Laki-laki tampan yang jangkung, namun memiliki tubuh yang atletis. Wajahnya yang tampan dan terlihat tegas, menambah kesan dingin tapi kharismatik di dirinya. Mata tegasnya yang dinaungi sepasang alis hitam lebat, hidung mancung, bibir sensual dan rahangnya yang kokoh turut menghiasi wajah tampannya. Kulitnya yang putih bersih membuat iri para kaum hawa yang melihatnya. Dia seolah memiliki pesona yang sulit ditolak oleh para kaum hawa. Yakinlah, siapa saja yang melihatnya pasti akan terpesona bak tersihir akan pesona laki-laki itu.
BUGH! BUGH! BUGH!
Dengan keringat yang terus bercucuran di pelipisnya tak urung membuat laki-laki itu berhenti melakukan aktivitas olahraganya. Badannya yang sudah penuh akan keringat pun tak menjadi beban ataupun penghalang untuknya.
Dia terus memukul samsak itu bertubi-tubi tanpa berhenti. Menyalurkan segala emosi yang ada pada dirinya. Melampiaskan semua rasa kesal dan kesakitan yang selalu dia pendam, rasa kecewa akan masa lalu yang tak kunjung bisa ia lupakan hingga saat ini.
Semua memori kejadian itu terus berputar-putar di ingatannya, membuatnya semakin emosi dan mengayunkan tinjunya semakin keras pada samsak itu. Matanya memerah dan rahangnya mengeras hingga terdengar suara gemelatuk gigi yang bergesekan akibat menahan geram.
"AAARRRRRGGGGGGHHHHHH!" Teriak laki-laki itu frustasi, lalu menjatuhkan tubuhnya telentang di lantai.
'BRAK!'
Suara pintu terbuka itu membuatnya terkejut dan refleks bangun menatap ke arah pintu yang menampakkan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan solehah meskipun termakan usia.
"Hasan kamu kenapa, Nak?" Tanya Diana panik.
"Hasan nggak papa, Bunda." Ucapnya dengan senyum manis yang begitu tulus.
"Tadi Bunda dengar kamu teriak." Diana mendekati Hasan untuk memastikan.
"Hasan cuma kecapean aja makanya refleks teriak, Bun."
"Bunda pikir kamu kenapa-kenapa tadi."
"Nggak papa, Bun. Maaf sudah buat Bunda khawatir."
"Iya nggak papa. Tapi lain kali jangan gitu ya? Kan Bunda khawatir."
"Iya, Bun."
Sepeninggalan Diana dari ruangan itu, Hasan kembali melanjutkan aktivitas olahraganya. Dia kembali memukul samsak yang menggantung di hadapannya itu.
DRTTTDRTTT
DRTTDRTTTT
Hasan menghentikan aktivitasnya kala melihat handphonenya bergetar di atas meja. Dia mengambil handuk kecil untuk melap keringat di wajahnya.
Handphonenya masih setia berbunyi dan itu sangat mengganggu bagi Hasan. Satelah melihat siapa penelponnya membuat Hasan mendengus sebal, tapi tetap dia angkat.
"Kenapa?" Tanya Hasan dingin.
"Ya ampun bro, galak amat sih kaya singa." Sahut suara di seberang sana.
Hasan berdecak kesal. "Nggak usah basa-basi. Mau apa lo?" Tanya Hasan sekali lagi masih dengan nada dinginnya. Dia tau jika orang itu tidak akan menghubunginya bila tidak penting.
"Gue lagi di Kantor Polisi, lo jemput gue ya?"
Lagi-lagi Hasan berdecak kesal lalu berkata. "Apa lagi kali ini heh? Mukulin anak orang lagi? Atau peretelin motor orang lagi?"
"Balapan sama Bajaj terus kena tilang polisi." Jawab suara di seberang sana santai tanpa beban.
"LO GILA!" Pekik Hasan tak percaya dengan kelakuan konyol temannya itu.
"Ck! Buruan kesini, motor gue nggak bakal di balikin kalo nggak ada jaminannya."
"Ogah! Urus sendiri." Tegas Hasan lalu memutuskan sambungan dan langsung me-nonaktifkan ponselnya.
"Dasar temen gila!" Umpat Hasan kesal.
'Destiny'
HALLO HALLO HAIII😄😃😀😉
Ini masih tahap perkenalan ya😁
Nanti aku update lagi deh part selanjutnya 😉
Tapi jangan lupa tinggalkan "KOMENTAR" Ya supaya aku bisa koreksi kalau banyak salah dan typo😉
JANGAN LUPA "VOTE"
JANGAN LUPA "KOMENTAR"Muhammad Hasan Alfazri
Ini visualnya Hasan, kalo menurut kalian nggak cocok, kalian bisa cari sendiri visualnya sesuai pilihan kalian 😄😉
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sphere Destiny (REVISI)
Teen Fiction'Kebetulan yang di sengaja oleh Tuhan itu adalah Takdir' Nabila Azahra Abiyasa Gadis cantik yang berusaha bangkit dari bayang-bayang masa lalu yang tak pernah bisa dia lupakan. Dia yang membenci takdirnya, tapi dia hanya mampu menerima karena sekuat...