Kali ini akan ada hati yang ingin aku persembahkan dan usahakan. Aku ingin segera dia menjadi miliku, entah dengan cara apa. Begitu hebat dia yang bisa membuatku jatuh cinta, cinta yang tak seperti biasanya. Terkadang aku merasa seperti orang bodoh, semenjak kenal dengan Alitta. Tak hanya bodoh, aku juga merasa seperti ada warna yang harus ku jaga dan pertahankan. Mengesankan, iya, cinta yang dia tanamkan begitu mengesankan. Dan sekarang aku punya janji yang harus ku tepati, menemani kesibukannya.
Hari ini tak terik seperti biasanya, udara juga tak terlalu panas. Beruntung, karena pasti aku akan malas jika cuaca panas. Tapi mau tidak mau aku harus melakukan hal ini, karena janji harus ditepati. Dua puluh menit lebih aku duduk di depan kelas dan memandang kesibukan orang-orang disekeliling ku, dan Alitta belum juga datang. Semalam memang sudah janji untuk bertemu didepan kelas ku, aku juga menawarkan Alitta untuk berangkat bareng, tapi dia tolak dengan alasan malu. Yah, itu keputusannya aku tidak ada hak untuk membantah dan memaksa.
Tak lama kemudian Alitta muncul dengan begitu menawannya, berjalan elok sambil menatap dan tersenyum ke arahku. Semuanya terasa sejuk seperti udara berhembus hingga ke dalam paru-paru. Rasanya deg-degan, padahal sudah biasa aku melihat wanita cantik, tapi dia berbeda, dia mampu menjadi pemenang hati ini.
Aku terus memandang dan tak ingin kehilangan momen dramatis dengannya. Namun sontak aku memalingkan wajah setelah Alitta tiba-tiba berbelok arah, bukan langsung menemuiku. Sedikit kecewa, padahal itu waktu yang tepat untuk menebar senyum manis kepadanya.Aku menatap dari kejauhan, Alitta seperti sedang berbicara dengan seseorang di depannya, yang aku tak bisa melihatnya. Aku berniat untuk menghampirinya namun aku merasa ragu untuk hal itu. Berlebihan kadang tak baik, dan juga aku belum tau persis Alitta seperti apa. Aku tak mau mengganggu obrolannya, namun ku tepis semua itu setelah aku melihat dia berbicara dengan seorang cowok yang aku rasa aku kenal. Aku segera berdiri dan berjalan pelan menghampirinya. Alitta menatap ku heran sambil terus mengobrol, aku semakin mendekat dan semakin merasa penasaran. Alitta memanggilku beberapa kali namun ku hiraukan, aku terus menatap laki-laki yang aku sangat kenal, dia pun membalas tatapanku tajam penuh dendam. Reynaldi, anak informatika yang aku hajar habis. Dia adalah kakak tingkat, namun aku sangat benci dengan dia.
"Pras. Pras.!!" Ku hiraukan suara Alitta dan terus memantap Rey.
"Lo sentuh Alitta sekali lagi, gue nggak bakalan kasian ke lo. Gue habisi lo." Aku mengancam sambil menunjuk mukannya.
"Ayo Ta!!" Ku genggam tangan Alitta dan pergi menjauh dari Rey.
Aku berjalan menuju salah satu pohon di halaman kampus."Kenapa lagi?" Tanyaku dingin.
"Dia mau minta maaf, nggak boleh?"
"Bukan nggak boleh, tapi nggak pantes."
"Kamu kenapa sih Pras? Sensi banget sih." Balas Alitta geram kepadaku.
"Kamu nggak bakalan ngerti Ta. Dia udah nyakitin kamu terus dia minta maaf begitu aja terus kamu maafin, gitu? Parah kamu Ta." Tegas ku keras sambil menunjuk ke arah dia bertemu Rey.
"Kan kamu nggak harus bentak dan ngancem dia gitu Pras, kasian anak orang udah kamu pukulin, sekarang kamu ancem lagi."
"Kamu nggak bakalan ngrti Ta."
"Apa? Aku nggak ngrti apa? Kamu mau nunjukin ke aku kalau kamu itu jagoan, gitu? Nggak mempan Pras, norak!!" Balasnnya nyolot.
"Iya, aku mau nunjukin ke semua orang kalau aku ini jagoan, terus kamu mau apa?" Ucapku agak keras kepada Alitta.
"Biar apa Pras? Nggak ada fa'edahnnya sama sekali."
"Biar semua orang tau kalau aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu dan aku gak mau satu orangpun yang lancang terhadap kamu Ta. Udah paham sekarang?" Aku membalas dengan nada tinggi dan terkesan marah, sungguh itu keluar dengan sendirinya mengitu nafas yang aku hembus.
"Pras?" Alitta memandangi ku seolah tak percaya aku akan ngomong seperti itu. Matanya berbinang dan pipi manisnya memerah.
"Makasi Pras." Dia langsung memeluk ku dan menangis haru dipelukan ku. Aku juga nggak percaya dia akan melakukan hal segila itu di halaman sekolah."Udah dong, malu diliat banyak orang." Aku meledaknya karena memang kami menjadi sorotan saat itu.
"Ehh maaf Pras." Ucapnnya sambil melepaskan pelukannya.
"Nggak masalah. Peluk aja, yang keras entar lepas bisa diambil orang."
"Mulai deh, mentang-mentang cakep."
"Bakalan milik kamu kok, tunggu waktu yang tepat." Balasku sambil tersenyum menggodanya.Kami berjalan menuju ruang diaman Alitta akan rapat pra acara untuk hari besar kampus. Tangan kananku memegang tangan Alitta dan tangan kiriku memegang gitar, sungguh ini momen dimana bahagiaku ada di kedua sisi rapuhku. Hal yang aku suka dan bahagiaku, melengkapi indah hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLALU
Romancesebuah cerita dimana seseorang yang mengungkapkan kesulitannya menghapus kenangan masa lalu.