Rencana

215 21 1
                                    

Hari pertama di kampus cukup menyenangkan, aku dapat berinteraksi dengan orang-orang di sini, kecuali mahasiswa asing, aku kurang pintar bahasa Inggris sehingga aku sedikit kewalahan saat mengobrol dengannya, meskipun mereka bisa sedikit berbicara bahasa Korea, rasanya membuatku canggung.

Dalam waktu sehari, aku hapal nama dan wajah orang, itu salah satu kelebihanku, aku mudah menghapal wajah dan nama orang — atau mungkin karena space di otakku masih banyak makanya mudah sekali menghapal sesuatu? Ah, itu berarti aku masih suci... tapi, sayangnya Jimin menodai kesucian otakku dengan komik rate 18+.

Setelah mengikuti kelas Lee ssaem, aku keluar dari ruangan tersebut dan melihat Bogum hyung menungguku, ia terlihat cukup populer karena saat aku melihatnya, ia disapa beberapa kali oleh orang lewat, ia juga ramah karena menebar senyum pada mahasiswa baru yang melintas.

“Kenapa kamu menungguku??”

"Tidak, aku hanya ingin bertemu denganmu saja. Aku rinduuuuu sekali!" ia tersenyum manis seperti biasa, Jimin pernah berkata padaku kalau Namjoon kaget mendengar aku dan Bogum hyung sempat putus, padahal katanya kami sangat cocok, kami adalah pasangan ramah tamah baik hati yang suka menebar kebahagiaan katanya, tapi aku merasa tidak begitu.

Ya, maksudnya, tidak merasa... cukup aneh saja dibilang ‘pasangan ramah tamah baik hati yang suka menebar kebahagiaan’. Apa iya hubunganku se-terkenal itu sampai-sampai diberi julukan segala oleh orang-orang?

Sepertinya memang tidak heran kalau aku menyukainya, toh Bogum hyung adalah orang yang sangat baik dan hangat pada orang. Di sisi lain dirinya seperti matahari yang bersinar, ia juga meneduhkan karena terasa nyaman dan sejuk.

“Hari ini kita makan, yuk.”

“Mau ke mana?”

Ia berdehem “bagaimana kalau kimbap? Aku sudah lama tidak makan Kimbap semenjak kuliah.”

“Kamu pasti menunggu aku mentraktirmu, ya?”
Bogum hyung  hanya menjawab “hehehe” saja.

Aku menimbang-nimbang permintaannya, aku memang harus menghemat, namun tidak ada salahnya sekali-kali mentraktirnya makan? Toh biasanya pasti kalau kencan bayar sendiri-sendiri seperti kebanyakan remaja kalau kencan.

Ketemuan di stasiun, membayar makan sendiri-sendiri, kembali berpisah di stasiun. Ah, lagipula sepertinya Kimbap tidak terlalu mahal, kecuali jika aku memesannya di restoran Bintang lima, sih.

“Hmm, mumpung masih musim semi, bagaimana kalau kita melihat bunga sakura di Oncheon Stream Park?!”

“Itu kan jauh dari kampus kita, hyung.”

“Naik kereta kurang dari satu jam, kok. Sekali-kali saja, ya. Aku tidak pernah melihatnya bersamamu, lho.” Ia memohon-mohon dengan mata puppy eyes, sepertinya memang secara tidak langsung memaksaku, kalau kutolak pasti akan berwajah sedih atau ngambek yang akan membuatku merasa tidak enak, lagipula sekali-kali juga tidak masalah.

Aku mengangguk, ia lalu tersenyum senang dan berangsur memeluk lenganku.

“Tae, kamu bilang suka musik-musik instrumental, kan? Aku mendownload beberapa karya Richad Kuraiderman.”

“Richad?? — ah, aku tahu.”

Mungkin maksudnya Richard Clayderman, ah, tunggu, sepertinya aku mengenal namanya? Lagipula seingatku, yang menyukai musik seperti itu adalah Kookie.






















“Dia juga menyukai musik seperti ini, andai dia masih bisa mendengarkannya.”
***

A/n : oncheon stream park itu seperti ini.

Regard,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Regard,

Ren

Our Promise [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang