2C-Prolog

611 23 7
                                    

Disebuah taman yang ditumbuhi bunga-bunga yang bermekaran dengan indah, terdapat tiga anak kecil yang sedang bermain. Satu anak laki-laki dan dua perempuan.

Mereka tertawa bersama. Ekspresi wajah mereka menunjukkan kebahagiaan. Kebahagiaan dalam sebuah ikatan persahabatan.

Tak jauh dari mereka terdapat enam orang dewasa yang memperhatikan mereka sambil tersenyum geli. Keenam orang dewasa itu adalah orang tua ketiga anak kecil itu.

Tiba-tiba salah satu anak perempuan itu terjatuh. Anak itu tersandung batu dan lututnya terluka. Kedua temannya langsung menoleh dan menghampirinya. Anak itu kemudian menangis terisak.

“Ada apa Cha? Kenapa kamu menangis?” tanya anak laki-laki sambil berjongkok dihadapan anak perempuan itu.

Anak perempuan disampingnya berkata, “Zurgov, lututnya Crescha terluka dan ada darahnya!”. Anak itu menatap khawatir ke Crescha.

“Kau benar Valina. Aku akan ambilkan plester luka dulu, kamu jaga Valina disini.” Perintah Zurgov ke Valina lalu berlari mengambil plester luka ke orang tuanya.

“Berhentilah menangis, Cha. Ayo kita duduk dikursi itu.” Ucap Valina. Lalu Valina memapah Crescha untuk duduk dikursi yang tadi ia tunjuk.

Crescha tetap menangis terisak ketika sudah duduk dikursi dengan Valina disampingnya yang sedang mengusap bahunya. Mencoba menenangkan Crescha.

Tidak lama Zurgov datang dengan membawa plester ditangan kanannya. Ia berjongkok dan memposisikan dirinya dihadapan lutut Crescha yang terluka. Lalu menempelkan dilutut Crescha.

“Sudah jangan nangis lagi Cha. Zurgov sedang mengobati lukamu.” Ucap Valina menenangkan Crescha sambil tetap mengusap bahu Crescha.

“Sudah, Aku sudah obati lukamu Cha.” Ucap Zurgov senang sambil tersenyum lebar.

Crescha berhenti menangis dan melihat lukanya yang sudah ada plesternya. Dia tersenyum kearah kedua sahabatnya, “Terima kasih.”

Zurgov mengangguk dan Valina tersenyum menanggapi perkataan Crescha. “Kalian baik sekali sama Aku. Makasih.” Ucap Crescha dengan tulus.

“Kau tak perlu berterima kasih Cha. Kita bertiga itu sahabat.” Ucap Valina disertai senyuman yang mengembang.

Zurgov mengangguk membenarkan ucapan Valina. Crescha tersenyum. Senyum yang sangat manis. Valina pun memeluk Crescha. Sedangkan Zurgov tersenyum melihatnya.

***

Matahari kini sedang bersiap untuk meninggalkan langit. Ditemani cahaya senja, Zurgov dan Valina sedang duduk disebuah kursi. Mereka berdua menatap indahnya langit. Crescha sudah pulang sedari tadi.

“Akhirnya selesai.” Zurgov tiba-tiba berseru dan membuat Valina langsung menoleh kearahnya. Valina dapat melihat ditangan Zurgov terdapat sebuah mahkota bunga yang baru saja selesai dirakit.

“Indah sekali.” Kagum Valina dengan mata berbinar-binar.

“Ini untuk siapa Zurgov?” tanya Valina, namun matanya tetap tak lepas dari mahkota bunga.

Zurgov terkekeh melihat reaksi Valina terhadap mahkota bunga buatannya.

“Ini untukmu Val.” Ucap Zurgov sambil memberikan mahkota itu kepada Valina.

Valina semakin berbinar ketika mendengarnya. “Benarkah?” tanya Valina memastikan.

Zurgov mengangguk. Lalu Zurgov memasangkannya ke kepala Valina. “Kamu sangat cantik Val.” Puji Zurgov.

“Terima kasih, Gov.” Ucap Valina sambil tersenyum manis. Zurgov membalasnya dengan senyuman juga. Senyuman yang menawan.

“Berjanjilah Val.” Valina menatap Zurgov. “Berjanjilah, jika suatu saat nanti kita sudah dewasa, kita akan menikah. Aku jadi raja dan kau jadi ratunya. Berjanjilah Val.” Ucap Zurgov.

Valina diam tak bicara, namun sesaat kemudian ia tersenyum. “Aku berjanji. Aku berjanji padamu Gov.” Ucap Valina seraya mengangguk pasti.

Zurgov tersenyum senang, begitu pula Valina. Matahari senja yang akan terbenam sebagai saksi bisu janji Zurgov dan Valina.

Dua Cinta (Our Promise)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang