Hanami!

196 22 0
                                    

Keesokan harinya aku dan Bogum hyung berangkat ke tempat tujuan menaiki mobil temannya bogum hyung, kupikir kami akan berdua saja, rupanya ia mengajak teman-temannya bersama kami, Bogum hyung sendiri bingung kenapa aku tidak mengajak teman-temanku, ia bilang kalau hanami lebih menyenangkan dilakukan beramai-ramai.

“hmm, kupikir kita akan naik kereta, aku tidak membawa banyak makanan...”

Bogum hyung tertawa “tidak apa-apa, yang penting kamu datang.”

Begitu kami sampai di sana, orang-orang beramai-ramai mendatangi tempat ini, beberapa diantara mereka sudah menghamparkan tikar dan duduk di atasnya menikmati keindahan bunga sakura. Ah, aku sangat suka musim semi...

“Rasakan aromanya...!” Seru Bogum hyung bersemangat “kita sama-sama menyukai musim semi!!”

“Benarkah? Kalau begitu ayo kita cari tempat paling enak.”

Teman-teman Bogum hyung berjalan di depan, mencari-cari tempat yang enak dan kira-kira mendapat pencahayaan yang bagus agar hasil fotonya terlihat indah, aku sudah bersiap-siap dengan kamera kesayanganku.

Selagi kami mencari tempat yang bagus, aku mulai memotret. Sebenarnya sudah sejak kami berada di mobil aku memotret pemandangan dan wajah teman-teman Bogum hyung termasuk ia sendiri.

“Dia pasti akan senang dengan oleh-olehku.”

“Heee? Siapa?” Sambung Bogum hyung “siapa yang senang?”

Aku jadi gugup “Namjoon! Namjoon pasti senang aku beri oleh-oleh, dia memintaku untuk memotret pemandangan.”

“Menangnya kenapa dia tidak ikut??”

Otakku berpikir keras, harus mencari alasan “aaa... dia harus ke Ilsan, ke rumah ayahnya.”

“Ayahnya dokter, kan? Sepertinya dokter tidak akan libur, deh. Aaah, makanya aku tidak mau punya suami dokter, waktu liburnya tidak tetap, kadang-kadang saat liburan suka mendapat panggilan mendadak dari rumah sakit.”

Aku tertawa kecil “hei, dokter itu orang yang mulia, dia menyembuhkan orang sakit.”

“Menyembuhkan orang yang sudah meninggal bagaimana?”

“Hmmm... aku ragu dengan yang satu itu.”

Bogum hyung manyun, ia memelukku dari samping.

Akhirnya kami menemukan tempat pilihan kami. Setelah menggelar tikar dan meletakan barang-barang, kami duduk bersama memenuhi dua tikar, setelah itu barulah masing-masing membuka bekal, minuman, dan camilan, namun sebelum itu kami saling berfoto dengan kameraku.

Aku jadi kepikiran untuk menelepon Jimin, akhirnya aku menjauh dari kerumunan dan mencari nomor teleponnya di kontak ponselku.

“Halo.” Jimin menyapa terlebih dahulu “ah, Taehyung?”

“Hei, apa kabarmu?”

“Baik, kau sedang hanami, ya? Ramai sekali di sana!”

“Iya benar, kau tidak? Jangan sia-siakan kesempatan setahun sekali ini, Jim.”

Tawanya terdengar “ahaha, aku sedang menemani temanku di rumah sakit.”

“Oh begitu.”

Jimin terdengar lama menjawab dan terdengar suara-suara dari sebrang telepon “ah, maaf, ya. Aku harus menutup teleponnya, nanti aku akan meneleponmu sekali la...”

“JIMIIINN SHHHIIIIIII...!! LAMA TIDAK BERJUMPAA!”

Aku menangkap suara seorang lelaki yang memotong percakapan kami.

Our Promise [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang