Membuat Tulisan Enak Dibaca

113 2 0
                                    


Wartawan seringkali tidak bisa meninggalkan cara menulis yang formal seperti diajarkan di sekolah atau saat kuliah. Akibatnya, ketika menulis berita, wartawan cenderung kaku seperti menulis skripsi. Berita yang ditulis tampak monoton dan membosankan. Bagaimana caranya agar sebuah tulisan menjadi enak dibaca? Berikut ada beberapa kiat:

Pertama, hindari kalimat formal.

Contoh kalimat yang kaku:

Cabai hasil tanaman lokal diyakini Kementerian Pertanian (Kementan) mempunyai daya saing yang tinggi di pasar dalam negeri. Hal tersebut didasarkan pada aspek rasa yang tidak dimiliki oleh cabai produk negara asing. "Cabai dari negara lain itu rasanya kurang pedas, masyarakat Indonesia tidak suka," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Hasanuddin Ibrahim di Jakarta, Jumat, (20/6).

Wartawan bermaksud menulis tentang cabai lokal yang lebih enak dibandingkan produk impor. Tapi sayangnya, dia menulis terlalu kaku. Bisanya wartawan hanya mentranskrip pernyataan pejabat. Padahal alinea itu bisa ditulis dengan lebih santai.

Contoh kalimat yang lebih mengalir.

Cabai lokal rasanya lebih enak dibandingkan produk impor. Pantas saja, cabai dari luar negeri sulit bersaing di pasar domestik. "Cabai dari negara lain itu rasanya kurang pedas, masyarakat Indonesia tidak suka," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Hasanuddin Ibrahim di Jakarta, Jumat, (20/6).

Kedua, utamakan kalimat sederhana. Jangan bertele-tele.

Contoh kalimat yang lumayan ruwet:

Jika tetap diimpor untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat, Hasanuddin yakin pihak importir akan mengalami kerugian. Sebab, jika masyarakat tidak suka terhadap rasa cabai impor, sudah barang tentu komoditas tersebut tidak akan laku di pasar lokal. "Karena cabai itu nggak mungkin diimpor, kalau ada pengusaha yang impor cabai segar dia pasti rugi," lanjut Hasanuddin.

Kalimat ruwet bisa diubah dengan mudah. Buanglah kata-kata yang tidak terlalu relevan. Cirinya, kata-kata tersebut, jika dibuang, secara keseluruhan kalimat masih mudah dimengerti. Lihatlah contohnya:

Kalau nekad impor, pengusaha merugi. Pasalnya, hampir bisa dipastikan cabai impor tidak laku, lalu membusuk. Ujung-ujungnya, cabai yang sudah repot-repot didatangkan dari luar negeri, malah jadi sampah semata.

Ketiga, hindari mengulang pernyataan dalam kalimat tidak langsung menjadi kutipan langsung.

Dalam alinea berikut, terdapat pernyataan yang sama, baik di kalimat tak langsung maupun di kalimat langsung.

Apalagi, sambung Hasanuddin, untuk menanam cabai tidaklah dibutuhkan teknologi yang relatif rumit. Sebab, cabai termasuk tumbuhan yang mudah hidup di iklim tropis seperti Indonesia ini. "Cabai mudah hidup di iklim tropis. Tanaman cabai mudah tumbuh di mana saja, tidak memerlukan iklim dan perawatan khusus," sambung Hasanuddin.

Kalimat langsung jangan mengulangi pernyataan di kalimat tak langsung. Contohnya sebagai berikut:

Apalagi, sambung Hasanuddin, untuk menanam cabai tidak dibutuhkan teknologi rumit. "Tanaman cabai mudah tumbuh di mana saja, tidak memerlukan iklim dan perawatan khusus," katanya.

Keempat, kutipan jangan terlalu panjang. Tekankan kepada poin penting dan menarik.

Coba baca kutipan di bawah ini, sungguh panjang dan melelahkan.

"Harusnya pemda bisa ikut berperan serta dan bertanggung jawab pada sektor pertaniannya, karena sektor ini sudah termasuk dalam otonomi daerah bukan pemerintah pusat lagi, sayangnya juga ada daerah yang APBD dan PAD nya ratusan miliar, tapi alokasi untuk pertaniannya tidak lebih dari Rp5 miliar. Namun sampai saat ini, hampir seluruh daerah masih menggantungkan pasokan cabai dari Jawa," kata Hasanuddin.

Ketika kita membuat berita, jangan semua kalimat dalam kutipan langsung. Jika itu dilakukan, wartawan seperti seorang juru ketik. Wartawan seharusnya memahami masalah, selanjutnya menulis dengan kalimat sendiri. Kutipan dari narasumber dipakai untuk mempercantik tulisan. Kutipan yang panjang tersebut sebaiknya dipotong menjadi kalimat tak langsung dan sebagian ditulis dalam pernyataan langsung, seperti berikut:

Pemerintah daerah di luar Jawa seharusnya bertanggung jawab mengembangkan sektor pertanian. "Sayangnya, ada daerah yang memiliki APBD dan PAD ratusan miliar, tapi alokasi untuk pertanian tidak lebih dari Rp5 miliar," kata Hasanuddin. Akibatnya, sampai saat ini, hampir seluruh daerah masih menggantungkan pasokan cabai dari Jawa.

Selamat berlatih. Tetap semangat.

Cara Kerja Wartawan Sehari-hariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang