"Jadi lo nggak pacaran sama Kak Hasan?" tanya Wulan sekali lagi untuk memastikan.
"Iya Wulan iya. Gue nggak pacaran sama Hasan," jawab Nabila kesal karena Wulan dan Yulia terus saja bertanya padahal dia sudah menjelaskan pada mereka tentang Dia, Hasan, Darel dan Tania. Meskipun tidak semuanya. Di hanya menceritakan secara garis besarnya saja.
Nabila merebahkan tubuhnya ke kasur sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Kenapa lo nggak pacaran sama aja sama Kak Hasan, Na?" tanya Yulia sambil terus mengunyah keripik singkong yang tadi dia beli sebelum ke rumah Nabila.
"Itu nggak mungkin."
"Kenapa?" Yulia penasaran.
"Kita itu sudah kaya saudara, jadi nggak mungkin bisa lebih dari itu."
"Emang lo nggak suka apa sama Kak Hasan?" tanya Wulan yang kini ikut berbaring di sebelah Nabila.
Nabila terdiam tak tau harus menjawab apa pertanyaan Wulan. Dia sendiri tidak tau bagaimana perasaannya pada Hasan. Entah itu perasaan sayang sebagai sahabat atau rasa sayang sebagai kekasih. Nabila sendiri bingung pada perasaannya.
Nabila menghela nafas berat sebelum menyahut. "Gue nggak tau."
"Kenapa nggak tau?"
"Gue nggak tau perasaan gue sama dia itu cuma sebatas sahabat atau lebih."
Wulan mengubah posisinya menjadi duduk di samping Nabila yang berbaring. Dia terlihat berfikir sebentar sebelum berkata. "Waktu Kak Hasan pergi, lo ngerasa kehilangan nggak?" tanya Wulan sambil menatap lekat Nabila.
"Jelas lah, kalo nggak ngapain gue selalu berusaha cari dia selama ini," decak Nabila.
"Maksud gue bukan itu neng."
"Emang maksud lo apaan, Lan?" Yulia ikutan bingung.
"Maksud gue, lo kehilangan dia sebagai sosok sahabat atau lain?" jelas Wulan gemas pada Nabila dan Yulia.
Nabila mendesah berat, bingung harus menjawab apa pertanyaan Wulan sedangkan dirinya saja masih bingung dengan perasaannya sendiri. Dia sayang dengan Hasan.
"Gue sudah terbiasa sama dia, kemana-mana selalu berdua. Sulit buat bedain perasaan antara gue terbiasa sama kehadirannya atau hati gue yang memang pengen dia selalu ada di sisi gue."
Nabila menatap langit-langit kamarnya dan pikirannya menerawang kembali ke masa lalu, masa dimana dia selalu melakukan segala hal bersama Hasan, dia selalu ada di setiap memori masa lalu Nabila.
"Tapi menurut gue, lo itu sayang sama Hasan lebih dari seorang sahabat deh Na," ujar Yulia sambil terus memakan keripik singkongnya tanpa berniat beranjak dari duduknya di sofa yang tidak jauh dari tempat tidur Nabila.
"Nah gue setuju sama Yulia," timpal Wulan semangat.
"Ngaco ihh! Gue nggak mungkin suka sama Hasan," elak Nabila lalu tertawa merasa tidak mungkin dengan hal yang dikatakan Wulan dan Yulia.
"Kalo Kak Hasan anggap lo lebih dari sahabat gimana?" tuntut Wulan masih berusaha untuk mengetahui perasaan Nabila.
Nabila semakin tertawa kencang mendengar perkataan Wulan yang sangat tidak mungkin menurutnya. "Itu lebih nggak mungkin lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sphere Destiny (REVISI)
Genç Kurgu'Kebetulan yang di sengaja oleh Tuhan itu adalah Takdir' Nabila Azahra Abiyasa Gadis cantik yang berusaha bangkit dari bayang-bayang masa lalu yang tak pernah bisa dia lupakan. Dia yang membenci takdirnya, tapi dia hanya mampu menerima karena sekuat...