The reason

262 20 0
                                    

if I was told that I'd never see your smiling face again I would be happy if tomorrow never came I want to hug you, even if it was just in my dreams Forever.

Tadi pagi aku menelepon Bogum hyung dan mengajaknya untuk ketemuan sebentar, Bogum Hyung tidak menemukan kejanggalan apapun dari diriku, dan aku tidak menemukan kejanggalan dari dirinya sedikitpun. Apa yang ia ketahui dan ia sembunyikan padaku tentang semua ini.

Sebetulnya semua orang... Apa yang disembunyikan semua orang yang kukenal?

Kenapa mereka bersikap seolah-olah aku masih hidup kalau aku benar-benar sudah mati?

“Jadi, ada apa memanggilku? Ingin cepat-cepat melamar, ya?” Candanya, tetapi aku tidak merespon balik candaannya dan memberinya keseriusan di wajahku “hey, Taehyung?”

“Apa yang selama ini kamu sembunyikan dariku?”

“Aku menyembunyikan cintaku. Sebenarnya cintaku lebih besar dari ini, lho!” Ia masih bercanda dan aku hanya tersenyum tipis, dan Bogum hyung tidak meresponnya dengan baik, ia memelas dan meneruskan perkataannya “jadi kamu sudah tahu, ya?”

“Tentang apa?”

“Aku sudah egois, Tae... Sebenarnya Kookie adalah kekasihmu, begitu aku tahu kamu hilang ingatan, aku langsung memohon dan menginjak harga diriku sendiri padanya, aku sangat memohon padanya untuk menjadikanmu kekasihku sebentar saja. Saat mendengar kabar Kookie sudah meninggal, aku sangat sedih, tapi... di sisi lain aku sangat senang... Aku mencintaimu, Taehyung... Sangat mencintaimu...”

“Kookie masih hidup. Aku tahu kamu mengetahui hal tersebut.”

“Kau... sudah tahu hal itu juga?”

“Termasuk ‘aku yang sudah meninggal’.”

Ekspresinya berubah, ia sangat terkejut “apa? Kamu sudah meninggal?! Siapa yang bilang? Jelas-jelas kamu masih hidup dan ada di depanku! Jelas-jelas kamu masih bisa merasakan sakit!!” Kemudian ia mencubit lenganku.

“Aduh!!” Teriakku “kenapa kamu tetap berpacaran denganku?? Kenapa Kookie tidak langsung bilang saja kalau dia adalah kekasihku?!”

“Apa kamu tidak merasakan perasaan itu?! Kau sendiri yang bilang perasaanmu tidak akan berubah meskipun ingatanmu telah hilang!!”

Aku... Merasakannya samar-samar, hanya saja aku sangat mempercayai Kookie, apapun yang Kookie katakan pasti berusaha kupercayai. Makanya aku sering sekali menanyai apakah benar aku menyukai Bogum hyung? Apakah benar begitu? Lalu kenapa aku tidak pernah yakin dan selalu memastikan kebenarannya?

“Kita memang pernah pacaran, tapi sudah sangat lama...”

“Jadi Kookie bukan hantu?”






“Dia juga menyukai musik seperti ini, andai dia masih bisa mendengarkannya.”





Bogum hyung berkacak pinggang “tentu saja bukan! Dia sudah bersama denganmu sejak kalian kelas satu!”

“Lalu?”

“Tanyakan pada Namjoon dan Jimin, mungkin mereka mengetahui semuanya.”

**

Namjoon baru datang ke apartemen pagi hari setelah seminggu tidak pulang dan ia tidak berbicara sedikitpun padaku di hari pertamanya kembali, ia baru mengucapkan sepatah kata dua hari kemudian.

Saat ini ia sedang mengoles selai cokelat pada roti gandumnya, aku melihat lelaki itu tampak murung.

“Namjoon-ah...”

Ia mendongak “oke, saatnya kamu mengetahui semuanya...”

Tok Tok Tok

Jimin muncul dari balik pintu, pakaiannya lebih modis dibandingkan dulu, ia bahkan mengenakan kacamata hitam segala.

“Taehyung...”

“Duduklah, Jim,” perintah Namjoon “Taehyung harus tahu semuanya...”

Jimin duduk di dekatku, kemudian Namjoon membawa sarapannya dan duduk di dekat kami berdua.

“Tae... Maafkan kami harus merahasiakan ini. Ini adalah permintaan ayahmu, ayahmu tidak ingin kamu tahu kalau kamu sebenarnya sudah meninggal.”

“Bagaimana caranya aku kembali hidup?”

“Aku tidak tahu pasti karena itu rahasia rumah sakit. Aku hanya melihat Kookie mengangguk mantap menjadi relawan demi menghidupkanmu.” Jelas Namjoon.

Dia gila?! Kenapa dia harus melakukan itu? Bagaimana dengan keluarganya??

“Soal keluarga, ibu tirinya meninggal karena sakit. Dia hanya tinggal bersama kucingnya, dia bilang akan mempertahankan apa yang ia punya, dan kalaupun akhirnya tidak berhasil, ia akan membuatnya berhasil karena Jungkook orang bodoh yang naif, dia cuma orang bodoh yang mau menyia-nyiakan hidupnya”

Aku jadi teringat ucapannya.





“Rumah lamaku benar-benar kosong semenjak terakhir aku meninggal, semua keluargaku sudah meninggal. Ini kucingku, namanya Kuching. Aku sengaja memelihara kucing hitam untuk berjaga-jaga saat aku mati nanti, ia masih dapat bermain denganku.”




Benar juga, dia bilang ‘saat aku mati nanti’.

“Aku benar-benar sudah mati saat kencan pertama, ya? Tragis sekali, sih...”




“Begitu, ya. Tapi... pacarku tidak begitu, dia orang yang baik dan sabar, dia pasti akan tetap menemaniku dan menungguku selama apapun aku memilih baju.”

“Kenapa kamu tidak merasakan perasaan itu padanya?” Tanya Jimin.

“Aku merasakannya, Jim! Asal kau tahu saja jantungku berdetak tak karuan saat itu!”

“Saat itu kita sedang membahas habis-habisan tentang film di majalah lewat sinopsisnya, ada sebuah film tentang perempuan yang kehilangan ingatannya karena kecelakaan, klasik sekali, bukan? Ia tidak ingat suaminya dan semuanya, lalu kamu bilang padaku ‘perasaan nggak ada hubungannya dengan otak, kalau aku benar-benar mencintai orang dan kemudian amnesia, perasaanku pasti nggak berubah, aku pasti akan merasakan getaran-getaran itu, tidak seperti dia! Tuh, diaa!’”
















































“Kalau kamu bingung dimana dia tinggal... Dia tinggal di apartemen lantai tiga sendirian, kebetulan sewaktu kamu lihat ada suster dari rumah sakit yang mengunjunginya, maka itu kamu bertemu dengan Kyungmi.” Jelas Jimin lagi.

***

Regard,
Ren

Our Promise [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang