Han River Date

866 164 9
                                    


Tangan keduanya yang saling berpegangan bergerak berirama, tak mempedulikan deru angin yang kini menyapu tubuh mereka.

"Oh, bagaimana kalau kita sepeda saja?" Jaehyun hanya mengangguk mengiyakan dengan cepat. "Masing-masing kita meminjam satu sepeda dan berkeliling menikmati malam di sungai Han?"

Jaehyun sebenarnya ingin protes tetapi dia mengangguk dengan cepat setelahnya. Tentu saja cepat. Jaehyun telah menyusun segala rencana apik. Nanti setelah mereka menaiki sepeda, Jaehyun mungkin akan menendang sepedanya, mungkin mereka akan menaiki sepeda bersama pada akhirnya.

"Kau kenapa?" Jaehyun dengan segera menghilangkan smirklalu menatap Taeyong dengan gelengan yang cepat.

"Tidak ada. Ayo kita pesan langsung." Dia terlihat bersemangat, bahkan Taeyong terlihat heran melihatnya. Karena Jaehyun tak biasanya seperti itu. Fikiran itu menghilang ketika langkah kakinya mengikuti Jaehyun yang telah meninggalkan dirinya ditengah kegelapan malam.

***

"Taeyong, ayo!!" Dia terlalu bersemangat, dan Taeyong tak habis fikir obat apa menyebabkan sehingga dia bersemangat seperti itu.

Menggeleng, Taeyong menaiki sepeda lalu menjalankan sepeda, mengejar Jaehyun dan berjalan disampingnya.

"Kita mau kemana?" Jaehyun bertanya sambil menyeimbangkan jalan sepedanya.

"Kita jalan-jalan saja." Seru Taeyong. Dia lalu menatap kedepan, menjalankan sepedanya dengan riang.

Ketika tiba dibelokkan pertama, Taeyong mendadak kehilangan keseimbangan dan tubuh kecilnya dengan cepat menyentuh aspal, meninggalkan bekas di lututnya.

"Lee Taeyong." Jaehyun baru hendak turun dari sepedanya ketika mendengar suara itu disusul dengan seseorang yang kini duduk disamping Taeyong yang terjatuh.

Tunggu, siapa itu? Bahkan Jaehyun tak tahu siapa it-

"Jonghyun-ah."

Oke, Jaehyun tahu siapa dengan pasti.

Anak laki-laki itu mendongak,

Kim Jonghyun.

"Kau tak apa?" Suara itu membangunkan Jaehyun, dia turun dari sepedanya, menyodorkan tangannya yang disambut oleh Taeyong.

"Jonghyun-ah, kenapa kau ada disini?" Tentu setelah itu dia dilupakan. Jaehyun menghela napasnya, mendekati sepeda miliknya.

"Tak enak berbicara ditengah jalan. Bagaimana kalau kita ke toserba biasanya?" Taeyong mengangkat jempolnya sebagai jawaban, Jonghyun mendadak mendekati sepeda Taeyong lalu menegakkannya. "Ayo, naik dibelakangku biar aku yang bawa."

Mata Jaehyun melebar, dia memandang punggung Taeyong, berharap anak laki-laki yang telah bersamanya seumur dirinya itu tak mengiy-

" Ayo."

Jaehyun menggeram, dia terpaksa menaiki sepeda dengan kesal. Gagal sudah rencananya.

***

Jaehyun didiamkan, dia kesal. Ini bukan Date seharusnya, mereka, dia dan Taeyong, seharusnya bercerita cerita-cerita hanya berdua saja, dan kalau bisa menempatkan satu sama lain lengan di tubuh masing-masing tetapi,

"Kenapa kau tak pernah datang lagi ke warnet Seungji hyung?" Taeyong memberhentikan makanannya menatap Jonghyun dengan pout.

"Ibuku tak mengijinkan lagi. Padahal aku ingin sekali." Sekali lagi dia menempatkan ramen lainnya.

"Taey-."

"Kalau begitu kau kapan-kapan datang saja, Seungji hyung rindu padamu." Jonghyun menabahkan.

"Taey-."

"Aku juga rindu dengan Seungji hyung dan yang lainnya."

"Taeyong, aku mau pulang." Tak ada jawaban, bahkan Taeyong telah memutar tubuhnya, menatap Jonghyun.

"Taeyong, ayo pulang."

Tawanya terdengar dan Jaehyun yakin itu bukan untuknya. Kaki itu berdiri, matanya kembali memandang Taeyong yang semakin sibuk dengan Jonghyun.

Jaehyun menghela napasnya, memutuskan untuk beranjak, ketika kaki itu melangkah, Jaehyun menoleh, berharap Taeyong mengikutinya tetapi sigh, Taeyong masih sibuk dengan Jonghyun. Dia dengan cepat, berjalan tanpa berniat berbalik.

***

Tak tahu sudah berapa lama dia berjalan, Jaehyun memperkecil langkah kakinya. Dia menghela napasnya, haruskah dia kembali, menjemput Taeyong dan pulang bersama. Dia menggeleng dengan cepat,

"Ada Jonghyun, dia pasti akan mengan-."

"Jaehyun, bodoh. Kenapa kau meninggalkanku?" Sebuah sepatu menghantam tak cukup keras tetapi cukup membuat dia berteriak, membalikkan badannya, menatap Taeyong yang kini tengah mengangkat sepatunya keatas.

Jadi, Taeyong memukulnya dengan sepatu?

"Kenapa kau meninggalkanku?" Taeyong memandangnya dengan marah.

"Kupikir kau pulang dengannya." Jaehyun tak sudi mengeluarkan nama itu dari bibirnya.

"Bodoh. Aku datang bersama dan pulang bersamamu juga." Taeyong berkata dengan sangat kecil tetapi Jaehyun dapat mendengarnya dengan jelas. "Bagaimana kalau kita kesana? Biasanya jam seperti ini, ada beberapa band yang sedang busking." Tanpa mendengar jawaban Jaehyun, Taeyong berjalan terlebih dahulu.

Jaehyun tersenyum, lalu berlari mengejar tubuh kecil itu. "Jangan tinggalkan aku."

***

No edit edit, maaf kalau ada typo

Will We Stay Like This?Where stories live. Discover now