Part 3 Dia Ada Di Sana

2K 315 7
                                    

Perjumpaan kali ini mengejutkan aku. Di saat pulang dari tempat bimbingan belajar ( les ) dan aku sengaja memang mendengarkan lagu di walkman. Ya tahu sendiri bukan di tahun 2000-an tidak ada yang namanya ponsel dengan lagu mp3 seperti sekarang.

Aku memang sengaja mendengarkan lagu jika berjalan pulang karena aku tahu mereka akan melihatku serta mengajak berbicara meski aku tak mau.

"Hana,..."

"Kamu bisa melihatku?

"Aku tahu kamu bisa. Benar kan?"

Sungguh aku tak menanggapi perkataannya yang kini berjalan atau lebih tepatnya melayang di sampingku. Aku tetap saja tak mau menjawabnya. Dia selalu mengikutiku ke arah di mana aku berjalan. Rasanya risih ketika ada yang mengikuti.

"Aku akan tetap mengikutimu, Hana."

"Aku akan menunggumu sampai kamu berbicara kepadaku."

Sampai aku berada di depan pintu rumah gadis itu menghilang dari hadapanku. Tiap hari dia akan selalu seperti itu. Dia akan pergi ketika aku sampai di depan rumah dan akan terulang lagi keesokkan harinya.

Bukannya aku tak mau berbicara dengannya tetapi penampakan wajah dan tubuhnya yang membuat aku tak suka. Dia memiliki luka di pelipisnya yang berlubang dan mengeluarkan darah yang terus mengucur. Di bagian dada kirinya merembes darah juga yang jelas terlihat noda merah di pakaiannya yang berwarna putih. Bau tubuhnya yang membusuk seakan semua isi perutku keluar ketika mencium aroma dari seluruh tubuhnya.

Dia berjalan dengan tertatih -tatih karena aku bisa melihat kakinya remuk. Di dalam pikiranku terlintas jika dia adalah korban pembunuhan tapi aku tak tahu masalah apa yang dia hadapi sehingga menyebabkan dia menjadi korban.

Dia akan selalu datang secara tiba - tiba dengan kalimat yang sama tiap harinya. Aku pura - pura tak mau melihat maupun mendengarnya tetapi lama - lama aku merasa risih juga. Bayangkan saja dia tiap hari ada di sebelahmu saat berjalan.

Pada akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. Sore itu sepulang les aku sengaja pulang terlambat tak seperti biasanya. Aku berjalan menyusuri jalan menuju jalan besar yang akan mengantarkanku naik angkutan umum.

"1871 itu tahunku."

Oh pantesan bajunya tidak seperti jamanku pada saat itu. Pakaiannya putih panjang selutut dengan kerah pendek ada talinya. Di sisi lengan berukuran pendek dengan lipatan.

Aku hanya mendengarkan saja karena dia belum selesai bicara. Aku tak mau menyela. Itu tidak sopan.

"Kami meninggal karena tembakan."

"Ayahku berusaha melindungi kami tetapi ayahku meninggal. Begitu juga dengan kami."

"Aku tidak tahu mengapa mereka menembak kami siang itu."

"Lalu apa yang hendak kamu inginkan dariku?"

"Aku ingin pulang."

Ketika dia menyebut kata Pulang rasanya ingin menangis. Gadis yang aku perkirakan usianya 15 tahun meminta aku untuk memulangkannya.

"Mengapa baru sekarang kamu ingin pulang?"

"Karena tidak ada yang mau membantuku."

"Hana yang bisa melakukannya."

"Tapi mengapa harus aku?"

Dia tersenyum kepadaku dengan memegang tanganku. Wah ketika dia menyentuh kulitku rasanya dingin sekujur tubuhku.

"Tidak ada yang bisa selain kamu, Hana."

Memangnya aku ini pengantar arwah? Seharusnya dia sudah pergi ratusan tahun lalu tetapi dia tidak mau menceritakan semuanya kepadaku. Mengapa dia masih di sini? Apa alasannya? Hingga kini aku tidak tahu.

Karena aku tak mau lagi mencari masalah dengan mereka. Akhirnya aku hanya bisa membantunya berdoa untuk di bukakan jalan menuju tempat yang seharusnya. Aku tidak tahu siapa nama gadis itu. Dia bukan penduduk seperti kita. Seperti ada darah campuran. Entah itu Belanda atau Amerika. Aku hanya dapat berkata jika sebenarnya dia itu cantik jika tidak terluka di wajahnya.

Sejak aku mendoakannya tiap hari intensitas pertemuanku dengannya perlahan mulai berkurang dan suatu hari dia datang kedalam mimpiku. Kulihat dia sangat bahagia. Tidak ada lagi yang namanya darah di seluruh tubuhnya. Mengucapkan salam perpisahan kepadaku.

"Terima kasih."

Tbc

Hai maaf ya yang menunggu cerita ini. Bukannya malas tetapi Hana lagi sibuk - sibuknya mengerjakan pekerjaan kantornya yang belum selesai.

Setidaknya akan kami usahakan memberikan yang terbaik untuk para readers.

Cerita ini ada di Hana's Indigo yang di chapter awal. Jadi kami membagikannya untuk kalian.

Terima kasih untuk dukungannya yang selalu diberikan.

Interview With "Them"  ( Update Tiap Saat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang