Jadi?

236 21 0
                                    

Hari ini aku pulang lebih cepat, sebenarnya pulang lebih cepat karena tidak les, bukannya pulang cepat dari sekolah. Aku terserang migrain yang cukup menyebalkan sampai tengkuk leherku terasa berat, akhirnya aku meminta izin untuk tidak mengikuti les untuk hari ini dan memilih mengistirahatkan diri.

Sebelum pulang tadi aku sempat memeriksa perpustakaan untuk mencari seseorang, tetapi karena orang itu tidak ada di tempat, aku memutuskan untuk langsung pulang saja.

Saat aku mengambil sepeda dari tempat parkir, aku melihat Kookie samar-samar, ia keluar dari gerbang dan berjalan dengan gontai, namun terasa cepat. Aku yang melihatnya buru-buru mendorong sepeda dan mengayuhnya, menepis kesakitan yang menyerang kepalaku.

Kookie seolah menyadari ia sedang dibuntuti, langkahnya semakin terasa cepat meskipun dari gerakan kakinya terlihat ia berjalan santai, aku mengayuh sepeda lebih cepat sebelum akhirnya ia berhenti di sebuah pertigaan yang sangat sepi, ia berjalan menuju pohon sakura dan meletakan beberapa batang bunga.


Apa pernah ada yang meninggal di situ?

Kookie berjongkok, ia menundukan kepalanya, sekilas kulihat ia seperti menyeka air matanya. Tak lama setelah itu barulah ia berdiri dan kembali berjalan, aku pun begitu, sambil melirik beberapa batang bunga daisy seperti dalam mimpiku. Warnanya putih dan terlihat banyak, bunga itu seolah menjaga pohon sakura.

Siapa yang meninggal di sini? Apakah Jungkook kecelakaan di sini?

Kookie masih berjalan, aku pun kembali mengikutinya diam-diam, kali ini langkahnya biasa saja, tidak seperti tadi.

Lelaki bergigi kelinci itu berbelok dan berjalan dengan sangat lurus, sampai akhirnya aku melihat sebuah gerbang kayu yang sangat tertutup dengan tembok tinggi, atap rumahnya terlihat dari sini, seperti rumah tradisional yang sangat besar.
Ia masuk ke rumah tersebut. Rumah siapa?

Aku tidak berani mengikutinya lebih dalam lagi, entah kenapa aku sedikit ketakutan juga. Rumah apa itu? Apakah rumahnya? Apakah sebenarnya Kookie bohong kalau ia adalah hantu? Ataukah sebenarnya itu rumah berhantu?



**


Karena tidak berani mengikutinya, aku kembali sambil menuntun sepedaku dengan migrain yang bertambah parah. Sesekali aku berhenti dan memejamkan mata kuat-kuat berharap dapat meredakan migrain sialan ini, namun ternyata tidak ada khasiat apapun dan aku harus kembali ke tempat tidurku.

“Ah, permisi!” Aku menghampiri seorang ibu-ibu usia 50-an sedang menenteng belanjaan “maaf mengganggu, apakah di dekat sini pernah terjadi kecelakaan?”

Ia tampak berpikir sambil berusaha mengingat-ingat, memaksa otaknya untuk memflashback untuk menjawab pertanyaanku.

“Aaaah, iya. Pernah! Setiap tanggal ini, selalu ada bunga di pohon sakura itu.” Ia menunjuk pohon sakura yang tadi disinggahi Rain “Lho, sudah ada yang memberinya bunga, ya?”

Aku menoleh, ada bunga tambahan selain bunga daisy tadi, kali ini ada satu buket bunga berwarna putih yang tidak aku ketahui jenisnya, namun kebanyakan dipakai orang-orang saat berkunjung ke makam.

“Biasanya yang mengunjungi makam itu seorang laki-laki berambut abu abu, orangnya lebih tinggi beberapa senti darimu, wajahnya selalu terlihat sedih, tapi terkadang ia meletakan bunga itu bersama lelaki lain.”

“Siapa yang meninggal?”

“Entahlah, sudah cukup lama. Sepertinya laki-laki muda yang tertabrak, mungkin laki-laki tinggi itu pernah menjadi kekasihnya, habisnya yang mengunjunginya hanya dia saja.”






















































“Begitu, ya. Tapi... pacarku tidak begitu, dia orang yang baik dan sabar, dia pasti akan tetap menemaniku dan menungguku selama apapun aku memilih baju.”


Dia pernah berkata seperti itu.

Kookie mengakhiri hidupnya di tempat ini.

“Saat itu hujan, adik saya yang menjadi saksi mata. Aku tidak tahu pasti siapa, mungkin benar lelaki muda itu.”

“Bisa saya menghubungi adik Anda?”

Ia menggeleng “adik saya kabur dari rumah.”
Ah Kookie, malangnya nasibmu. Ah, aku juga, malangnya nasibku...

***

Regard,

Ren

Our Promise [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang