~Happy reading~
.
.
.Tut tuutt Tut tuutt
Suara alat pendeteksi detak jantung mengisi keheningan yang ada di salah satu kamar pasien. Di ranjangnya, terdapat Valina yang memejamkan matanya. Ditemani Zurgov yang duduk disampingnya seraya menggenggam erat tangan Valina.
Matanya menatap sayu kearah Valina. Ia terpukul dengan kondisi Valina saat ini. Seandainya saat itu ia pergi mengantar Valina, seandainya saat itu ia tetap memaksa Valina untuk diantarnya, seandainya dan seandainya, hanya kata itu yang selalu berputar di otak Zurgov. Kata yang hanya pantas dikatakan saat seseorang yang menyesali semuanya. Seperti dirinya saat ini.
Air matanya tak dapat keluar lagi. Sudah cukup lama ia menangis. Sejak kabar itu terdengar olehnya.
Flashback
"Kak, aku mau ke kamar duluan aja ya."
Anisa bersuara saat mereka berdua sudah berada di rumah. Lebih tepatnya kini ia ada di ruang tamu.
Zurgov mengangguk singkat sebagai respon. Setelah itu, Anisa melangkahkan kakinya menuju tangga, pergi ke kamar yang letaknya di lantai atas.
Setelah Anisa pergi, Zurgov mendudukkan dirinya di atas sofa. beristirahat sejenak mungkin bisa menghilangkan rasa capeknya. Ia memejamkan matanya.
Drrttt
Getaran di sakunya, membuat Zurgov kembali membuka matanya. Matanya menatap dengan kesal apa yang ada didekatnya.
Ia mengambil ponselnya dari saku. Ia melihat siapa yang menelepon dirinya. Ia ingin mengumpat kepada orang itu.
Crescha?
Zurgov bertanya, kenapa Crescha menelepon dirinya. Bukankah saat ini Crescha sedang bersama Valina? Ia pun mengangkat panggilan itu.
"Halo, Cha. Ada apa?"
Zurgov membuka suara terlebih dahulu. Namun anehnya, Crescha sama sekali tak menjawab. Hanya terdengar suara isakan tertahan.
"Cha? Kamu kenapa?" Zurgov bertanya dengan nada khawatir.
"Gov." Suara Crescha akhirnya terdengar. Namun itu bukan seperti suara Crescha biasanya. Suaranya terdengar sangat parau.
"Cha? Kamu kenapa? Kamu nggak apa-apa kan?"
"Gov, Valina-" suara Crescha terputus saat mengatakan nama Valina. Digantikan suara isak tangis.
Zurgov yang mendengar nama Valina disebut, jadi khawatir. Ia mengkhawatirkan keadaan Valina. Perasaannya jadi tidak enak mengenai Valina.
"Valina? Ada apa dengan Val?"
Namun tetap tak ada jawaban dari Crescha. Hanya isak tangis yang terdengar dari ponselnya. Perasaannya menjadi kacau. Ia berpikiran yang tidak-tidak.
"Cha! Jawab! Apa yang terjadi pada Valina?!" Tanpa sadar, Zurgov membentak Crescha saking khawatirnya pada Valina.
"Val, di-dia, ke-kecela-kaan." Crescha bersuara dengan nada yang parau dan patah-patah.
Deg!
"Hah? Apa?" Zurgov terkejut setengah mati saat mendengar berita itu. "Kamu nggak bohong kan, Cha?"
Di seberang sana, Crescha menggeleng. Meski tak bisa dilihat oleh Zurgov. Air matanya keluar dengan deras setelah mengatakan itu semua pada Zurgov.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cinta (Our Promise)
Ficção Adolescente[Completed]✓ "Sakit hati butuh dua hal, waktu dan topeng. Waktu untuk memulihkan sakit dihatinya, dan topeng untuk menutupi hatinya yang hancur." . . . . . Sahabat jadi cinta. Bukankah itu hal yang sudah biasa terjadi, jika dalam persahabatan yang t...