Aku mengecek ponselku namun tak ada notif apapun. Aku berharap notif itu dari Alitta, sepertinya saat ini aku memang rindu. Aku berniat untuk menumuinnya, tapi mungkin saat ini dia sibuk sekali. Yang aku tau sekarang ini para elit kampus sedang bekerja keras untuk mempersiapkan acara HUT kampus bulan depan. Dan Alitta pasti juga ikut mempersiapkan, karena dia salah satu elit di kampus ini.
Dan sekarang aku tak tau harus berbuat apa, pulang rasanya agak malas. Tetap disini penat melihat hiruk pikuk kesibukan orang-orang disekitarku. Aku teringat satu tempat untuk menenangkan diri, cafe, iya cafe tempat dimana aku pertama kali jalan dengan Alitta. Sudah aku putuskan untuk pergi ke cafe tersebut. Aku segera bergegas menuju tempat parkir, yang jaraknya cukup dekat dengan ku sekarang. Di halaman ku lihat begitu banyak kegiatan yang orang-orang kerjakan. Mulai dari latihan drumband, persiapan tata panggung dan begitulah. Namun tak juga ku lihat Alitta, padahal aku ingin sekali mengajaknnya ke cafe. Aku berdiri tepat disamping sepeda motor milikku untuk memasang helm. Ku coba melihat sekeliling untuk memastikan Alitta tak ada di kerumunan para mahasiswa. Aku sungguh tak percaya melihat hal itu, Alitta duduk berdua di bawah pohon besar, ikon kampus untuk para anak-anak berkencan. Hendak ku menemuinny, namun aku batalkan niat. Ingin ku untuk marah namun tak ada hal untuk itu, aku cemburu namun aku tau aku bukan siapa-siapa. Waktu ini mematahkan semua bahagiaku. Tapi sudahlah, mungkin itu temannya Alitta, aku tidak boleh bersikap kekanakan seperti ini.
Tiba-tiba...
"Kamu cemburu?" Suara perempuan bertanya kepadaku.
"Eeh Karin!! Maksud kamu?" Balasku seolah tidak mengerti.
"Kamu cemburu kan ngeliat Alitta seperti itu?"
"Nggak. Cuma pingin tau siapa cowok yang disampingnya."
"Kamu mau pulang?"
"Tadinnya iya, tapi keknya aku mau ke cafe deh."
"Cafe mana, aku boleh ikut?"
"Nggak takut pacar kamu marah?" Ejekku kepada Karin, karena dulu aku pernah jalan dengannya dan pacarannya marah ingin menonjok ku.
"Sudahlah ayo, keburu aku males nanti."
"Males aja, kamu yang rugi." Singgungku. Dulu, masa SMA Karin sempat mengajak ku jadian, tapi ku balas dingin "TIDA". Satu sekolah tau prihal itu, dan Karin sempat viral karena hal itu.
"Aku tau maksud kamu Pras!! Ayo jalan."
"Okey!!"Aku teringat masa-masa SMA dulu, sering jalan sama Karin. Sampai-sampai dia salah paham terhadap perlakuanku, aku menganggapnya sebagai sahabat tidak lebih. Tapi dia menganggapku punya rasa, begitulah perempuan sering salah kaprah. Di perjalanan aku dan Karin tak berbicara banyak.
"Pras, kok aku nostalgia jaman SMA dulu. Hahaha.." ungkapnya girang kepada ku.
"Yang mana? Pas kamu ngajak aku pacaran dan semua siswa tau?" Balasku meledek Karin.
"Bukan!! Yaa seperti saat ini. Kita sering jalan bareng, kamu sering perhatian ke aku. Eeh malah aku salah mengartikan." Ungkapnya serius.
"Wajar. Aku juga ganteng, siapa sih yang nggak mau." Jawabku sambil tertawa.
"Sebenarnya nggak gitu Pras. Kamu saja yang terlalu baik sama orang, terutama perempuan. Jadi aku sebagai perempuan nggak bisa bermain kamu sayang atau cinta."Aku sama sekali tak merespon ucapan Karin. Aku hanya diam dan fokus kedepan. Karin memeluk ku erat dan bersandar hangat dibelakang ku. Dia sepertinya terharu atau sedih mengingat masa lalu denganku. Mau bagaimana lagi, aku nggak bakalan menjalani hubungan special dengan sahabat ku sendiri. Karena aku sudah tau konsekuensinya jika itu terjadi dan jika itu berlalu.
"Udah sampai Rin." Karin tak kunjung turun dari sepeda motor ku. "Karin!! Wooyy, bangun udah sampai." Ucapku tegas dan bernada.
"Aku nggak tidur Pras."
"Terus ngapain masih meluk? Nyaman ya?" Balasku geli terhadapnya.
"Ijinkan aku memelukmu sebelum kau menjadi milik sahabatku, Alitta." Dia berbicara seolah bukan dari bibirnya, tapi hati. Begitu lembut dan tulus.
"Udah, ayo masuk."
"Iya." Jawabnnya sambil turun dari sepeda motor ku.Hari ini cafe semakin ramai, membuat ku tidak begitu nyaman. Ditambah lagi ada sekumpulan cowok-cowok resek yang ketawa nggak jelas dan menurutku tak menghargai yang lain. Aku mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan dan berusaha menikmatinya. Sedangkan Karin juga tidak begitu nyaman dengan keramaian. Namun yang menjadi pusat perhatianku adalah "accustic show" yang siapa saja boleh maju dan bernyanyi. Aku merasa ini waktu yang tepat untuk ku maju dan bernyanyi, siapa tau bisa membuat hati ini tenang.
"Rin, kamu pesen aja ya. Aku nurut, aku mau nyanyi dulu."
"Serius Pras? Cepetan." Balasnnya bahagia mendengar ku ingin bernyanyi, karena walaupun aku bisa bernyanyi dan memainkan beberapa alat musik aku tak pernah suka yang namanya tampil didepan umum.
"Buatin video, aku mau ngirimin ayah." Seru ku kepada Karin sambil melepas ponsel dan berjalan menuju stand.
"Sekalian aku live stream ya!!" Teriaknnya kepadaku.
"Terserah!!" Balasku dari kejauhan.Jujur, ketika berada di panggung kecil itu aku gemetaran dan suka salah tingkah. Tapi, semuanya hilang setelah kudengar suara tepuk tangan dari pengunjung cafe, yang semua mata semua rasa tertuju padaku. Aku membawakan lagu milik salah satu Band anyar tahun 2000-an. Karin yang duduk di sudut cafe terlihat riang dan ikut bernyanyi. Ya tentu dia tak asing dengan lagu ini, karena dulu aku sering memutar musik ini untuknya. Setelah lagu yang aku mainkan berakhir, tiba-tiba ada teriakan dari beberapa pengunjung cafe.
"Lagiiii... lagiii..."
"Requesttttt..."
"Lagiii ganteng.."Dan banyak lagi jenis-jenis teriakan yang aku dengar. Mau tidak mau aku harus menuruti permintaan mereka. Aku menunjuk salah satu cewek yang berteriak meminta request lagu, berharap lagu yang dia inginkan bisa aku mainkan.
"Aku?" Dia memintaku untuk memainkan lagu yang sedang tenar-tenarnya di kalangan anak muda jaman sekarang. Untung saja aku sudah beberapa kali memainkan lagu ini. Tapi tak begitu sempurna aku memainkannya karena beberapa lirik aku tak bisa mengingatnya. Tapi lagi-lagi aku mendapat gemuruh tepuk tangan, dan senyum manis dari orang yang pernah aku sayang; Karin.
Selepas dua lagu aku langsung turun, sebab untuk bernyanyi di stand cafe itu maksimalnya hanya menyajikan 2 lagu. Aku berjalan menghampiri Karin dengan hati puas dan bahagia. Hari ini hari pertama ku berani bernyanyi didepan umum. Karin pun terlihat bahagia dengan tatapan dan senyumnya yang sudah tak asing bagiku.
"Selamat ya kerupuk. Tadi banyak yang nonton dan ternyata anak-anak kampus banyak yang ngenal kamu ya. Padahal kerupuk kek gini." Ucapnnya meledekku dan tertawa.
"Gini-gini aku manis lo. Tanya aja sama diri kamu sendiri." Balasku bercanda.
"Oh iya tadi Alitta langsung ngDM. Dia bilang "suara kamu keren".
"Siapa sih yang tidak bilang begitu." Balas ku sombong dan dingin.
"Dan satu lagi, ada kakak tingkat aku yang minta kamu main di acara HUT kampus bulan depan, gimana?"
"Males ah." Jawabku sambil meminum kopi yang sejak tadi menunggu untuk ku minum.
"Serius nggak mau? Hari itu hari ulang tahun Alitta juga lo."
"Serius?!!" Sontak membuatku kaget.
"Bisa? Biar aku kasih tau si kakak."
"Iya bisa."Di perjalanan mengantar Karin aku terus kepikiran soal hari ulang tahunnya Alitta. Aku bingung mau ngasih apa di hari spesialnya. Aku bertekad untuk mempersembahkan sesuatu yang berbeda dan tidak akan dia lupa. Malam itu aku menelpon Karin dan bertanya hal yang akan aku lakukan nantinya dan hadiah apa yang tepat. Tapi semua sarannya Karin menurutku tak begitu menarik. Biasa saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
BERLALU
Romancesebuah cerita dimana seseorang yang mengungkapkan kesulitannya menghapus kenangan masa lalu.