UNGKAPAN MALU

35 2 0
                                    

Klungg..
Suara notif ponselku.

(Kamu nggak dalam masalah besar, kan?) Isi pesan dari Alitta. Aku malas untuk bercerita tentang hari ini. Aku sempat berpikir untuk bercerita tapi ku urungkan niat tersebut.  Ku klik kontak Alitta dan menelponnya.

"Tuuuttt.. tuuuttt.. menyambungkan!!"

"Tersambung " Alitta menjawab telpon dariku.

"Malam kotak nasi." Sapa ku manis.
"Malam otak geser." Balasnnya meledek.
"Kamu sekelas dengan Karin?" Tanyaku tanpa basa basi.
"Iya, kenapa? Naksir? Biar nanti aku kasih tau Karin." Jawabannya cepat dan cerewet.
"Kalau aku naksir terus kamu gimana? Nggak sakit hati?" Balasku menggoda.
"Heeh dasar!!"
"Yaahh.. ngambek!! Dia teman SMA ku."
"Siapa, Karin?"
"Iya, akrab?"
"Iya, banget malah. Dia sering cerita tentang kamu. Makannya aku tau hal-hal kecil darimu." Jawabannya semangat.
"Jadi, lewat ceritanya Karin?"
"Apa?"
"Kamu naksir aku!!" Balas ku geli.
"Apaan sih Pras, nggak lucu tau!!"
"Siapa yang bilang lucu, kalau kamu nggak naksir lalu kenapa bisa seberani itu buat nyamperin aku?" Tanyaku menekan.
"Sudahlah, males bahas kek gini. Aku ngantuk, tidur dulu ya." Ujarnya malu-malu.
"Yakin mau tidur, yakin ngantuk? Padahal masih betah ngomong sama aku." Balasku geli.
"Apaan sih. Tidur dulu ya, bye PRASETIA." Tuuuttt...
Telponnya mati sebelum aku mengucapkan selamat tidur untuknya.
(Selamat tidur Ta. Aku disini diam-diam punya rasa). Ujarku dalam hati.

Apa iya Alitta suka kepada ku, apa hanya karena ia kasihan melihatku. Atau cuma karena tertarik oleh ceritanya Karin. Karena memang anak itu jika bercerita suka berlebihan, aku tau itu.

Tookk.. tookk..

Seseorang mengtuk pintu membuat lamunan ku terpecah. Pasti bunda, siapa lagi.

"Makan malam sudah siap nak."

"Siap bun. Aku nyusul."

"Jangan lama-lama, ntar keburu dingin makanannya."

"Iya bun. Aku nulis tinggal dikit lagi." Padahal aku sedang tak melakukan apa-apa saat itu. Terpikir dari kata-kata ku sebelumnya aku merenung, (apa aku harus membuat puisi untuknya atau sebuah lagu?) Renungku dalam hati. Seketika langsung ku ambil pena dan sebuah buku note merah andalanku. Ku tulis kata perkata seakan sedang mengungkap didepan Alitta. Puisi yang akan menjadi wakil dari perasaanku saat ini. Mewakili semua bahagia yang menyelimutiku saat ini. Tapi aku masih bingung ngasih Alitta harus gimana. Karena aku tak tau apa yang Alitta suka dan gemari. Takutnya nanti dia tak suka hal yang aku persembahkan; untuknya.

Keesokan harinya setelah jam pelajaran ku selesai aku langsung menuju kelas Alitta. Aku berjalan, melangkah pesimis dan ragu. Tapi ku teruskan langkah kaku itu. Di depan kelas kulihat Karin dan Alitta sedang duduk, berbicara dan tertawa, entah apa yang mereka bicarakan, terserah. Langsung ku temui dia dan berkata..

"Ada waktu buat berdua, tidak?" Tanyaku memberi kode kepada Karin agar meninggalkan kami berdua.
"Aku peka kok Pras." Jawab Karin jengkel.
"Terimakasih Rin." Jawabku tersenyum sambil duduk di sisi Alitta.
"Awas jangan macam-macam!!" Ujar karin sambil terus berjalan menjauh.
Aku hanya tersenyum dan menatap Alitta yang sejak tadi tersenyum tersipu.
"Aku ada sesuatu buat kamu." Sapaku tegas.
"Apa?"
"Ini."  Sambilku sodorkan coklat dan selembar kertas lipat.
"Coklat?"
"Bukan sekedar coklat, ada hadiahnya juga." Jawabku dingin.
"Baik, aku suka. Lalu ini?" Balasnnya sambil memegang kertas tersebut.
"Bisa bacain nggak?"
"Emang ini apa? Puisi? Basi Pras." Jawabannya sambil ketawa kecil.
"Baca saja dulu, siapa tau suka. Tapi suarannya yang keras ya."
"Baiklah tuan!!"

"Aku bahagia, terimakasih; karena kehadiran kamu. Aku tertiup angin seolah membawaku kedalam pelukan mu. Rasanya tak bisa untuk ku jelaskan pasti. Seperti melayang, tersapu angin dan jatuh dalam hangat mentari. Rasanya ini seperti cinta, manis seperti coklat, sulit ditebak seperti kopi. Apa kau pernah memahami rasa yang aku miliki, seperti menyukaimu. Tapi malu untuk mengungkap. Apa iya aku mencintaimu? Sepertinya iya, aku mencintaimu saat ini."

"Iya, aku juga cinta kok." Jawabku menggoda Alitta.
"Iiihh dasar. Kamu mah, tuh kan aku kelihatan bego di depan kamu."
"Nggak apa-apa, asal jangan bego  karena terlalu mencintaiku."

Alitta kelihat malu-malu, dan pipinya kemerahan setelah membaca isi dari kertas itu. Aku juga bahagia sejujurnya. Aku sengaja menyuruhnya membaca puisi itu, biar kesannya bukan aku yang mengungkapkan perasaan, tapi dia. Bukan tidak berani, tapi aku juga harus tau dulu apa yang terjadi sebenarnya dengan batinnya. Apakah suka, sayang atau jatuh cinta terhadapku. Tapi suatu saat akan aku jadikan semuanya istimewa dan berkesan, tunggu saja.

BERLALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang