Cara Menulis Berita yang Seimbang

224 3 4
                                    



Banyak media terjebak menampilkan berita "talking news" dan top down. Berita dengan model tersebut terlihat sebagai sekumpulan komentar orang yang disusun dari atas hingga ke bawah. Isinya terdiri dari kutipan pejabat, pengamat, anggota DPR, jaksa, pengacara dengan teknik menumpuk kutipan dari alinea satu ke alinea berikutnya. Misalnya jika wartawan menulis berita soal harga daging yang mahal, tulisan akan terdiri dari kutipan menteri, pejabat, konsumen dan pengamat.

Alinea awal memuat kutipan menteri perekonomian. Setelah beberapa alinea menulis pernyataan Menteri, berita kemudian menampilkan kutipan Menteri Perdagangan. Di bagian belakang akan ada tulisan soal daging dari sisi pengamat dan Kepala Bulog.

Berita seperti ini relatif mudah membuatnya. Reporter cukup menunggu pertemuan beberapa menteri lalu mencatat hasil konferensi pers. Usai konferensi pers, komentar pengamat ditambahkan.

Cara menulis berita seperti ini bahkan mungkin tidak perlu datang ke lokasi pertemuan. Jika suatu media berlangganan kantor berita Antara, wartawan bisa menulis dengan mengutip beberapa kutipan menjadi satu berita. Seluruh bahan diambil dari Antara dengan sedikit kemasan di sana-sini.

Berita semacam ini jelas tidak memadai jika mengingat media adalah pembela kepentingan publik. Kemauan media untuk terus menggali akar masalah harus menjadi kebiasaan. Wartawan adalah wakil publik dan harus terus berdampingan dengan mereka. Wartawan harus bisa merasakan denyut jantung masyarakat, bukan sekadar tukang kutip.

Kecenderungan berita top down harus diimbangi kegigihan media menyuarakan kepentingan masyarakat. Para ibu-ibu yang menjerit akibat harga melambung, para pedagang daging yang kekurangan stok, dan suara masyarakat lainnya harus ditampung media.

Dalam berbagai kasus, harus ada keberanian dan kegigihan media untuk menggali masalah yang sebenarnya dan kemudian mencari solusinya. Masyarakat tidak menginginkan berita yang memuat masalah hanya dalam tataran permukaan. Penggalian informasi terus menerus dilakukan oleh wartawan terhadap pokok masalah.

Para wartawan muda mesti dilatih keterampilan teknis yang memadai plus tanggungjawab sebagai wakil publik. Bagaimana cara meliput yang benar?

Pertama, wartawan muda harus dilatih untuk kritis. Ia harus menumbuhkan rasa ingin tahu secara terus menerus dan mencari informasi hingga menemukan pokok masalah. Wartawan tidak boleh berhenti pada fakta-fakta permukaan. Ia tidak boleh berhenti pada pernyataan pejabat tanpa usaha lebih lanjut untuk klarifikasi hingga tuntas.

Kedua, wartawan muda harus membiasakan diri untuk selalu bersikap seimbang dalam membuat pemberitaan. Konsep cover both side harus ditegakkan. Jika ia menulis tentang pejabat yang menyatakan harga daging mulai turun, wartawan dengan serta merta mengkonfirmasi kepada pedagang dan konsumen.

Cover both side atau pemberitaan seimbang bukan sekadar soal jatah karakter tulisan. Misalnya kalau pernyataan pejabat ditulis dua alinea, maka pedagang dua alinea. Pemberitaan seimbang adalah sebuah sikap. Karena itu substansi berita lebih penting daripada jumlah karakter. Sikap wartawan dalam sebuah pemberitaan adalah memberi kesempatan kepada pihak-pihak rterkait untuk menyuarakan kepentingannya.

Ketiga, wartawan muda harus dibiasakan diri untuk menulis fakta di lokasi. Kecenderungan media untuk sekadar membuat berita kutipan harus dibatasi. Kadang saya membaca berita tentang kerusuhan, tapi isinya terlalu banyak mengutip menteri, polisi, dan pengamat. Bagaimana cerita di lokasi menurut pengamatan wartawan? Apa kata penduduk di sana, saksi, dan orang –orang yang terlibat.

Pola liputan langsung di lokasi memang relatif mahal. Mendatangkan wartawan ke lokasi, jika berjarak beberapa kilometer dari kantor mungkin tak masalah dari segi biaya. Tapi bagaimana jika kejadian di luar pulau? Pengerahan wartawan jelas membutuhkan biaya. Ini hanya bisa dilakukan oleh media yang berduit sekaligus berkomitmen. Tapi komitmen yang teguh dan dilaksanakan secara terus menerus akan meningkatkan kepercayaan pembaca kepada media. Dan itulah kekayaan media sesungguhnya: kepercayaan penuh publik kepada wartawan.

Cara Kerja Wartawan Sehari-hariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang