Busan

221 19 1
                                    

Morning, afternoon or night, I don’t care I wanna make you happy, make you laugh

Sebelum pergi, semua keluargaku berdiri di depan pagar untuk melepasku, Mingyu berlari ke dalam rumah untuk mengambil sesuatu yang ketinggalan, ia membawa sebuah kardus dan memberikannya padaku.

Sebuah kamera dan peralatan lainnya, ia memberikannya padaku.

“Aku baru ingat, ini kameramu.”

“Kameraku?”

hyung kan suka memotret!” katanya “kalau pulang nanti perlihatkan banyak foto, ya!”

Aku mengangguk, lalu segera pergi.

**

Setelah mati-matian mengikuti ujian masuk universitas, musim semi ini aku dan Namjoon sudah menempati apartemen di daerah Busan karena sudah diterima di sana, aku mengambil apartemen yang agak jauh sedikit dari kampus karena lebih murah, lagipula akan lebih sehat berjalan kaki.

Kami berdua tidak kebagian asrama universitas karena peminatnya sangat banyak, akhirnya karena ibuku dan ibunya tidak mau repot, mereka menyuruh kami tinggal di apartemen saja.

Apartemen ini berukuran kecil, namun cukup besar untuk ditinggali dua bocah lulusan SMA sepertiku dan Namjoon —eum, Jimin kuliah di Seoul sekalian mencapai mimpinya menjadi penyanyi juga dancer , kudoakan yang terbaik untuk si lelaki yang ternyata umurnya lebih tua dariku (habisnya dia lebih pendek dariku dan berwajah imut).

Apartemen yang kutinggali kosong melompong jika aku dan Namjoon tidak membawa barang-barang dari rumah, hanya lantai kayu dengan cat berwarna putih bersih, sepertinya aku akan membeli beberapa barang bekas yang masih layak pakai untuk menghemat uang.

Pokoknya kami berdua harus mengirit, meskipun aku kurang tahu caranya berhemat karena selama ini yang mengurus di rumah hanya ibuku saja.

“Waaah...” Namjoon meletakan kopernya “kapan kita akan membeli barang-barang?”

Tok Tok Tok.

Namjoon membuka pintu, wajahnya bingung, lalu ia keluar dan memeriksa orang.

Tadinya aku berada di kamar mandi untuk memeriksa, namun begitu mendengar suara ketukan pintu, aku keluar dari kamar mandi dan melihat...

hantu!!

“Selamat siang!!” Ia nyelonong begitu saja dengan kucing hitamnya.

“Kenapa tidak ada orang, sih??” Namjoon bingung, ia kembali masuk dan menutup pintu.

“K...kau tidak melihatnya?” Aku menunjuk Jungkook, Namjoon lalu menggeleng dan berwajah heran. Jadi Namjoon benar-benar tidak bisa melihatnya?? Ngomong-ngomong Jimin juga tidak bisa melihatnya.

Di dalam apartemen hanya disediakan ruangan kecil yang berfungsi untuk menyimpan pakaian, aku dan Namjoon merapikan barang yang ada terlebih dulu seperti pakaian dan kulkasnya Namjoon, dia anak orang kaya karena ayahnya dokter, makanya ia tidak segan-segan membeli kulkas baru segala, aku heran kenapa ia tidak kuliah di seoul university saja.

Aku membawa futon, namun sebelumnya Namjoon hendak memesan springbed untuk kami, karena aku merinding dengan kekayaannya, aku menyarankan Namjoon untuk membawa futon saja — tapi karena dia tidak punya futon, ia malah membeli futon baru, gampang sekali menggesek kartunya!!

“Taehyung-ssi!” Kookie memanggilku “nanti malam kita bertiga belanja saja, biasanya banyak makanan baku yang diobral.”

“Benarkah??”

“Iya, bilang saja dengan Namjoon hyung, nanti aku akan membantu kalian.”

Aku mengangguk, lalu berbicara pada Namjoon mengenai obral pada malam hari, ia menyetujui hal tersebut dan kembali merapikan pakaian berkelasnya. Uh, pakaiannya benar-benar berbeda denganku.

“Namjoon memang punya selera yang bagus, ya.”

“Memang?? Kamu sudah mengenalnya segitu jauh?”

Ia mengangguk “tentu saja, karena dia temanmu, dia temanku juga.”

Tok Tok Tok

Namjoon membuka pintunya, ia setengah berteriak menyerukan nama orang itu “Bogum hyung?!” membuat Jungkook kaget dan bersembunyi di belakangku, ia menjadi panik, ia lari ke lemari dan menutup pintu itu rapat-rapat. Hei, apa yang terjadi??

“Tae!!” Bogum hyung berseru saat melihatku, ia memelukku erat “akhirnya kita satu kampus!”

Aku tersenyum simpul, aku senang tidak harus berhubungan lewat mail atau telepon lagi dengannya.  Bogum hyung  kelihatan tampan dengan kemeja coklat nya ditambah cardigan hitam.

“Jadi... kalian akan membeli apa saja?”

Namjoon menyebutkan barang-barang yang sudah ada “kami sudah punya kulkas, tempat untuk tidur, sofa baru, meja dari kamar Taehyung dan kamarku, selimut masing-masing, peralatan masak dari dapur rumah sendiri dan mengambil beberapa bumbu, peralatan mandi, bantal guling, selimut tambahan, buku-buku, rak buku dariku, dan sisanya belum.”

“Ayo beli lampu dan peralatan makan!!” Ia kelihatan bersemangat.

“Sekarang?” Tanyaku sedikit kecapekan karena baru tiba sudah beres-beres, dan sekarang kami harus membeli barang-barang yang belum dibeli??

Ia manyun, lalu membuka ranselnya, ia mengeluarkan dua bekal dari dalam tasnya. Syukurlah, akhirnya bisa makan juga...!!

“Ini untuk kalian...!”

“Satu lagi untuk siapa?” Aku mengerutkan kening saat melihat tasnya masih menyembul dan terlihat sebuah bekal lagi.

Ia tersenyum “untukku, tapi aku tidak akan memakannya di sini.”

Aku manggut saja, kami mulai menyantap bekal dan bercerita macam-macam selama berjam-jam. Aku melirik tempat Jungkook bersembunyi, apa ia tidak kepanasan di dalam lemari? Ah, tidak mungkin hantu bisa mati kehabisan napas? Tapi kenapa ia harus bersembunyi saat Bogum hyung datang? Apakah...

“Bogum hyung...” Panggilku.

“Ya?”

Apakah Bogum hyung bisa melihatnya? Ataukah ia punya hubungan yang buruk dengan Bogum hyung lantas wajahnya berubah menjadi aneh saat aku menanyai sesuatu tentang Bogum hyung? Atau Bogum hyung pernah melakukan sesuatu pada Kookie saat lelaki itu masih hidup?

Aku bergeleng “tidak, aku cuma ingin memanggil namamu saja.”

Ia memukul kakiku “ih, dasar!”




































Kookie memang menyimpan banyak rahasia, dan ia terlihat menguncinya rapat dengan gembok, namun tidak mungkin ada gembok jika tidak ada kunci.
***

Regard,

Ren.

Our Promise [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang