"Kalau kamu sampai berantem lagi kayak tadi, aku yang bakal bikin kamu tambah bonyok!" ujar Nabila memperingati usai mengobati luka Hasan.
Hasan hanya memutar bola mata jengah mendengar perkataan Nabila yang sudah berulang-ulang dia ucapkan sedari tadi.
"Dengerin nggak?!" bentak Nabila kesal.
"Kamu sudah ngomong itu berkali-kali, Zahra!" geram Hasan.
"Bagus dong, supaya kamu ingat baik-baik. Yaudah sekarang kita balik ke kelas," ajak Nabila setelah merapikan kembali kotak P3K yang tadi dia gunakan untuk mengobati luka Hasan.
"Kayaknya bukan cuma aku yang perlu diobatin." Hasan menatap Nabila penuh arti membuat gadis itu mengerutkan dahi merasa bingung.
Melihat raut bingung Nabila, Hasan langsung meraih tangan kanan gadis itu dan menariknya agar duduk. Sedangkan Hasan bangkit dari duduknya dan berjongkok dihadapan Nabila, membuat gadis itu semakin bingung dengan sikap Hasan.
Hasan membuka kembali kotak P3K yang sudah dibereskan Nabila dan mengambil antiseptik serta kapas disana.
"Sok-sokan ngobatin luka orang, tapi luka sendiri nggak diobatin," omel Hasan sambil membersihkan luka di lutut Nabila dengan kapas yang sudah dituangkan antiseptik.
"Nggak sakit juga, nanti sembuh sendiri kok," sahut Nabila, namun tangannya tanpa sadar meremas pundak Hasan saat laki-laki itu menuangkan bethadine ke lukanya.
"Masih bilang nggak sakit?" cibir Hasan sambil meletakkan kapas yang sudah dilumuri bethadine tepat di luka Nabila, lalu dia menggunting plester untuk menepelkan kapas yang sudah dilumuri bethadine tadi supaya tidak mudah lepas.
"Sedikit," sahut Nabila jujur, sakit seperti itu tidak terlalu berarti baginya.
"Good girl, kamu emang cewek kuat," ucap Hasan sambil membenahi kembali kotak P3K tersebut. Lalu bangkit berdiri dan meletakkan kembali ke tempat asalnya dimana Airin mengambilnya tadi.
"Ayok balik ke kelas," ajak Hasan lalu menggandeng tangan Nabila menuju kelas gadis itu.
"Tadi Rian bilang apa sama kamu?" tanya Nabila memecah keheningan diantara mereka sambil terus berjalan.
"Dia bilang sesuatu yang aku nggak suka," jawab Hasan teramat santai.
Nabila menghentikan langkahnya dan Hasan juga ikut menghentikan langkahnya sambil menatap Nabila dalam diam.
"Apa?" cicit Nabila takut akan apa yang diceritakan oleh Rian.
Hasan tak menjawabnya, dia hanya tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan Nabila. Dia mengusap puncak kepala Nabila penuh kasih sayang tanpa menghilangkan senyumnya.
"Apapun yang dikatakan orang lain aku nggak akan percaya kalau bukan kamu sendiri yang cerita sama aku," ucap Hasan masih dengan senyumnya.
Nabila terdiam karena perkataan Hasan yang menyiratkan suatu hal yang hanya Nabila sendiri yang memahaminya. Dia benar-benar merasa bersalah pada Hasan karena masih belum siap menceritakan semua hal itu padanya.
Hal ini sungguh berat bagi Nabila saat dia harus menahan diri untuk bercerita pada Hasan, sedangkan dahulu dia selalu bercerita semuanya pada Hasan tanpa ada yang terlewat. Tapi, sekarang semuanya telah berbeda semenjak kejadian setahun silam, kejadian yang membuat Nabila dan juga Hasan bisa berada ditempat sekarang. Semuanya benar-benar telah berubah sejak saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sphere Destiny (REVISI)
Подростковая литература'Kebetulan yang di sengaja oleh Tuhan itu adalah Takdir' Nabila Azahra Abiyasa Gadis cantik yang berusaha bangkit dari bayang-bayang masa lalu yang tak pernah bisa dia lupakan. Dia yang membenci takdirnya, tapi dia hanya mampu menerima karena sekuat...