Memahami Angle Berita

1.2K 6 0
                                    


Wartawan muda bertanya tentang apa arti angle berita itu? Secara umum, angle berita adalah sudut pandang dari sebuah cerita atau peristiwa. Sebuah peristiwa yang sama akan ditulis dengan cara yang berbeda-beda oleh setiap wartawan tergantung sudut pandang dari mana penulis melihatnya.

Kita lihat contoh sederhana, misalnya beberapa wartawan meliput peristiwa banjir kali Ciliwung di Jakarta. Wartawan yang datang ke sana akan menulis berita dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Biasanya wartawan datang dengan sudut pandang atau angle berita yang sudah disiapkan oleh redaktur, atau berdasar kemauan sendiri. Pada prinsipnya wartawan akan mencari sudut pandang yang paling menarik bagi pembacanya.

Di lapangan wartawan tidak sangat bebas menulis dengan sudut pandang semaunya. Ada beberapa faktor yang menentukan sudut pandang wartawan sehingga menimbulkan perbedaan antara penulis satu dengan lainnya. Saya bisa menyebutkan beberapa faktor tersebut, diantaranya:

Pertama, angle berita ditentukan politik pemberitaan media, tempat wartawan bekerja.

Jika media merupakan pendukung dari Gubernur Jokowi, maka sudut pandang yang diambil oleh wartawan adalah bagaimana semangat sang Gubernur membantu pengungsi. Wartawan akan menulis Jokowi yang dengan sukarela menembus air keruh dengan tidak gengsi sama sekali. Wartawan mungkin akan menggambarkan bagaimana Jokowi sangat ramah kepada penduduk yang menyambutnya. Jokowi bak pahlawan!

Bagaimana jika media memiliki posisi berseberangan dengan Gubernur Jokowi? Wartawan yang bertugas di lapangan akan mengambil angle berita tentang Jokowi yang hanya suka blusukan ke kampung-kampung tapi tidak jelas konsep dasar dalam menangani banjir. Wartawan akan mencari penduduk yang bisa menceritakan tuntutan dia kepada Jokowi agar bekerja lebih baik. Wartawan juga akan menghubungi pengamat perkotaan tentang perlunya penanganan banjir secara menyeluruh, bukan hanya meninjau banjir, kemudian dilupakan.

Kedua, jenis media juga akan menentukan angle berita. Media yang bersifat umum akan berbeda dengan terbitan khusus.

Wartawan di koran umum meliput banjir dari angle cerita yang bersifat umum. Media seperti ini akan memuat banjir dalam gambaran umum, seperti berapa luas banjir, pengungsinya berapa banyak, bantuan yang sudah datang apa saja dan sebagainya.

Berbeda halnya dengan media bersifat khusus. Misalnya pada majalah ekonomi, wartawan akan menulis tentang dampak banjir kepada kehidupan ekonomi. Wartawan akan menulis tentang banyaknya jalan, sawah, irigasi yang rusak. Wartawan akan membuat kalkulasi tentang dampak banjir kepada para petani. Tentu akan berbeda sudut pandangnya jika media itu ternyata fokus ke berita perdagangan saham. Wartawan akan melihat banjir dalam skala ekonomi dan dampaknya kepada turun naiknya bursa saham.

Ketiga, sudut pandang tulisan juga akan ditentukan oleh karakter penulisan. Ada yang menulis secara top down dari atas ke bawah. Sebaliknya berita ditulis dengan teknik button up, dari bawah ke atas.

Media dengan gaya top down akan melihat banjir dari sudut pandang pejabat. Wartawan yang mewakili media yang diterbitkan pemerintah, misalnya akan cenderung memulai tulisan dengan mengutip pejabat baru kemudian rincian lainnya. Kalau wartawan itu meliput banjir, maka dia akan memulai dari pernyataan Menteri Sosial tentang bantuan untuk pengungsi. Baru setelah itu, wartawan akan menulis tentang komentar penduduk. Misalnya pernyataan pengungsi yang menyatakan terima kasih kepada pemerintah atas bantuannya.

Wartawan lain yang bergaya button up akan menulis pernyataan korban banjir terlebih dahulu tentang bagaimana perasaannya, penderitaannya, dan harapan kepada pemerintah. Berita selanjutnya diisi dengan pernyataan pemerintah menanggapi harapan warga itu.

Begitulah, sudut pandang ditentukan banyak hal terutama menyangkut karakter media dan karakter wartawan bersangkutan. Tapi yang perlu diingat, apapun angle yang ditulis, fakta tetap harus nomor satu.

Wartawan tidak boleh mengarang. Misalnya wartawan mengungkapkan penderitaan pengungsi tanpa wawancara langsung, hanya membuat perkiraan. Itu melanggar kode etik. Fakta tetap menjadi pegangan utama, apapun angle berita yang dibuat.

Angle berita yang dipaksakan akan membuka peluang wartawan untuk memelintir berita. Misalnya, wartawan media yang "kritis kepada Jokowi" akan mencari pernyataan yang mengecam sang gubernur.

Bisa jadi suasana di lapangan tidak ditemukan cerita penduduk yang mengecam Jokowi. Lalu wartawan, demi menjalankan tugas redaktur, mencari-cari kesalahan Jokowi untuk diberitakan. Mesti diingat kejujuran adalah senjata wartawan untuk mendapatkan kepercayaan dari pembaca.

Tulisan ini hanyalah cara melihat angle secara umum. Secara rinci bagaimana cara memilih angle yang tepat akan dibicarakan di lain tulisan.

Cara Kerja Wartawan Sehari-hariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang