Destiny 18

6.2K 240 4
                                    

Langit malam kali ini tidak menampakan sinar rembulan yang biasanya selalu menjadi penerang dikala malam hari tiba. Bintang pun juga tidak nampak seperti biasanya, hanya samar-samar dan itu pun hanya beberapa.

Angin malam yang bisanya hanya berhembus pelan kini perlahan menjadi semakin kencang. Suara dedaunan pohon yang saling bergesekan karena tertiup angin pun menjadi melodi di malam yang begitu sepi.

Hasan masih setia berada disana. Di kursi yang berada di balkon kamarnya. Dengan mata yang tak lepas memandang sebuah buku berwarna merah dengan motif hati yang begitu indah. Padahal jam sudah menunjukan pukul 21:57. Tapi sedikit pun dia tidak berniat beranjak dari sana.

Hatinya terus berdebat antara membaca atau mengabaikan saja buku tersebut. Disatu sisi dia sangat ingin tahu semua kebenarannya, tapi disisi lain dia masih tidak siap dengan semuanya. Lebih tepatnya hatinya yang tidak siap untuk menerima semua kenyataan yang telah terjadi.

Hasan mengusap wajahnya kasar, lantas dengan hati yang mantap dia mengambil buku itu dengan ragu lalu membukanya. Dia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan sebelum mulai membaca diary itu.

Hasan tertegun melihat foto yang terpampang disana. Foto laki-laki dan perempuan yang tersenyum cerah dan terlihat sangat bahagia.

Perempuan itu sudah pasti Tania, tapi laki-laki itu seperti sangat familiar bagi Hasan. Dia seperti pernah melihat laki-laki itu di suatu tempat. Tapi kapan dan dimana, Hasan benar-benar lupa.

Lalu dia membaca halaman pertama hingga hingga setengahnya, disana dia tau bahwa laki-laki itu adalah kekasih Tania yang telah meninggalkannya karena kesalahpahaman.

Lalu dia melanjutkan membuka halamannya selanjutnya. Hasan terdiam dan tenggorokannya terasa tercekat saat membaca setiap kalimat yang tertera disana. Dan matanya masih terpaku pada setiap kata yang tertulis disana.

Dear Diary

Maafkan aku Ya Tuhan! Aku sudah melakukan dosa besar hari ini. Dosa yang tidak akan pernah bisa kau maafkan dan orang-orang yang ku sayangi maafkan. Dosa yang akan selalu ku ingat seumur hidup, bahkan hingga aku mati.

Aku tidak tau pasti tentang permasalahan Avara dan juga Cakra sampai aku harus ikut terlibat sejauh ini. Urusan ku hanya dengan Rian, bukan dengan semua anak Cakra. Tapi Rian terus memanfaatkan aku untuk kepentingannya dan juga Cakra.

Aku menyesal pernah mengenal Rian, sangat menyesal. Dan seandainya waktu bisa diputar ulang kebelakang, aku bersumpah selamanya tidak akan pernah sudi mengenal Rian.

Dia yang sudah menghancurkan hidupku. Dia buat aku berpisah dari Vano, kekasih yang sangat aku cintai dan sayangi, satu-satunya orang yang sangat berarti dihidupku. Dia juga yang sudah memperkosa aku dan menjadikan Darel sebagai kambing hitam atas perbuatan bejatnya.

Aku menyesal tidak bisa berbuat apapun saat itu. Andai ancaman itu tidak ada, ancaman akan dibunuh dan diperkosa lagi jika aku menolak perintahnya. Bahkan dia juga akan menyebarkan foto tubuh telanjang ku jika aku tidak menuruti semua perintahnya.

Aku tau Rian sangat terobsesi padaku, hingga dia tak akan pernah membiarkan siapapun memiliki ku selain dia. Tapi hatiku sudah terlanjur untuk Vano, terlanjur mencintainya. Hingga dia membuat aku putus dengan Vano dan aku semakin tak sudi menerimanya menjadi kekasihku. Lalu cara terakhir yang dia lakukan adalah memperkosa ku.

The Sphere Destiny (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang