Valina membuka matanya perlahan. Ia mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan sekitarnya. “Dimana Aku?”
Valina merasa tangannya berat. Ia menengok dan mendapati Zurgov sedang tertidur disamping tempat tidur. Mungkin Zurgov kelelahan menungguku bangun, pikirnya.
Valina memandang wajah damai Zurgov saat tidur. Garis wajah yang tampan dan menawan dimiliki Zurgov. Satu tangan Valina yang bebas mencoba mengelus surai hitam Zurgov.
Karena usapan Valina, Zurgov menggeliat. Dengan cepat Valina menarik tangannya kembali. Dengan perlahan, mata Zurgov terbuka.
Setelah mengerjapkan matanya berkali-kali, Zurgov bangun dan melihat Valina sudah membuka matanya dan memandangi dirinya.
“Val! Alhamdulillah, Kamu sudah bangun.” Ucap Zurgov bersyukur.
Kekhawatiran yang menyelimutinya kini menghilang setelah melihat mata hitam mempesona itu.
Valina tersenyum melihat Zurgov. Entah mengapa hatinya bahagia karena Zurgov yang menjaganya. Dia tidak memusingkan itu, yang terpenting Zurgov ada disini bersamanya.
“Loh, Kamu gak ikut pelajaran?” tanya Valina. Zurgov hanya menggeleng tidak peduli. Valina terkejut.
“Kamu gak ikut pelajaran karena nemenin Aku disini ya? Semuanya gara-gara Aku. Nanti kalau Kamu dihukum Guru karena gak ikut mata pelajarannya gimana?” tanya Valina khawatir tanpa alasan.
Zurgov terkekeh. “Aku tadi sudah minta Crescha untuk ngizinin Aku ke Guru kok.”. Valina mengangguk-angguk.
Keheningan pun terjadi diantara mereka. Mereka saling menatap satu sama lain. Zurgov seakan terhipnotis oleh mata mempesona milik Valina itu. Valina juga menatap Zurgov dalam. Ia ingin menatap wajah menawan itu lebih lama.
Namun kegiatan saling pandang itu berhenti. Bel pulang sudah berbunyi. Zurgov memalingkan wajahnya kesamping. Begitu pula Valina.
“Aku mau ke kelas dulu. Ngambil tas.” Beritahu Zurgov dengan tergagap karena gugup. Valina hanya mengangguk pelan sebagai respon.
Setelah Zurgov pergi, Valina membuang nafas lega. Astaga, Ia sangat malu. Bagaimana bisa Ia melakukan itu tadi. Tadi tangannya nyaris terangkat ingin mengusap pipi Zurgov sebelum bel berbunyi.
“Astaga. Ada apa denganku? Apakah ini..... cinta?” tanya Valina pada dirinya sendiri. Tapi, mana mungkin Ia mencintai Zurgov. Zurgov itu sahabatnya. Tapi Ia banyak menonton film, yang jalan ceritanya mirip dengannya. Mencintai sahabat sendiri.
Valina sangat bingung dengan perasaannya.
***
Zurgov sekarang berjalan menyusuri koridor. Ia melihat banyak siswa yang berlari ke gerbang karena hujan turun. Hatinya berkecamuk. Ia tidak tahu ada apa dengan dirinya.
Ia mengacak rambutnya. Bagaimana bisa Ia ingin melakukan itu. Ia tadi hampir mengecup kening Valina. Mata mempesona milik Valina sudah membiusnya dan ingin melakukan hal yang tidak bagus.
Zurgov bingung dengan perasaannya sendiri. Zurgov mencoba melupakan kejadian tadi dengan berjalan cepat ke kelas.
Setibanya dikelas, Ia melihat Crescha menggendong ranselnya dan Valina. Crescha memandang heran kearah Zurgov. “Kenapa Kau ada disini? Lalu Valina bagaimana?”
Zurgov berjalan kearah mejanya lalu mengambil tasnya. “Val sudah bangun. Ia terlihat baik-baik saja.”
Crescha tersenyum lebar, “Benarkah? Syukurlah kalau Dia baik-baik saja. Ayo cepat, Aku tidak sabar bertemu Val.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cinta (Our Promise)
Fiksi Remaja[Completed]✓ "Sakit hati butuh dua hal, waktu dan topeng. Waktu untuk memulihkan sakit dihatinya, dan topeng untuk menutupi hatinya yang hancur." . . . . . Sahabat jadi cinta. Bukankah itu hal yang sudah biasa terjadi, jika dalam persahabatan yang t...