KEKECEWAAN

37 2 4
                                    

Sebenarnya aku ingin sekali ikut dan bergabung dengan Alitta ke dalam. Tapi aku bukan siapa-siapa, jadi tidak enak untuk ikut dan bergabung. Aku hanya mengantar Alitta sampai depan pintu dan menunggunya di kursi depan ruangan itu.

"Aku sampai sini aja ya." Ujarku sambil meraih tangan Alitta yang hendak masuk.
"Nggak niat untuk ikut ke dalam? Entar aku digangguin lho sama kakak tingkat!!" Balas nya sambil tersenyum menepuk dada ku.
"Nggak. Sampai sini aja, entar banyak yang naksir." Balasku dingin tanpa senyum sedikitpun.
"Baiklah. Aku masuk dulu."
"Semangat."
"Kamu yakin mau nunggu sampai akhir?" Ucapnnya seperti tak yakin dengan janji ku.
"Seharusnya aku yang nanya gitu. Kamu yakin bisa tenang melihat aku nunggu sampai akhir?"

"Yakin. Kan kamu jagoan. Hehehe." Balasnnya nyengir dan sedikit menyinggung ku.
"Oh iya Ta, ini aku punya air dan sedikit makanan. Untuk kamu, ini bunda yang bikin, bukan aku."
"Nggak usah repot-repot Pras."
"Nggak repot kok, bunda yang bikin bukan aku."
"Tapi kan...."
"Bener nih mau nolak? Biar aku kasih cewek lain." Ucapku seraya menyodorkan makanan dan sebotol air mineral kepadanya.

"Iya iya, aku terima. Makasih banyak ya Pras."
"Sama-sama. Udah masuk sana."
"Iya. Bye Pras sampai ketemu 2 jam lagi."

Aku hanya membalas dengan senyuman dan lambaian tangan, sebagai pertanda aku akan menunggu meski selama itu. Hari ini hari terakhir persiapan hari HUT kampus. Jadi aku mengerti 2 jam itu hanya sekedar ucapan bukan menjadi realitanya nanti, mungkin akan lebih. Aku menunggu di depan ruangan itu sambil membaca sebuah novel yang memang itu adalah favorit bagi ku.

Aku merasa lelah dan agak geram dengan suasana menunggu ini, aku tak tau harus melakukan apa. Aku mengecek ponsel tiap beberapa menit, tapi tak ada yang menarik. Aku kepikiran sesuatu, rokok, iya rokok. Aku mengambil rokok dari saku, aku tak peduli ini area apa yang jelas disini tak ada WARNING untuk larangan merokok, jadi sah-sah saja aku merokok disini. Setengah sudah aku habiskan batang rokokku, dan tiba-tiba, seseorang mengambilnya dari tanganku dan menginjak-injaknya. Sontak aku merasa dilecehkan, emosi ku memuncak, tangan ku mengepal dan daun telingaku terasa makin panas.  Sungguh kali ini aku sangat geram dengan tindakan seseorang cowok.

"Lo tau nggak area ini bukan kantin!!" Serunya keras dan lantang.
"Kalau ini bukan kantin emangnya lo mau apa?" Jawabku dingin dan berdiri tepat di depannya.
"Dasar tengik, area ini bukan area untuk lo seenaknya merokok!!"
"Iya gue tau."
"Kalau lo tau ngapain lo merokok disini anj*ng..." Dia mengucapkan hal yang tak seharusnya ia katakan, dan dia juga mendorong ku hingga terhempas duduk kembali. Aku tak terima, sungguh.

"Baji***an, lo bilang apa tadi?" Seru ku sambil berdiri dan menghajar cowok itu. Beberapa kali pukulanku tepat mengenai muka cowok itu, dia terkapar tak melawan. Ingin ku hajar sampai lebih tak berdaya, namun orang-orang keburu datang dan melerai, terutama Alitta. Alitta langsung menarikku dari belakang hingga aku terhempas kebelakang.

"Pras udah Pras." Serunya sambil mendorong ku menjauh dari kerumunan. Aku hanya terdiam dan masih memandang laki-laki itu.
"Ada apa lagi sih Pras?" Aku tak meresponnya, hanya duduk dan mengambil air mineral yang Alitta kasih.
"Aku bertanya Pras, jawab!!"
"Di udah kurang ajar sama aku Ta."
"Apa nggak bisa suatu masalah diselesaikan dengan kepala dingin, nggak usah pake otot."
"Bisa. Kalau dia nggak mulai duluan."
"Tapi Pras. Kamu ini nggak bisa ya ngontrol emosi sedikit aja."
"Nggak bisa. Aku nggak bisa jika harga diriku diinjak-injak."
"Memangnya gara-gara apa sih?"
"Dia mengambil rokok yang ada di tanganku dan menginjak-injaknnya. Mungkin konyol, tapi caranya yang aku tak terima."

Alitta hanya terdiam sambil melihat sekeliling yang sekarang sudah agak sepi dari sebelumnya.

"Hanya itu? Kamu ternyata tak sedewasa  yang aku kira, kamu masih kekanak-kanakan."
"Kamu mau mikir apa terserah. Aku nggak peduli, yang jelas aku hanya membela diri, bukan niat ku menyakiti orang lain."
"Bukan gitu caranya Pras, sudahlah, aku juga bisa bersifat masa bodo terhadap kamu Pras. Sudah aku mau pergi dulu." Alitta berdiri memandangku geram dan terlihat kecewa, di berjalan tiga langkah membelakangiku.

"Ta, tunggu. Aku minta maaf  Ta." Alitta sontak berbalik mengarah memandangi ku.
"Mau apa? Aku kecewa Pras. Kamu yang aku lihat dan nilai sebagai orang baik ternyata salah, malah sebaliknya."
"Kamu mau mikir kek gimana pun, sekali lagi aku nggak peduli. Kamu tak akan bisa mengerti bagaimana aku berusaha, ingin menjadi pelindungmu, iya, mungkin cara ku memang salah. Tapi ini adalah caraku mencintai."

Alitta sedikitpun tak membalas apa-apa. Dia hanya berbalik dan pergi menjauh dariku, dia berlari tak memandang ku balik. Aku hanya bisa diam dan memendam amarah yang tak aku tau darimana. Dan aku hanya melampiaskan semua amarahku dengan memukul dinding yang ada di sampingku. Itu sudah cukup untuk meredam amarahku.

Aku memang salah, aku akui itu. Semuanya sudah berantakan, tak ada harapan lagi. Apa ini akhir dari kisah ku dengan Alitta, jatuh dan kacau sebelum cinta? Tidak, tidak akan aku bolehkah hal itu tertulis diceritaku dengan Alitta, aku akan berusaha membuat dia memaafkanku dan kembali menjadi orang yang dia nilai baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BERLALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang