Seorang lelaki duduk di taman kota,mendengarkan alunan musik lewat earphone yang terpasang di kedua telinganya. Matanya terpejam, wajahnya terlihat begitu damai. Menikmati alunan musik sampai-sampai mengabaikan sosok seorang gadis yang sedaritadi tidak bosannya menatap dia dari samping.
Keindahan seorang Kim Myungsoo membuatnya—Park Jiyeon tidak akan pernah bosan untuk memandangi serta mengagumi salah satu ciptaan Tuhan yang sempurna itu. Sepasang mata yang tajam, hidung kecil yang mancung dipadukan bibir yang sangat menggoda bagi kaum hawa untuk mencicipinya. Namun dibalik kekagumannya, alasan sebenarnya adalah Jiyeon menyukai pria itu. Pria berstatus sahabat.
Perasaan sepihak ini telah di pendam selama dua tahun.Jiyeon sangat ingin mengutarakan, mengatakan dengan lantang bahwa IA MENYUKAI PRIA ITU.
Akan tetapi, ia takut. Takut satu kalimat 'aku menyukaimu' akan menghancurkan persahabatannya dengan Myungsoo.
Jiyeon tak sanggup membayangkan apabila Myungsoo akan menjauh ketika mengetahui perasaannya. Membayangkan hubungannya rusak dan akhirnya kehilangan pria itu. Dia lebih memilih tetap terjebak dalam hubungan friendzone yang menyesakkan pun tak jarang mampu menggeliti hatinya.
Melihat Myungsoo seakan terhanyut dalam musik.Sebuah ide muncul tiba-tiba diotaknya.Satu hal yang hanya akan dilakukan oleh seorang pengecut.Namun gadis itu tidak peduli. Ini kesempatan bagus untuknya.
“Myungsoo-a, kau mendengarku?”
“Kim Myungsoo.” Jiyeon menaikan volume suaranya memastikan laki-laki itu tidak dapat mendengarnya.
Sepertinya dia tidak dapat mendengarku. Baiklah mari kita lakukan.
Detik berikut,Jiyeon mengalihkan fokusnya ke objek lain.Menatap lurus kedepan dan menarik nafas kemudian menghembuskannya. Satu hal yang diharap dapat menghilangkan kegugupannya.
"Myungsoo-a, sebenarnya ada satu hal yang ingin kukatakan padamu." Jiyeon berhenti , memberi jeda sejenak.
"Hal yang telah kupendam lama. Dan mungkin kau akan terkejut. Karena hal itu tidak akan pernah terbayangkan olehmu, na-chorom."
"Awalnya aku juga tidak menyangka akan terjadi.Aku juga tidak tahu kapan tepatnya aku bisa merasakannya.Dan aku terus menyangkal semuanya."
"Namun aku menyerah.Aku tidak bisa lagi membohongi diri sendiri. Aku merasakan gejolak-gejolak aneh saat bersamamu."
"Hatiku berdebar saat kau lemparkan senyuman manismu itu, merasa bahagia saat kita habiskan waktu bersama, mulai menyukai kejahilanmu dan salah tingkah atas perhatian kecil yang kau berikan. Aku menyukaimu Myungsoo." Jiyeon tersenyum merasa lega,seakan merasa terlepas dari rantai yang selama ini mengikatnya.
Suasana terhening beberapa saat,sebelum netranya teralih pada figur Myungsoo yang masih dalam posisinya. Melihat hal itu, Jiyeon yakin pria itu tidak mendengar apa yang dikatakan tadi.
Tapi lagu apa yang didengar pria itu sampai terlihat begitu menikmatinya?
Perlahan tangannya mencabut earphone sebelah kanan laki-laki itu dan menempelkan pada telinganya sendiri. Membuat empunya membuka sepasang matanya—menatap gadis yang tengah mengernyitkan kening saat ini.
"kenapa tidak ada lagunya?" Tanya gadis itu heran.Dan dalam hitungan detik,manik itu membesar.
"M-myungsoo,k-kau tidak mendengarkan lagu?" Pria itu mengangguk
"k-kau mendengar semua?" Myungsoo mengangguk lagi.
Detik itu juga Jiyeon merasakan rasa malu yang luar biasa. Wajahnya merah padam bagaikan bunglon yang berubah warna dalm hitungan detik. Segera ia bangkit—berniat meninggalkan Myungsoo.
Shit!
Ia kalah cepat dengan gerakan tangan Myungsoo yang menahannya.
"Eodiga?"
"A-aku mau pulang."
"Wae?" Myungsoo memutar balik tubuh Jiyeon. Gadis itu menunduk tidak berani melihatnya. Tangannya terulur mengangkat dagu Jiyeon agar menatapnya.
Wajah gadis itu benar-benar merah. Dan dia sangat menikmati mimik Jiyeon yang tampak menggemaskan baginya. Sementara yang ditatap kikuk, bingung malu bercampur aduk. Mimik apa yang harus dipasangnya didepan Myungsoo?
Mata tajam Myungsoo menyipit, kedua sudut bibirnya tertarik sedikit keatas menampilkan senyuman manis dengan maniknya yang menatap Jiyeon lekat dan dalam.
"W-wae? K-kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Jiyeon semakin gugup. Rasa panas diwajahnya semakin mendidih.Ah, pasti wajahnya sekarang lebih merah dan memalukan.
Ugh, Tidak bisa!! Dia tidak bisa tahan lagi. Jika kelamaan ditatap begini,bisa-bisa dia mati karena terlalu gugup. Maka dilepaskan tangan Myungsoo, mengambil langkah cepat meninggalkan pria itu ditempat.
Kali ini Myungsoo tidak menahan kepergian Jiyeon. Yang dilakukan hanya menatap punggung gadis yang semakin lama semakin mengecil sambil tersenyum. Senyuman yang mengartikan jawaban dirinya atas pengakuan Jiyeon.
End💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Jiyeon Series
FanfictionKumpulan cerita oneshoot, twoshoot and more.. Note : Isi cerita akan ada beberapa yang sudah pernah saya post di wordpress. So, bagi yang merasa sudah membacanya. Silahkan di baca ulang ?