Tempt (03)

475 72 17
                                    

Tidak terasa sudah hampir sebulan Jiyeon menjalankan hari-harinya dengan kehadiran seorang Kim Myungsoo.Tidak ada pilihan lain selain itu. Jiyeon tahu Myungsoo mengajaknya berpacaran hanya sekedar bermain-main. Oleh karna itu dia sangat berhati-hati agar tidak sampai melibatkan hatinya kepada pria itu. Dengan begitu dia tidak akan tersakiti ketika Myungsoo mencampakannya.

"Tidak bisa, malam ini aku harus belajar."

"Park Jiyeon kenapa kau menjalani hidupmu dengan hal membosankan seperti itu? Tidak belajar sehari bukan masalah besar." Tukas Myungsoo.

"Bagiku memang masalah besar. Tuan muda Kim Myungsoo kau tidak akan pernah bisa mengerti bagaimana perjuanganku untuk tetap bisa mempertahankan beasiswaku.Aku bukan chaebol sepertimu, tanpa itu aku tidak mungkin bisa menempuh pendidikan disana."

"Jika beasiswamu dicabut aku akan membiayaimu."

"Dengan uang hasil dari ayahmu itu?"

"Kenapa pula kau giat sekali belajar? Pendidikan yang bagus tidak menjamin kehidupanmu nantinya." Tanya Myungsoo balik - mengabaikan kalimat hinaan Jiyeon.

"Dengan lulusan dari universitas bergengsi aku akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang bagus. Dengan begitu aku bisa mencari uang yang banyak lalu membeli sebuah rumah dan membawa halmoni serta harabojiku tinggal bersama di Seoul."

"Naif sekali." Kekeh Myungsoo membuat Jiyeon mendelik kesal padanya.

"Aish, kenapa juga aku menceritakannya padamu?! Tuan muda sombong sepertimu tidak akan mengerti." Jiyeon hendak berjalan meninggalkan Myungsoo namun dia berseru karena tangannya ditarik oleh pemuda itu.

"Yaa lepaskan aku!"

Myungsoo membuka mobil dan mendorong Jiyeon masuk dengan sedikit kasar. Sebenarnya tidak bermaksud seperti itu tapi karena Jiyeon terus saja berontak membuatnya harus berbuat demikian.

"Diam dan ikuti saja aku! Jika kau berani menolak kupastikan tidak ada hal baik untukmu." Ancam Myungsoo sebelum dia menutup kembali pintu mobil dan berjalan masuk ke pintu sebelah.

"Menyebalkan." Umpat jiyeon.

-

-

-

-

"Ji,sajangnim menyuruhmu keruangannya." Ujar Jieun

"Ada apa?" Tanya Jiyeon heran. Jieun hanya mengangkat kedua bahunya tidak tahu.

Jiyeon berjalan keruangan bos dengan hati tidak tenang. Selama dia bekerja belum pernah sekalipun dipanggil masuk kedalam ruangan bosnya.

Tok tok tok

"Sajangnim memanggilku?"

Didalam ruangan yang terbilang minimalis itu seorang wanita berusia 40an tengah duduk dikursi kerjanya membaca sebuah laporan. Beberapa berkas lainnya terletak diatas meja.

"Eoh,kemarilah duduk."

Jiyeon mengikuti perintah atasannya.Duduk berhadapan dengan hati tegang.

"Jiyeon kamu belakangan ini apa ada masalah?"

"Ye?"

"Kulihat dalam tiga minggu ini kau selalu ada ijin tidak masuk. Apa ada masalah?"

Jiyeon mengumpat dalam hati pada Myungsoo. Karena pria itu setiap minggunya dia selalu ada absen tidak masuk. Pria itu selalu memaksakan kehendaknya tanpa peduli akibat dari perbuatannya itu.

"Jhwesonghamnida sajangnim, saya tidak akan mengulanginya lagi."

"Itu hal bagus. Jiyeon sebelum kamu bekerja disini saya sudah memberitahukan bahwa saya paling tidak suka dengan karyawan yang sering tidak masuk. Jika kamu kedapatan tidak masuk lagi maka maaf kamu akan diberhentikan." Ucap atasan Jiyeon sopan halus tapi tegas.

Park Jiyeon Series Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang