Cara Mengukur Profesi Wartawan

231 2 0
                                    


Sebagai profesional, wartawan juga mempunyai jenjang karier yang jelas. Jenjang karier yang jelas ini sudah diterapkan di perusahaan media yang mapan. Tapi sayangnya, masih ada media yang belum menerapkan jenjang karier secara baik dan transparan. Sudah saatnya wartawan menjadi profesi yang terukur sehingga antara promosi dan sanksi dilakukan berdasar penilaian yang akurat.

Bagaimana wartawan seharusnya dinilai oleh perusahaan? Pada saat wartawan masuk dengan status golongan terbawah, dia biasanya akan digembleng dengan tugas-tugas peliputan. Perusahaan akan menilai kinerja wartawan tersebut untuk dasar promosi mereka kelak.

Untuk menilai wartawan, perusahaan menggunakan beberapa aspek. Setiap perusahaan memiliki kriteria penilaian sendiri-sendiri. Tapi secara sederhana, perusahaan menggunakan dua aspek besar: teknik peliputan dan sikap.

Untuk mudahnya, saya akan membahas perihal penilaian teknik peliputan terlebih dahulu. Teknik peliputan menilai beberapa hal: usulan berita dan hasil pelaporan.

Usulan berita, menurut saya, merupakan aspek penting dalam peliputan. Meskipun wartawan menempati pos yang sudah ditetapkan, wartawan harus dilatih untuk membuat usulan berita lebih dari sekadar memberitakan kejadian.

Misalnya wartawan yang ngepos di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dia pasti membuat berita kejadian sehari-hari di sana. Seorang wartawan seharusnya membuat peliputan yang lebih baik dari standar. Kalau seorang meliput vonis di pengadilan Tipikor, itu tidak istimewa. Seharusnya wartawan mempunyai inisiatif untuk mengusulkan berita yang lebih eksklusif. Misalnya dia mengusulkan untuk mewawancarai tersangka di penjara secara khusus atau mengorek sebuah kasus lebih mendalam.

Contoh lain, wartawan yang sedang meliput di Departemen Keuangan, misalnya, mengusulkan untuk wawancara khusus dengan Dirjen Anggaran untuk membahas APBN. Usulan special yang membuat laporan lebih lengkap dari media lainnya harus diberi apresiasi khusus.

Mengapa usulan berita sangat penting bagi wartawan? Pada hakekatnya wartawan bukan hanya juru catat peristiwa. Dia adalah "perancang berita". Pada hakekatnya berita adalah "ide". Wartawan harus terlatih untuk mengusulkan berita yang benar-benar hebat dan berguna bagi pembaca.

Wartawan harus terlatih untuk membuat perencanaan berita setiap saat dan mengusulkannya kepada redaktur. Dengan demikian, wartawan tidak hanya menjadi juru catat tetapi aktif mengelola berita mulai dari mengusulkan hingga melaporkan tulisan.

Hal yang penting lainnya adalah kualitas laporan. Dalam hal ini redaktur akan menilai laporan dari beberapa aspek.

Kelengkapan.

Untuk membuat laporan utuh, wartawan harus bisa menjawab pertanyaan 5 W 1 H. Ini sudah pakem. Laporan harus berisi minimal soal apa yang terjadi (What), di mana terjadi (Where), siapa pelakunya (who), kapan terjadi (When), mengapa terjadi (Why)dan bagaimana kejadiannya (how).

Tapi laporan semacam itu baru standar. Laporan harus memuat informasi lebih mendalam, bukan hanya permukaan. Sumber berita diperbanyak dengan wawancara intensif untuk menghasilkan laporan utuh.

Deadline.

Wartawan bekerja dengan target waktu yang ditentukan (deadline). Laporan bagus bisa percuma jika terlambat dilaporkan sehingga tidak bisa dimuat. Karena itu wartawan harus mampu membuat laporan lebih cepat dari deadline. Caranya adalah dengan mempersiapkan secara baik sebelum meliput, melakukan wawancara dengan efektif serta mampu membuat laporan yang cepat dan akurat.

Daya Tembus Sumber Berita.

Kegigihan seorang wartawan terlihat dari jenis sumber berita yang diwawancarai. Jika g wartawan setiap hari hanya mendatangi konferensi pers tentu kurang menantang. Redaktur harus menugaskan wartawan untuk mencari sumber yang lebih menantang dengan tingkat kesulitan tinggi.

Misalnya dia ditugaskan menemui pelaku korupsi yang ditahan di penjara. Sang wartawan harus mencari akal untuk masuk ke penjara. Banyak kiat untuk itu. Jika dia kreatif, dia akan berhasil masuk ke ruang tahanan. Setelah sampai di dalam sel, wartawan harus membujuk koruptor untuk bicara. Jika dia berhasil, maka dia pantas mendapatkan nilai lebih dalam hal daya tembus sumber.

Akurasi Berita.

Seringkali wartawan muda mengabaikan akurasi berita. Misalnya soal nama orang apakah Rudi atau Rudy, Sapto atau Sapta. Jika ragu, wartawan harus meminta sumber berita untuk melafalkan namanya sehingga terjaga akurasinya.

Wartawan juga harus teliti saat menulis. Jangan membiarkan salah ketik seperti menulis tdak padahal maksudnya tidak, mengetik jels (jelas) dan sebagainya. Biasanya wartawan membiarkan salah ketik dengan asumsi akan diperbaiki redaktur. Sikap wartawan seperti itu tidak benar, sebab dia harus bertanggung jawab penuh atas kualitas laporan baik isi maupun akurasi penulisan.

Empat aspek penilaian itu menurut saya sudah cukup untuk mengukur kecakapan reporter. Tapi kadang perusahaan menambah aspek penilaian lain seperti eksklusivitas, kejelasan, pengayaan dan sebagainya. Semakin banyak aspek penilaian, maka hasilnya akan lebih teliti. Semakin banyak aspek yang dinilai, makin rumit proses input administrasi oleh petugas/sekretaris redaksi. Perusahaan harus membuat definisi aspek penilaian agar tidak tumpang tindih satu dengan lainnya.     

Cara Kerja Wartawan Sehari-hariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang