Gemerlap jutaan bintang yang bertaburan di langit menjadi suasana paling indah di malam hari. Meski bulan tidak tampak tapi keindahan itu tetap mendominasi suasana malam.
Semilir angin menyapu kulit putih mulus Nabila yang sedari tadi berdiri di balkon kamarnya sambil menetap langit malam yang sangat indah. Ditemani suara binatang malam yang terus berbunyi dan lalu lalang kendaraan karena malam belum larut.
Gadis itu termenung dengan tatapan kosong karena pikirannya berkeliaran kemana-mana. Mengingat setiap memori masa lalu yang menjadi pemacu traumanya. Apalagi kehadiran Rian yang tak pernah dia duga membuat pikiran Nabila semakin tak karuan.
"Kakak cariin dari tadi, ternyata malah bengong disini," seru Yanu yang membuat Nabila menoleh dengan raut terkejutnya.
"Ada apa, Kak?" tanya Nabila.
"Kakak dari tadi teriak-teriak manggil kamu buat makan bareng, kamu nggak denger?"
"Nana nggak denger Kak."
"Jelas aja, kamu dari tadi bengong terus disini."
Nabila hanya membalas dengan senyuman kecil, lalu kembali menatap langit dalam diam.
Yanu yang sedari tadi mengamati tingkah laku Nabila merasa ada yang sedang di pikirkan oleh adiknya itu. Yanu sudah hafal kebiasaan Nabila jika ada masalah pasti akan melamun dan mengabaikan hal-hal disekitarnya.
"Ada apa?" tanya Yanu akhirnya karena Nabila tak kunjung bicara.
Nabila menghela nafas lelah, merasa semakin hari masalahnya semakin bertambah dan semakin berat.
"Rian, Kak," lirih Nabila.
Yanu menoleh cepat pada Nabila saat satu nama itu terucap dari mulut adiknya. Perasaannya berubah menjadi tidak enak saat Nabila menyebutkan nama tersebut.
"Kenapa?"
Nabila kembali menghela nafas berat dan lelahnya, entah sudah berapa kali dia menghela nafas.
"Dia datang lagi, Kak. Dia nemuin aku tadi pagi dan dia juga salah satu siswa disana."
Yanu mengeram mendengar penuturan Nabila. Tangannya terkepal menahan amarah ketika mengingat wajah Rian yang sudah membuat adiknya itu mengalami traumatik.
"Kamu harus pindah sekolah, Kakak nggak mau kejadian dulu terulang lagi," ucap Yanu tegas.
"Nggak!" bantah Nabila cepat.
Yanu menatap Nabila tajam. "Kamu harus dengarin kata-kata Kakak. Kakak nggak mau terjadi apa-apa lagi sama kamu! Ayah sama Bunda pun pasti juga akan berpikiran sama seperti Kakak."
"Aku bisa jaga diri aku, Kak. Ada Hasan juga yang pasti akan selalu jagain aku."
"Tapi-"
"Kak, aku nggak mau lagi kehilangan kesempatan untuk jeblosin manusia biadab itu ke penjara. Ini kesempatan buat aku cari bukti kesalahan dia. Aku nggak rela dia bisa bebas berkeliaran sedangkan banyak orang yang sudah dia buat menderita."
Yanu terdiam mendengar penjelasan Nabila yang menurutnya benar namun sangat beresiko. Dia tidak mungkin bisa membujuk adiknya itu agar mengubah keputusannya, karena Nabila sangat keras kepala dan tidak mau dibantah dalam hal seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sphere Destiny (REVISI)
Fiksi Remaja'Kebetulan yang di sengaja oleh Tuhan itu adalah Takdir' Nabila Azahra Abiyasa Gadis cantik yang berusaha bangkit dari bayang-bayang masa lalu yang tak pernah bisa dia lupakan. Dia yang membenci takdirnya, tapi dia hanya mampu menerima karena sekuat...