PETA DARI ALITTA

88 2 0
                                    

Setelah hari itu, aku tak lagi melihat sosok perempuan yang menawarkan makanan kepada ku. Hari itu, sungguh aku tak ada semangat untuk masuk kelas. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dan pergi mencari ketenangan diri. Aku berjalan, di kelilingi pohon rindang tepi jalan. Aku menuju tempat parkir, dan mencari sepeda motor ku dan tak ku sangka, seorang gadis yang pernah ku berbicara dengannya berdiri tepat disamping sepeda motor miliku, tersenyum dan melambai. Sungguh itu hal yang menurut ku tepat untuk sekedar menyejukkan.
"Hai, mau kemana?" Dia bertanya dan langsung duduk di atas motor ku.
"Mau pulang kayaknya." Balasanku dingin.
"Bukannya hari ini kamu ada jadwal sampai siang, bukan?" Dia tau bagian-bagian kecil dari keseharianku.
"Iya, benar. Kok bisa tau?"
"Iya dong !! Jawabannya percaya diri. "Oh iya, sekarang kamu langsung pulang atau gimana?"
"Nggak tau juga, kayaknya mau nyari tempat yang enak buat nenangin akal sehat." Sambil menggaruk-garuk kepala, aku tersenyum kepadanya.
"Kalau kamu mau aku tau kok tempat-tempat yang enak buat nenangin hati." Lagi, perempuan yang belum aku kenal siapa dia kembali menawarkan hal yang saat ini juga aku butuhkan. Seolah dia tau isi pikiranku.
"Boleh juga!! Oh iya, aku lupa ngenalin diri, PRASETIA, tapi panggil aja Pras. Asal jangan panggil Tia, ya!!" Sesekali aku bercanda kepadanya dan tersenyum akrab, seolah sudah lama saling mengenal.
"Sudah tau. Cuma belum kenal aja. Aku Alitta, temen-temen aku suka manggil Tata, tapi kebanyakan orang manggil aku Ta, just Ta right!!" Dia tersenyum, dan sungguh lama-lama senyumannya semakin manis di mataku, aahh sudahlah.
"Kalau gitu ayo, biar nanti kita ngobrolnya disana aja." Ajak ku kepada Alitta.
"Ayo, tapi tunggu dulu mau ngasih tau temen aku."
"Ngapain?" Tanyaku heran.
"Kan mau jalan sama kamu, jadi hari ini aku nggak usah masuk kelas, biar nanti aku izin, gitu." Dia berbicara tegas kepadaku, seolah dia menegaskan (ini demi kamu Pras). Dan aku tidak terlalu mengambil pusing hal tersebut, karena memang bukan aku yang mengajaknnya. 
"Sudah?"
"Iya, ayo!!"

Untuk kesekian kali Tuhan menghadirkan orang yang begitu baik kepadaku, entah apa maksud Tuhan. Tapi semuanya memang sudah kehendak dariNya.

Dia sangat familiar dengan jalan kota ini, sampai gang sekalipun ia tau. Sebenarnya aku tidak tau kita mau kemana, perjalanan sudah setengah jam berlalu dan kita belum sampai juga, sungguh aku sudah merasa lapar. Di perjalanan dia tak berbicara apapun selain menunjuk arah padaku. Aku tidak tau apa yang membuatnya seperti itu, apa iya dia pertama kali dibonceng cowo? Sudahlah, urusan dia.
"Kenapa diam?" Suara ku memecah angin yang masuk ketelinganya dan menyadarkannya dari lamunan.
"Iya, oh nggak apa-apa kok." Balasannya kaku.
"Ada yang kamu pikirkan?" Tanyaku layaknya pasangan yang sedang merayu.
"Aku nggak nyangka aja bisa jalan sama orang yang aku suka." Jawabnya tak sadar, aku hanya terdiam.

Setelah kalimat itu, dia ataupun aku tak berbicara apapun. Aku kembali fokus kedepan dan dia fokus mengingat-ingat jalanan yang sekarang ini ramai. Dan akhirnya, apa yang aku tunggu sejak tadi sudah didepan mata. Hamparan rumput hijau, dikelilingi rindangnya pepohonan membuat nafas ini seperti   bebas dari jeratan. Jantungku kembali berdetak biasa, tak lagi panik. Pikiranku kembali berwarna layaknya pelangi setelah hujan. Aku tersenyum terhadapnya, seraya mengucap (Terimakasih banyak). Ta, kenapa kau begitu baik terhadapku, padahal kita belum saling mengenal, hanya saling mengetahui nama, bukan latar belakang. Andai kau tau siapa aku, dan seburuk apa aku. Kau mungkin tak akan mau berdiri dan tersenyum bebas disampingku. Kau sungguh mahluk yang baik, mungkin Tuhan menciptakan mu dari hal berbeda, aku tak tau. Bahkan di hadapan orang sepertiku kau tetap terlihat baik. Apa kau tak takut ada disamping orang seburuk aku, dan apa kau tak cemas duduk disamping orang yang begitu rapuh saat ini. Ta, lihat aku. Aku ini bukan orang yang tepat untuk kau bersifat baik. Aku takut, kau tak begitu aman disampingku. Jika sampai terjadi sesuatu yang tak baik terhadapmu aku tak akan memaafkan diriku sendiri.

BERLALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang