2C-15. Belajar?

71 9 1
                                    

~Happy reading~
Jangan lupa untuk
Vote and Comment
_____________________

Satu bulan sudah berlalu sejak Valina mengancam Sarah. Dan itu membuat Sarah benar-benar menjauh dari Valina.

Dan selama itu pula Crescha terus menahan sakit. Ia menutupi semuanya dengan rapat, tidak ada yang tau bahkan Maminya sendiri.

Crescha juga berulang kali pergi ke toilet jika sudah tidak tahan dengan kemesraan kedua sahabatnya. Dan disana juga ia mencoba menguatkan dirinya.

Satu kalimat yang mampu membuatnya masih bertahan.

"Sahabat lebih penting dan berharga dari cinta."

Kata-kata itulah yang selalu ia ucapkan jikalau ia merasa sakit. Ia mencintai Zurgov. Namun Zurgov mencintai Valina, begitu pula sebaliknya.

Meskipun ia mengatakan perasaannya, yang ada ia akan dijauhi oleh sahabatnya. Ia tidak ingin. Cukup Zurgov disisinya itu membuatnya senang.

Cukup melihat Zurgov bahagia ia juga ikut bahagia bersamanya.

Cukup melihat Zurgov perhatian padanya sebagai seorang sahabat ia sudah puas.

Namun tak dapat dipungkiri, jika setiap malam ia menangis mengingat semuanya. Waktu satu bulan itu tidak cukup untuk membuatnya bisa menghilangkan perasaan ini. Apalagi jika perasaan ini sudah tumbuh berkembang bertahun-tahun lamanya.

Sulit rasanya.

Seperti malam ini, Malam yang indah dengan taburan cahaya bintang tak dapat mengubah isi hatinya.

Isakan lirih terdengar keras dikamar Crescha yang sepi. Ia duduk diatas ranjang sembari memeluk lututnya. Meski ia sudah mencoba, tapi rasa itu kembali datang dan datang lagi.

"Aku ha-harus kuat hiks.. Demi persahabatan. Hiks.. Ha-harus ku bu-ang jauh-jauh pe-rasaan i-ni hiks.." ucap Crescha meyakinkan dirinya lagu.

Ia berharap waktu berjalan dengan cepat, agar ia bisa menghilangkan perasaan ini. Lama-lama menangis, membuatnya mengantuk. Ia pun memposisikan dirinya untuk tidur. Meski masih dengan air mata, ia berusaha untuk tidur.

"Kuharap, besok berjalan dengan cepat."

***

Matahari masih malu-malu untuk menampakkan dirinya di langit. Namun Crescha sudah bangun sedari tadi.

Setelah mengambil air wudhu, Crescha pun melaksanakan sholat subuh. Setelah sholat, ia bergegas ke kamar mandi melaksanakan ritual paginya.

Setelah beberapa menit, Crescha keluar dengan setelan seragamnya. Ia berdiri didepan cermin. Melihat garis wajah cantiknya yang diidamkan kaum hawa.

Namun tak berselang lama raut wajahnya berubah. Satu air bening lolos begitu saja dari pelupuk matanya.

Apa gunanya aku memiliki wajah secantik ini jika laki-laki yang aku sukai bahkan tak melirikku, batin Crescha.

Namun dengan cepat ia menepis semua pikirannya dan menghapus jejak air matanya.

Ia memejamkan matanya, “Tidak. Aku sudah bertekad untuk menghilangkan perasaan ini. Fighting Crescha.”

Ia membuka matanya dan menatap yakin. Ia mengangkat kepalan tangannya didepan dada.
Setelah itu ia pun keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu.

Dua Cinta (Our Promise)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang