Valina berjalan ditrotoar. Ia sesekali menengok ke belakang jika ada taksi lewat. Sebenarnya Ia tidak tahu kenapa Dia seperti ini. Pertanyaan Papanya hanya sepele dan bisa Ia jawab tidak.
Apa mungkin Ia telah jatuh cinta. Tapi dengan siapa. Dengan Rizky? Ia rasa tidak mungkin. Apa dengan Zurgov? Ia tidak bisa menjawabnya. Hatinya tak karuan mengingat Zurgov.
Ada apa denganku ini? Pikirnya.
Tiba-tiba sebuah mobil sport warna merah berhenti disampingnya. Valina menoleh saat kaca mobil terbuka. Valina tersentak melihat orang yang mengendarainya. Pria yang sejak tadi menganggu pikirannya ada didepan matanya.
“Pagi Val.” Sapa Zurgov dari dalam mobil. Valina hanya mengangguk dan tersenyum kikuk meresponnya.
“Mau berangkat bareng?” tawar Zurgov.
Valina menggeleng. “Gak perlu. Nanti malah ngrepotin.”
Zurgov terkekeh. “Sudahlah. Jangan sungkan sama sahabat sendiri. Tujuan kita sama, dan lagipula lima menit lagi gerbang ditutup.”
Valina menatap jam tangannya. Apa yang dikatakan Zurgov benar, lima menit lagi gerbang ditutup. Valina mengangguk, “Ya sudah. Aku berangkat sama kamu saja.”
Valina pun melangkah mendekati mobil Zurgov dan membuka pintu mobil sebelum suara Zurgov menghentikannya. “Eh, Kamu ngapain?” tanya Zurgov.
Valina menatap heran. “Aku kan mau masuk ke mobil.”
Zurgov tersenyum, “Masa kamu duduk dibelakang, Kamu itu duduknya didepan. Kamu kira Aku sopir apa.”
Valina tersenyum malu. Ia menutup pintu belakang dan melangkah untuk membuka pintu mobil bagian depan.
Setelah Valina sudah memasang sabuk pengaman, mobil pun melaju.
Saat diperjalanan, hanya keheningan yang menyelimuti suasana canggung di mobil itu. Valina sekarang sedang mencoba menetralkan detak jantungnya. Entah kenapa setiap didekat Zurgov hatinya selalu berdesir tidak karuan.
Zurgov sangat heran, saat kecil Valina memang pendian tapi tidak jika bersama sahabatnya. Sedangkan saat ini Valina hanya diam. Zurgov pun mengangkat bahu mencoba tidak peduli.
Namun sebenarnya Zurgov heran kepada dirinya. Rumahnya dan rumah Valina sangat jauh, tapi kenapa Ia malah lewat sana. Saat itu Ia tidak sadar sudah melewati rumah Valina dan melihat Valina berjalan ditrotoar.
Saat itu hatinya seakan berkata untuk berangkat bersama Valina. Ia tidak tahu kenapa Ia jadi seperti ini.
Mobil Zurgov sudah melewati gerbang sekolah tepat satu menit sebelum ditutup. Mereka pun turun dari mobil dan disambut tatapan kagum dari siswa-siswi.
Mereka berjalan layaknya model. Para siswa berbisik-bisik tentang keserasian mereka. Sedangkan yang dibicarakan tidak menggubris.
Namun sebenarnya didalam hati Valina sangat malu dan senang.
Saat masuk ke kelas, mereka disambut oleh Crescha. “Pagi, My best friend.” Sapa Crescha yang dibalas senyuman Valina dan gumaman Zurgov.“Val, Kamu udah ngerjain pr matematika?” tanya Crescha setelah Valina duduk. Valina mengangguk sebagai jawaban.
Crescha tersenyum lebar, “Aku boleh lihat kan, Val?”
Valina menoleh sambil menatap heran, “Kamu belum ngerjakan pr, Cha?”
Crescha hanya menggeleng sambil nyengir. “Aku tadi malam gak sempat belajar. Soalnya Aku diajak shoping sama Mami.”
Valina mengangguk-angguk lalu mengeluarkan bukunya dan memberikannya ke Crescha. Crescha tersenyum lebar, “Terima kasih, Val. You are the best.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cinta (Our Promise)
أدب المراهقين[Completed]✓ "Sakit hati butuh dua hal, waktu dan topeng. Waktu untuk memulihkan sakit dihatinya, dan topeng untuk menutupi hatinya yang hancur." . . . . . Sahabat jadi cinta. Bukankah itu hal yang sudah biasa terjadi, jika dalam persahabatan yang t...