Dream

298 23 0
                                    

Aku bingung harus bilang apa.


Itulah yang kuucapkan begitu mengerjakan soal-soal ujian. Aku memang tidak cukup beruntung karena Tuhan menaruh tanggal kecelakaanku di bulan Januari sehingga kupikir aku akan mengulang semua pelajaran dari kelas satu, atau bahkan dari kelas tiga.

Ibu telah menambah jadwal lesku untuk mengejar mata pelajaran yang kulupakan dan kulewati, namun rasanya pelajaran SMA mudah sekali, otakku seperti otak emas bayi yang dapat mudah memahami dan mengingat apapun yang ditangkap inderanya.

hyung, jangan terlalu memaksakan diri, sekarang sudah pukul satu.” Adikku, Mingyu , memasuki kamarku.

“Ah, maaf. Apakah aku mengganggu mu? Aku harus mengejar pelajaran yang sudah ketinggalan.”

“Sudah aku duga pasti hyung akan belajar sampai malam!” Mingyu merebut pensilku “tidak, otakmu tidak boleh dipaksakan!”

Aku menghela napas panjang, kemudian menutup buku tulisku “baiklah, aku akan tidur.”

Mingyu mengangguk senang, ia lalu berdiri di dekat pintu untuk memastikan aku benar-bena berada diatas ranjang, setelah itu barulah Mingyu mematikan lampu dan menutup pintu.

Mingyu bagaikan mary poppins mini setelah aku keluar dari rumah sakit.










*

“…… Janji…?”

Tiba-tiba aku melihat samar-samar dua orang remaja saling mengaitkan kelingkingnya. Janji kelingking yang sudah banyak dilakukan anak-anak sampai remaja karena sebuah mitos ‘janji kelingking putri raja dan pangeran’.

“Ya, aku janji!”

Mereka kemudian tertawa, wajahnya terlihat tidak begitu jelas karena samar-samar.

Tiba-tiba pemandangan berubah, aku berdiri di koridor tepat di depan ruang perpustakaan. Semuanya berwarna putih, hanya pintu kayu saja yang berwarna cokelat muda.

Lalu ada sebuah benda melayang tepat di atasku, pesawat terbang dari kertas, benda itu terbang tidak lama karena setelah membentur jendela, riwayatnya sudah tamat.

Aku memungut benda itu, namun mendadak ribuan pesawat terbang kertas terbang dari belakang menuju ke arahku dengan lembut dan sayup-sayup terdengar suara tawa renyah seorang lelaki.

Pintu perpustakaan terbuka, kaki ini menuntunku dengan gontai memasuki perpustakaan tersebut.

Di dalam ada seorang lelaki mengenakan seragam sekolah, telinga kirinya memakai alat pendengaran, tubuhnya membelakangiku dan ia sedang menulis sesuatu.

“Ah.” Ia menyadari keberadaanku “kamu datang!!”

Lelaki itu menolehkan kepalanya dan tersenyum, menampakkan gigi kelincinya, wajahnya pernah kulihat sebelumnya. Tetapi belum saja aku memastikan lebih dalam lagi, sosoknya perlahan memudar dan bunga daisy berjatuhan dari atap yang terlihat sangat sangat tinggi seperti langit biru. Rak buku di sekitar perlahan berubah menjadi padang bunga, dan badanku terasa berat.

Sekali lagi kutatap langit, aku mengulurkan tanganku ke atas seolah ingin menggapai langit. Langit… sangat biru.

“Ah.”

Langit biru berubah jadi gelap dengan tempelan glowing sticker bintang. Aku berdiri dan mengedarkan pandangan.































“Mimpi…”

*
*
*

Our Promise [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang