Bel istirahat berbunyi, membuat kelas 12-A sangat ramai dengan sorakan. Valina dan Crescha memasukkan buku mereka ke laci meja.
“Ayo kita ke kantin.” Ucap Zurgov setelah menghampiri Valina dan Crescha dimeja mereka. Valina mengangguk, lalu mereka berjalan keluar kelas.
Dalam perjalanan ke kantin, Crescha terus bertanya kepada Valina tentang hal-hal yang menarik di Paris. Valina sambil tersenyum, menjawab setiap pertanyaan. Sedangkan Zurgov geleng-geleng kepala melihatnya.
“Hai Val.” Sapa seseorang dari belakang mereka. Saat mereka bertiga berbalik, tampaklah Rizky yang sedang tersenyum kearah Valina. Namun sedetik kemudian senyuman Rizky hilang.
“Eh, ternyata ada bintang sekolah. Ngapain kalian jalan bareng sama Valina.” Ucap Rizky sambil menatap sinis ke Zurgov dan Crescha.
Valina mengangkat sebelah alisnya bingung. Ia tak mengerti dengan maksud perkataan Rizky dan tatapan sinis yang ditunjukkan kepada sahabatnya.
“Emangnya kenapa kalau Aku sama Valina. Emang Kamu siapanya Val, hah? Sahabat bukan, saudara bukan. Apalagi pacar, itu gak mungkin.” Balas Crescha sambil membalas tatapan sinis Rizky.
Rizky mengepalkan tangannya mendengar perkataan Crescha. Amarahnya semakin memuncak melihat senyuman Zurgov yang meremehkan dirinya.
Rizky memegang lengan Valina. “Ayo Val, lebih baik Kamu sama Aku saja daripada dengan mereka berdua.”
Sebelum Rizky menarik dirinya, Valina lebih dulu angkat bicara. “Apa maksudmu Riz? Kami bertiga itu sahabat. Dan Aku lebih merasa tenang jika bersama dengan mereka.”
Sebelum Rizky memahami perkataan itu, Valina menarik lengannya dari pegangan Rizky. Rizky menatap Valina, Crescha, dan Zurgov secara bergantian. “Jadi kalian itu bersahabat?”
Valina mengangguk sebagai jawaban. Crescha menahan tawa. Zurgov memandangnya dengan remeh, tatapannya seolah-olah mengejek Rizky.
Rizky menggeram, lalu pergi dari hadapan mereka. Crescha tertawa melihat raut amarah diwajah Rizky. Zurgov meringis, karena tak bisa menahan tawanya. Valina menatap bingung kearah mereka berdua.
“Ada apa?” tanya Valina
“Biar nanti ku beritahu.” Balas Zurgov setelah menghentikan tawanya. Mereka bertiga berjalan kembali ke kantin.
***
“Dulu saat kita masih dikelas sepuluh, Aku ikut ekskul band-yah, walaupun sekarang sih masih ikut. Rizky itu jadi gitaris di grup band kami. Dan Aku jadi vokalisnya.
Setiap kali ada acara, grup kami pasti akan ikut serta. Dan setiap kali juga setelah kami selesai tampil, kami mendapat sorakan fans. Tapi, ya hanya Aku kebanyakan yang dapat.
Dan karena itu dia merasa diduakan. Dan pada akhirnya, ya dia keluar dari grup kami. Dan membuat grup sendiri. Tapi ya gitu, band kami tetap menjadi yang terbaik.” Jelas Zurgov panjang lebar.
Seperti janjinya tadi pada Valina, ia akan menceritakan kenapa Rizky bersikap seperti itu pada mereka.
“Tapi, menurutku grup band milik Zurgov itu yang paling bagus dari Rizky. Selain karena setiap anggotanya populer, mereka juga berbakat.” Tambah Crescha sambil mengaduk-aduk minumannya.
“Menurutku itu hanya hal sepele loh.” Ucap Valina setelah mendengarkan cerita Zurgov dengan baik.
“Iya memang sih."
Setelah membahas tentang Rizky, mereka pun mengobrol tentang masa kecil mereka. Mereka tertawa-tawa mengingat momen-momen yang lucu.
Sesaat kemudian dari pintu kantin, masuklah sebuah geng yang terdiri dari cewek-cewek cantik namun terlihat centil dan genit. Mereka menghampiri meja Valina.
“Eh, ngapain lo berdua duduk disini? Seharusnya itu gue yang duduk disini sama Zurgov.” Seru salah satu cewek yang pastinya ketua gengnya sambil menggebrak meja.
Valina benar-benar terkejut saat meja mereka digebrak seperti itu. Bahkan Crescha saja tersedak oleh minumannya.
Valina menoleh dan menatap lama cewek itu. Dari badge namanya tertulis ‘Sarah Kinanthi'.
Ia menatap Sarah dari bawah lalu ke atas. Roknya sangat minim hingga mempertontonkan paha putih dan mulusnya. Dan bajunya yang super ketat, seakan ingin menunjukkan bentuk tubuhnya yang seksi itu.
Oh iya, dan jangan lupa riasan wajahnya yang sangat tebal. Entah ingin pergi ke acara kondangan atau malah ingin mengikuti riasan ondel-ondel.Sarah yang ditatap seperti itu oleh Valina sangat risih. “Ngapain sih lo liat gue kayak gitu. Risih tau gak?”
Tak kunjung Valina berbicara, Crescha pun yang angkat bicara. “Eh Sarah, ngapain sih Kamu ada disini? Ganggu pemandangan aja. Ngeliat Kamu disini itu kayak zina mata tau gak sih.”
“Eh, apaan sih maksud lo. Yang ganggu pemandangan itu lo sama cewek ganjen ini. Mending lo berdua pergi dari sini. Zurgov itu Cuma milik gue.”
Zurgov yang sudah tersulut emosi pun berdiri. Ia menunjuk Sarah. “Stop. Sarah, mendingan Kamu pergi dari hidupku. Dan berhenti manggil dia cewek ganjen, dia punya nama. Namanya Valina.” Bentak Zurgov.
"Iih, Zurgov kok gitu sih." Ucap Sarah sambil memanyunkan bibirnya.
"Aku kan cuma pengen makan bareng sama Kamu. Tapi dua cewek ganjen ini malah duduk disini sama Kamu. Kan mereka nggak pantes. Cuma Aku yang pantes sama Kamu, Zurgov sayang." Sambung Sarah dengan membuat ucapannya dimanis-maniskan.
Crescha dan Valina memandang jijik. "Eww, ada kresek gak? Aku pengen muntah." Ucap Crescha dengan gaya sok seperti orang mau muntah.
Zurgov menatap Sarah dengan tajam. "Stop panggil Aku sayang. Aku bukan pacar Kamu. Dan gak akan pernah. Ingat itu."
Setelah mengucapkan itu, Zurgov langsung keluar dari kantin. Tak mempedulikan tatapan mata siswa-siswi kepadanya.
Crescha memeletkan lidahnya. "Kasihan banget.", Setelah itu Crescha dan Valina mengikuti Zurgov keluar dari kantin.
Sedangkan Sarah mencak-mencak karena dibentak sama Zurgov. "Ini semua gara-gara dua cewek ganjen itu. Iih, awas saja lo berdua."
Setelah itu bel masuk berbunyi. Siswa-siswi mulai keluar dari kantin dan masuk ke kelas masing-masing.
Alhamdulillah. Akhirnya update lagi. Kira kira ada yang kangen nggak sama cerita ini.
Kalo ada yang syukur-syukur. Kalo gak ada yang kangen, ya dikangen-kangenin gitu lho buat nyenengin hati authornya. Hehehe...
So, jangan bosen sama ini cerita ya.. sampai ketemu lagi.. see you all.
@DarkMG_
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cinta (Our Promise)
Fiksi Remaja[Completed]✓ "Sakit hati butuh dua hal, waktu dan topeng. Waktu untuk memulihkan sakit dihatinya, dan topeng untuk menutupi hatinya yang hancur." . . . . . Sahabat jadi cinta. Bukankah itu hal yang sudah biasa terjadi, jika dalam persahabatan yang t...