Apa yang ada dibenak kalian jika mendengar kata Nenek? Pasti kalian akan mengucapkan jika nenek itu baik, sayang dan cerewet. Nah bagaimana kalau si nenek itu malah membuat kalian takut?
Bukan takut karena marah karena kita berbuat kesalahan, ya. Ingat di sini aku bertemu sesosok hantu nenek.
Ini adalah pengalaman di tempat kerja yang dulu sebelum aku pindah kerja di Universitas. Sama seperti hantu lift yang kadang datang dengan cara mengejutkan.
Hantu nenek benar- benar muncul tepat di hadapanku. Aku berharap tak pernah bertemu nenek itu, mengerikan dan menyeramkan.
Pertama aku hanya mendengar suara saja dari ujung lorong. Suaranya agak serak tapi berat kesannya dan ada batuk-batuk kecil.
Kebetulan meja kerjaku menghadap pintu keluar di mana bisa melihat orang-orang yang hilir mudik menggunakan lift.
"Nenek di sini."
"Cucu mau main sama nenek?"
Meski dari jauh aku bisa mendengar nenek sedang mengajak bermain. Jelas aku tidak mau karena di sini aku kerja bukan untuk bermain dengan mereka yang tak tampak. Di mana aku berada, entah kenapa keberadaan diriku selalu diajak bermain.
"Cucu bisa lihat nenek?"
Ingin aku jawab tidak, tapi apa daya mereka bisa merasakan loh kalau kita bisa melihat penampakan.
Mereka yang tak tampak tahu jika kita bisa melihat mereka, karena anak indigo memiliki aura yang berbeda dengan manusia normal lainnya.
Aku hanya menyahut dalam hati saja kalau aku memang bisa melihat tapi sedang tidak ingin diganggu.
Celakanya si nenek tahu kalau aku tidak ingin diganggu. Bukannya pergi menjauh setelah aku usir si nenek malah menampakkan dirinya dengan wujud yang menyeramkan sekali.
"Nenek di sini."
Si nenek yang berambut hitam keputihan sedang merayap seperti cicak di dinding. Dia sesekali tersenyum kepadaku. Bukan senyuman manis tapi si nenek menyeringai. Sesekali si nenek merayap dari satu dinding ke dinding dengan rambut panjangnya yang turun ke bawah. Jadi tambah seram kesannya.
Aku yang sedang sibuk sempat tak menghiraukan perkataan hantu nenek itu.
"Mau ikut nenek?" Si nenek bertanya seakan mengejekku. Hantu itu tahu jika aku tak mau diganggu.
Aku menggeleng sembari menunduk karena si nenek ada di depanku. Bukan berdiri. Jadi kalau kamu sedang duduk menghadap dinding nah di situlah si nenek berada seakan menempel jadi satu. Bagaimana aku mau melihat atau mengajak si nenek bicara, raut wajahnya dan rambutnya membuatku takut?
"Kamu takut, Hana?"
Aku dalam hati mengucapkan kata-kata umpatan. Entahlah si nenek tahu atau tidak. Sungguh hari itu aku ingin secepatnya pergi dari kantor ini tapi si big bos belum pulang.
Mungkin karena aku tidak memedulikan kehadirannya maka si nenek pergi dengan merayap dan menghilang menuju dalam lift.
Ya, nenek itu merayap bagaikan cicak dengan cepat. Aku jadi ingat film sadako kala itu.
Ada rasa lega saat itu akhirnya si nenek pergi tapi besoknya datang lagi menggangguku. Si nenek pikir mungkin aku bisa diajaknya berbincang - bincang. Kalau saja si nenek penampilannya agak tidak menyeramkan kemungkinan aku mau bicara dengannya.
Tiap kali aku lembur selepas Maghrib pasti si nenek ada di dinding dengan tatapan yang menyalang dan rambut yang tergerai ke bawah. Aku tidak tahu yang pasti penyebab si nenek meninggal.
*****
Nenek yang aku ceritakan di sini bukan nenek di dalam ruangan kerja tapi yang aku temui di jalan sepulang kerja. Jadi aku sering melihat hantu nenek.
Aku yang menunggu angkutan online duduk di pos satpam. Di depan pos tersebut ada jalan besar. Pertama aku kira ada orang tua yang sedang jalan menuju tempatku duduk. Anehnya si nenek itu seakan tidak berjalan saat kuperhatikan lebih tajam. Pergerakkan si nenek memang tidak cepat seperti terkesan lamban. Aku tidak tahu mau ke mana si nenek itu. Nenek yang (mungkin) usianya sekitar 70-an terlihat bingung mencari sesuatu.
Cara berpakaiannya yang tidak terlihat akibat kecelakaan menandakan jika si nenek meninggal dalam keadaan sakit. Nenek tersebut memakai pakaian yang rapi dan tidak berantakan.
Beberapa menit kemudian si nenek hilir mudik di depanku yang sedang duduk. Si nenek sedang berbicara pelan, namun aku bisa mendengarnya.
"Aku di mana?"
"Anak-anak ada di mana?"
"Mengapa aku sendiri?"
"Siapapun bantu aku."
Aku merasa iba tapi tidak bisa menolong karena tidak tahu masalah yang di
hadapi si nenek. Jika aku ikut campur lebih dalam maka yang kena dampak negatifnya ke aku sendiri.Aku akan sakit berhari-hari dan kulitku seperti ada yang mencabik. Untuk itulah aku selalu berhati-hati bila berhadapan dengan mereka yang tak tampak.
Si nenek menatapku seakan meminta tolong untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya. Aku menggeleng tidak tahu karena aku tidak mau mencari masalah si nenek.
Setelah itu nenek itu menghilang di balik tembok. Aku hanya bisa berkata dalam hati semoga si nenek itu bisa kembali ke tempat yang seharusnya. Hanya sekali saja aku melihat si nenek itu berada di depan pos satpam hingga aku berhenti dari sana.
Satu hal yang aku pernah dengar dari seseorang yang pernah melihat si nenek itu ternyata dulu pernah ada yang meninggal di jalan tersebut bukan karena kecelakaan tapi jatuh sakit. Aku berpikir mungkin si nenek itu tidak tahu jika sudah meninggal.
"Jalanan di sini memang cukup menyeramkan kalau malam hari, Mbak. Jadi kalau bisa jangan pulang malam sehabis kerja."
Aku ditegur oleh seorang satpam karena melihatku terkadang memandang ke depan. Selain si nenek ada lagi si pocong, mbak kunti atau sekedar sekelebatan saja. Asal mereka tidak menganggu keseharianku tak masalah menampakkan diri depanku.
Oke itu kisahku mengenai si nenek. Apa kalian pernah bertemu mereka dalam wujud menyeramkan?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Interview With "Them" ( Update Tiap Saat )
ParanormalIni adalah sequel dari "Hana's Indigo" dengan sentuhan cerita yang berbeda. Namun tetap berdasarkan kisah nyata di dalamnya. Saya membuat cerita dengan dibumbui kisah lain yang tidak didapat di buku cetak dan benar-benar berbeda. Ini tentang kisah...