Nabila menyeka keringat yang membasahi wajahnya. Dia terlihat sangat lelah sekali dan matanya juga membengkak akibat menangis. Bahkan penampilannya saat ini sudah tidak karuan lagi.
Tadi saat Maira dijemput oleh tim RSJ, Maira mengamuk lagi karena tidak ingin dikembalikan ke tempat itu. Nabila berulang kali mencoba menenangkan Maira, namun tidak berhasil. Dan Nabila hanya bisa menangis saat melihat Maira harus dibius agar bisa tenang, hal itu sungguh membuat Nabila tidak tega.
Nabila menundukkan kepalanya dan kembali menangis saat mengingat semua yang telah terjadi di hidupnya. Seolah tak ada hentinya cobaan yang dia alami hingga rasanya dia ingin menyerah saja. Tapi Dia kembali mengingat Allah yang akan selalu ada bersamanya, dan semua yang terjadi sudah atas kehendaknya. Maka Nabila yakin dia pasti bisa melewatinya meskipun rasanya sangat sulit dan berat.
Nabila terkejut saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Dia menghapus air matanya lalu mengambil botol minum yang ditempelkan ke wajahnya dan mendongak untuk melihat siapa yang memberikannya.
"Minum," ucapan yang lebih menyerupai perintah itu membuat Nabila tertegun. Lebih tepatnya tertegun karena bingung dan kaget melihat laki-laki itu berdiri tepat dihadapannya.
"Ck. Malah bengong," decak Hasan yang gemas melihat ekspresi Nabila. Dia mengambil botol minuman yang di pegang Nabila lalu membukanya, kemudian menyodorkannya kembali pada Nabila dan berikutnya dia duduk di samping Nabila yang masih terdiam.
"Kenapa kamu ada disini? Kamu nggak sekolah?" tanya Nabila bingung.
"Minum dulu."
Nabila menghela nafas berat dan menuruti saja perintah Hasan. Dia meneguk minuman itu lalu menutupnya kembali setelah merasa hausnya reda.
"Kok kamu bisa ada disini?" tanya Nabila lagi.
"Kamu sendiri ngapain disini?"
"Ehh, ak-..aku ada urusan tadi," sahut Nabila gelagapan. Dia bingung harus menjawab apa pertanyaan Hasan. "Dan kamu kenapa ada disini?" tanya Nabila lagi karena Hasan tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Ngikutin kamu," jawab Hasan santai, berbeda dengan Nabila yang tampak kaget.
Tadi Hasan berniat kembali ke sekolah, namun hatinya menginginkan kembali ketempat Nabila berada. Saat dia kembali dan ingin menghampiri Nabila dia mengurungkan niatnya karena melihat Maira yang mengamuk, Hasan tak mengerti akan hal itu sehingga dia hanya melihat saja dari kejauhan. Setelah orang-orang itu pergi dan tersisa Nabila sendirian barulah Hasan menghampirinya.
"Kamu...ngapain ngikutin aku?" tanya Nabila takut.
"Kenapa? Nggak boleh?"
"Bukan gitu."
"Terus?"
Nabila menghela nafas pasrah. "Jadi kamu sudah lihat semuanya?"
"Iya."
Nabila terdiam dengan perasaan yang sudah sangat gelisah. Dia tidak ingin menceritakan semuanya pada Hasan, dia takut laki-laki itu akan merasa bersalah jika dia menceritakan semuanya. Tapi pada akhirnya semuanya akan percuma. Lambat laun Hasan pasti akan mengetahuinya. Tapi setidaknya untuk saat ini Nabila ingin menutupinya dulu, sampai situasinya membaik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sphere Destiny (REVISI)
Roman pour Adolescents'Kebetulan yang di sengaja oleh Tuhan itu adalah Takdir' Nabila Azahra Abiyasa Gadis cantik yang berusaha bangkit dari bayang-bayang masa lalu yang tak pernah bisa dia lupakan. Dia yang membenci takdirnya, tapi dia hanya mampu menerima karena sekuat...