyung yang memberi kelonggaran tentang uang." Serunya, menghapus ide gila itu dari pikirannya.
***
p.s : udah diedit ya. ada kesalahan teknis tadi. maaf ya
YOU ARE READING
Will We Stay Like This?
RomanceTaeyong dan Jaehyun telah lama bersama. banyak waktu yang telah mereka lalui bersama. sedih, senang, tawa dan canda, tak pernah mereka sadari, cinta itu tumbuh bukan sebagai sahabat tetapi juga cinta yang dalam, tak ada yang sadar dan tak ada yang m...